Accueil / Rumah Tangga / Lihat Aku, Suamiku! / Bab 6 Rencana Sebelum pergi

Share

Bab 6 Rencana Sebelum pergi

Auteur: Dewi kim
last update Dernière mise à jour: 2023-09-07 15:56:09

Mahira POV.

Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?

Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.

Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. 

Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. 

Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku  bunda.

Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi putrimu karena Dita memanggilku bunda dan itu akan membuatmu mengingat mba Rahma. Bisakah mulai sekarang kau bersikap seperti dulu pada putrimu mas.

Kau tidak tau bukan bahwa putrimu selalu

menangis diam-diam saat dia merindukan mendiang mba Rahma dan merindukan sosok ayah seperti dulu.

Tapi kau dimana saat putrimu terus menanyakan kehadiranmu? Dan tentu saja kau sibuk rasa bencimu padaku. 

Dan kini, semua telah jelas. 

Hari ini,  hari dimana aku mendengar semua dari mulutmu sendiri tentangku dan tentang anakku. Maka hari ini aku menyerah padamu dan menyerah pada pernikahan ini.

Aku tau, saat aku keluar dari rumah ini, kesulitan akan menantiku. Aku harus menjadi orang tua tunggal untuk putraku, dan aku harus menghidupi putraku seorang diri dan tentu akan banyak lagi kesulitan yang akan menyapaku. Tapi tak mengapa,  setidaknya itu lebih baik dari pada aku bertahan denganmu tapi aku harus menyaksikan saat nanti putraku mengemis kasih sayang pada ayahnya. 

Author pov

Setelah lelah menangis, Mahira pun akhirnya tertidur. Dia kembali terbangun saat kumandang azan magrib.

Mahira pun perlahan turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi.

Setelah menyegarkan diri di kamar mandi dan melakukan wudu. Mahira pun melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Dihadapan Sang Kuasa,  Mahira mengadukan segala keluh kesahnya, Mahira tak meminta banyak padan Allah,  dia hanya berharap Allah mempermudah jalannnya ketika setelah berpisah dari Gani.

Setelah selesai melakukan sholat magrib,  Mahira mengambil tas besar dari lemarinya. Ia memasukan semua pakaiannya kedalam tas. Mulai malam ini, Mahira memutuskan untuk tidur di kamar bk Karti. 

Ya,  Mahira memang memutuskan untuk pergi, akan pergi ketika dia akan melahirkan. Dia tak bisa pergi karena walau bagaimana pun, dia harus memberi pengertian pada Dita tentang kepergiannya nanti.

Walau tak mungkin, esok hari,  Mahira memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk makan dan kebutuhannya sehari-hari. 

Saat awal pernikahan, Gani tanpa prasaan melemparkan Atm pada Mahira, walau pun Mahira menerima atm tersebut, Mahira sama sekali tak pernah memakainya. Dia tak tau cara mengambil uang di atm sedangkan dia juga takut untuk bertanya pada Gani. 

Alhasil, untuk kebutuhannya selama ini dia memakai gajih yang dia tabung saat menjadi pengasuh Dita. 

Setelah selesai membereskan pakaiannya pakaiannya. Mahira pun berjalan untuk keluar dari kamar. Sebelum keluar,  sejenak Mahira menoleh kebelakang dia melihat kamar yang penuh dengan kenangan menyakitkan.

"Mahira!" Panggil bi Karti saat melihat Mahira keluar kamar sambil menjinjing tas besar.

"Mahira, kau mau kemana, Nak?" Tanya bi Karti lagi. Bi karti yang akan membangunkan Mahira malah dibuat takut saat Mahira tas besar, bi karti sungguh takut Mahira pergi dari rumah. 

Mahira tersenyum. "Bi, bolehkah mulai saat ini aku tidur dengan bibi?" Tanya Mahira. 

Bi karti menghela napas lega, saat tau Mahira tak akan pergi.

