Bab 4 Ketakutan Ditab
Author POV.
"Tapi, bunda, kan, belum di periksa oleh ayah?" Tanyanya polos saat Mahira mengajaknya pergi.
Mahira tersenyum sambil mengelus rambut anak tirinya.
"Di sini terlalu banyak pasien yang mengantri untuk diperiksa ayah, jika kita menunggu, mungkin akan selesai sore dan dan kita tak akan sempat untuk makan ice cream di taman, jadi bagaimana jika kita memeriksa dede bayi di klinik dekat taman," jawab Mahira. Dia teringat ada klinik di dekat taman. Karena tak mungkin pergi kerumah sakit lain, Mahira pun memutuskan untuk memeriksa kandungannya ke klinik dekat taman saja.
Mendengar kata ice cream, Dita kembali bersemangat. "Ayo, Bun. Kita kesana." Dengan antusias Dita bangkit dari duduknya disusul Mahira yang juga ikut bangkit dari duduknya.
Mereka pun bergandengan tangan dan keluar dari rumah sakit.
°°°
Dan kini, Mahira dan Dita sudah duduk di kursi taman, mereka sedang menunggu ice cream pesanan Dita tiba. Sebelum ke taman, Mahira terlebih dulu singgah di klinik dan memeriksa kandungannya.
Alangkah bahagianya Mahira saat dokter mengatakan bahwa jenis kelamin calon anaknya adalah lelaki. Seandainya saja Gani menganggap Mahira dan calon anaknya, tentu saja kebahagiaan Mahira semakin bertambah. Ah, bahkan hanya sekedar membayangkannya saja Mahira tak berani.
Setelah cukup lama mereka duduk di taman sambil menikmati ice cream, Mahira pun memutuskan untuk mengajak Dita pulang.
"Bunda, sebelum pulang, bolehkah aku memesan satu cup lagi?"pinta Dita dengan wajah memelas.
Tak tega melarangnya, Mahira pun mengijinkannya. "Hanya untuk kali ini saja, oke."
Dita pun tersenyum sumringah dan mengangguk. Mereka pun kembali memesan satu cup ice cream.
Saat sudah selesai, Mahira dan Dita pun berdiri di dekat pintu keluar taman. Kini, mereka sedang menunggu taxi online yang dipesan oleh Mahira.
Sebelum taxi online pesanan Mahira tiba, sebuah mobil berhenti tak jauh dari mereka berdiri dan ternyata itu adalah mobil Gani.
Gani turun dari mobilnya dan menghampiri Dita dan Mahira. Rupanya, saat Gani akan pulang kerumah, dia melihat anak dan istirnya. Dia pun memutuskan untuk mengajak mereka pulang bersama.
Saat sudah mendekat, Gani mendadak emosi saat melihat putrinya memegang cup berisi ice cream.
"Kenapa kau memberi putriku ice cream!" Bentak Gani pada Mahira.
Mahira dan Dita yang sedang melihat kearah lain tak menyadari kehadiran Gani.
Mendengar bentakan Gani, sontak Mahira dan Dita pun langsung menoleh kearah Gani. Bahkan beberapa orang yang sedang melewat sempat memperhatikan Gani yang sedang emosi.
Wajah Mahira berubah menjadi pucat pasi saat melihat Gani yang emosi.
"Mas-mas," ucap Mahira terbata-bata.
Tanpa menjawab panggilan Mahira, Gani maju kedekat Dita. Dengan kasar, Gani merebut cup ice cream di tangan Gita membuangnya ke tanah.
"A-ayah," ucap Dita terbata-bata. Terlihat jelas Dita sangat ketakutan saat melihat reaksi Gani.
Saat Dita ingin bersembunyi di balik tubuh Mahira, Gani langsung menarik tangan Dita dengan kasar dan berjalan menuju mobil.
Mahira yang panik langsung mengikuti langkah Gani yang sedang menarik tangan Dita.
Saat Gani dan Dita sudah menaiki mobil, Mahira pun dengan segera menarik handle pintu mobil. Namun sayang, Gani sudah menguncinya dari dalam. Tanpa perasaan, Gani menjalankan mobil meninggalkan Mahira.
Saat mobil Gani sudah pergi, beruntung taxi yang online yang dipesan Mahira datang. Mahira pun dengan cepat naik ke mobil, dia menyuruh supir menjalankan mobilnya dengan cepat. Di dalam mobil, Mahira merasa sangat gelisah. Dia meremas tangannya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, Mahira sungguh takut Gani akan melukai Dita. Tanpa Mahira sadari, obat dan Vitamin yang dia bawa terjatuh dari tasnya. Setelah sampai dan membayar taxi online, Mahira dengan cepat turun dari mobilnya. Dia berjalan setengah berlari, dia mengabaikan kondisinya yang sedang mengandung. Saat dia sudah masuk, dia melihat Dita sedang duduk di sofa sambil menangis sesegukan, sedangkan mas Gani berdiri di depan Dita dengan berkacak pinggang. "Mas!" Teriak Mahira saat Gani sepertinya akan membuka mulut untuk memarahi Duta. Mendengar suara Mahira, Dita buru-buru bangkit dari duduknya dan langsung berlari menghampiri Mahira. Dengan celat, Dita bersembunyi di belakang tubuh Mahira karena masih takut oleh Gani."
Mahira POV.Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku bunda.Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi putrimu karena Dita memanggilku
Bab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit
Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengambilan uang dari atm yang di pegan
Bab 6, Rencana sebelum pergi Mahira POV.Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku bunda.Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi p
Bab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit
Bab 8 Titik Balik perasaan Gani Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengam
Bab 9 Titik Balik perasaan Gani 2 Tanpa sadar, Gani berbalik dan mencekal tangan Mahira kemudian menariknya hingga Mahira berbalik dan kepala Mahira menabrak dada Gani."Apa kau tuli, Hah!" Teriak Gani lagi. Rupanya Gani masih kesal karena Mahira menolak handuk yang diberikan.Mahira yang dari tadi akan kehilangan kesadarannya, merasakan kepalanya berdenyut. Saat Gani menarik tangannya dan membentaknya, lamat-lamat, Mahira merasa pangdangannya menggelap dan detik selanjutnya Mahira tak sadarkan diri."Mahira ... Mahira!" Teriak Gani saat Mahira menutup mata. Seketika, rasa marah dan rasa kesal Gani sirna karena melihat wajah Mahira yang pucat. "Tuan, ada apa?" Tanya bi Karti yang menghampiri Gani. "Ya Allah, Mahira!" Teriak bi Karti yang ikut panik saat melihat Mahira tak sadarkan diri."Bi, tolong ambilkan kotak medis di mobil saya!" Teriak Gani sambil memangku Mahira ala brydal style.Bi karti pun mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat. Sedangkan Gani, saat dia sudah meman