"Ayo! Biar bibi  bawa tasmu." Bi karti mengambil alih tas yang di tangan Mahira. Bi karti tak mau repot-repot menanyakan kenapa Mahira ingin tinggal di kamarnya. Bagi bi Karti yang terpenting Mahira tidak pergi. 

Ada yang gemesh sama Gani🤣🤣

Jan lupa subs ya

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Rahayu
banyak typonya
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Lihat Aku, Suamiku!    47

    Bab 47Gani melongo mendengar ucapan istrinya. Ia menghela napas, menghadapi istrinya harus memiliki kesabaran super extra."Yank, Mas udah mandi, masa bau?""Bukan Masnya. Tapi susu hamilnya!"Gani menghela napas lega, "Kamu ga mau minum susunya?" tanya Gani. Mahira menggeleng."Sini cepet!" titahnya."Bentar Mas simpen dulu ini ke dapur."Setelah menyimpan susu ke dapur, Gani pun kembali ke kamar. Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang, lalu membaringkan tubuhnya dan menjadikan paha Mahira sebagai bantalan, dia mengarahkan wajahnya pada perut istrinya dan menciumnya terus menerus."Mas!" panggil Mahira, ia meletakan ponselnya, tangannya mengelus rambut Gani.Gani mengubah posisinya menjadi melihat kearah Mahira, ia mengambil tangan Mahira yang sedang mengelus rambutnya, lalu mengecupnya. "Kenapa?" tanya Gani"Mas aku pengen ngadain resepsi pernikahan kita," lirih Mahira dengan suara pelan. Melihat ponsel dan melihat tentang artikel pernikahan. Tiba-tiba ia ingin mengadakan resepsi.

  • Lihat Aku, Suamiku!    46

    Bab 46 Kamu bau "Maksudnya gimana sih, yank?" tanya Gani saat Mahira menyuruhnya memakan bakso, bukankah tadi istrinya yang menginginkannya."Ya, Mas yang abisin. Aku mau ngeliat mas makan bakso," jawabnya sambil menyeruput kembali jus di tangannya. Ia memang ingin bakso. Tapi tiba-tiba ia malah ingin melihat suaminya yang memakan bakso"Yank, kan tadi kamu yang mau. Kenapa sekarang jadi Mas yang harus makan?" tanya Gani, ia berbicara selembut mungkin pada istrinya."Mas, waktu aku hamil Albi, aku ngadepin ngidam aku sendiri. Dulu, waktu awal-awal aku hamil kamu ga pernah perduliin aku, Dulu, waktu aku peng ...." perkataan Mahira terputus saat melihat suaminya mengambil mangkok yang berisi bakso dan langsung menyantap baksonya, ia melihat kearah Mahira dan tersenyum, tapi hatinya ketar-ketir.Bagaimana tidak, selama sebulan ini ia menjadi seorang vegetarian agar hidupnya bertambah sehat, tapi sekarang ....Ah, syudahlah, kebahagian istrinya lebih penting dari apapun sekarang.Mahira

  • Lihat Aku, Suamiku!    45

    "Sayang, bangun yu ... Ini udah hampir siang. Mas bentar lagi praktek," ucap Gani. Setelah Drama semalam Mahira tak mau melepaskan pelukannya. Pagi ini pun, setelah sholat subuh Mahira ingin kembali tidur dan memeluk suaminya. Mungkin rasa itu terasa lebih manis kala satu bulan ini dia salah sangka pada suaminyaBukannya menjawab, Mahira malah memeluk suaminya semakin erat. "Nanti dulu, masih mau meluk!" Jawabnya sambil memejamkan mata. Ia benar-benar merasa nyaman memeluk suaminya.Gani tersenyum, ia mengelus punggung sang istri. "Kangen ya? karena sebulan kemaren ga meluk Mas?" tanya Gani sambil terkekeh pelan. Pasalnya selama sebulan kemarin, saat dirinya salah sangka pada suaminya, Mahira tak pernah membalas pelukan Gani.Bukannya membalas ucapan suaminya, Mahira membuka matanya, ia mengangkat kepalanya dan langsung mencium pipi Gani, lalu mengecup bibir Gani.Setelah itu, ia menyimpan kepalanya di dada Gani, ia mengusap dada Gani dengan telunjuknya.Mendapat perlakuan begitu dar

  • Lihat Aku, Suamiku!    44

    Bab 44 Kejutan manis untuk Gani"Ayah, Bunda mana?" tanya Albi saat membuka pintu kamar mandi.Saat ini, Gani berada di belakang pintu kamar mandi dan Mahira bersembunyi dibelakang tubuhnya. Ia sengaja melongokan kepalanya keluar agar Albi tak masuk ke kamar mandi, jadi hanya kepala Gani saja yang terlihat."Albi mau apa nyariin bunda?" tanya Gani."Bunda nyimpen robot Albi, Albi mau nanya di mana bunda nyimpennya," jawab bocah kecil itu."Di kontainer ijo," bisik Mahira di telinga Gani.Gani pun mengangguk."Di kontainer warna ijo." Gani memberitau pada Albi.Karena sudah di beri tau, bocah kecil itu pun pergi tanpa menjawab lagi ucapan sang ayah.Setelah Albi pergi, Gani menutup kembali pintu kamar mandi.Gani pun mengajak Mahira untuk berendam di bathub, lalu mengulangi kegiatan panas mereka.Saat ini, mereka masih berendam di bathube dengan posisis yang berhadap-hadapan. Gani terus menatap wajah Mahira yang sedang tertunduk.Saat dulu pun Mahira sudah cantik, sekarang kencatikann

  • Lihat Aku, Suamiku!    43

    Bab 43 memadu kasih.Setelah mengucapkan hal yang sebenarnya pada Haikal tentang siapa dirinya, Gani pun keluar dari ruangan di rektur utama.Sedangkan Akbar yang tadi menunggu di luar hampir saja terguling saat Gani membuka pintu.Gani menggeleng meliat tingkah temannya, Gani tau, bahwa temannya menguping pembicaraanya dengan haikal. Gani pun melangkahkan kakinya tanpa mengajak Akbar"Anda akan pulang kembali, Dok?" tanya Akbar dengan memakai bahasa formal karena sudah tau siapa Gani sebenarnya.Tiba-tiba Gani menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. "Awas aja kalau lu bocorin apa yang barusan lu denger!" ancamnya pada Akbar, lalu setelah mengatakan itu, Gani pun kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.Gani dilahirkan dari keluarga sultan, jika orang lain lebih memilih meneruskan bisnis keluarga. Namun tidak bagi Gani.Sejak sekolah, ia sudah tertarik dengan dunia kedokteran, Gani pun tak tau kenapa dia bisa lebih memilih jadi Dokter ketimbang melanjutkan bisnis keluarga

  • Lihat Aku, Suamiku!    42

    Bab 42 I love you mas"Ma-mas," ucap Mahira saat Gani menaruh kembali tangan di pinggangnya."hemm," jawab Gani. Ia semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa belum tidur?" tanya Gani lagi. Ia lebih memilih berpura-pura tak menyadari bahwa istrinya kecewa padanya. Meminta maaf pun percuma. Gani tau, istrinya sudah kadung memercayai apa yang di lihat. Menjelaskan pun Mahira akan menganggapnya sebagai omong kosong.Kini Gani hanya perlu lebih menunjukan cintanya, membuat istrinya yakin bahwa cintanya hanya untuk Mahira. Tak ada lagi yang lain di hatinya. Itulah cara Gani meminta maaf dan merebut hati istrinya kembali, membuat amarah istrinya luntur karena cintanya."A-aku mau ke toilet dulu," jawab Mahira. Ia melepaskan tangan Gani dari pinggangnya. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.Setelah Mahira turun, Gani bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya kebelakang lalu memanjangkan kakinya. Gani mengucek matanya, rasa lelah sudah menyapanya. Namun, dia

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status