Mahira POV.
Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku bunda.Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi putrimu karena Dita memanggilku bunda dan itu akan membuatmu mengingat mba Rahma. Bisakah mulai sekarang kau bersikap seperti dulu pada putrimu mas.Kau tidak tau bukan bahwa putrimu selalumenangis diam-diam saat dia merindukan mendiang mba Rahma dan merindukan sosok ayah seperti dulu.Tapi kau dimana saat putrimu terus menanyakan kehadiranmu? Dan tentu saja kau sibuk rasa bencimu padaku. Dan kini, semua telah jelas. Hari ini, hari dimana aku mendengar semua dari mulutmu sendiri tentangku dan tentang anakku. Maka hari ini aku menyerah padamu dan menyerah pada pernikahan ini.Aku tau, saat aku keluar dari rumah ini, kesulitan akan menantiku. Aku harus menjadi orang tua tunggal untuk putraku, dan aku harus menghidupi putraku seorang diri dan tentu akan banyak lagi kesulitan yang akan menyapaku. Tapi tak mengapa, setidaknya itu lebih baik dari pada aku bertahan denganmu tapi aku harus menyaksikan saat nanti putraku mengemis kasih sayang pada ayahnya. Author povSetelah lelah menangis, Mahira pun akhirnya tertidur. Dia kembali terbangun saat kumandang azan magrib.Mahira pun perlahan turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi.Setelah menyegarkan diri di kamar mandi dan melakukan wudu. Mahira pun melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.Dihadapan Sang Kuasa, Mahira mengadukan segala keluh kesahnya, Mahira tak meminta banyak padan Allah, dia hanya berharap Allah mempermudah jalannnya ketika setelah berpisah dari Gani.Setelah selesai melakukan sholat magrib, Mahira mengambil tas besar dari lemarinya. Ia memasukan semua pakaiannya kedalam tas. Mulai malam ini, Mahira memutuskan untuk tidur di kamar bk Karti. Ya, Mahira memang memutuskan untuk pergi, akan pergi ketika dia akan melahirkan. Dia tak bisa pergi karena walau bagaimana pun, dia harus memberi pengertian pada Dita tentang kepergiannya nanti.Walau tak mungkin, esok hari, Mahira memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk makan dan kebutuhannya sehari-hari. Saat awal pernikahan, Gani tanpa prasaan melemparkan Atm pada Mahira, walau pun Mahira menerima atm tersebut, Mahira sama sekali tak pernah memakainya. Dia tak tau cara mengambil uang di atm sedangkan dia juga takut untuk bertanya pada Gani. Alhasil, untuk kebutuhannya selama ini dia memakai gajih yang dia tabung saat menjadi pengasuh Dita. Setelah selesai membereskan pakaiannya pakaiannya. Mahira pun berjalan untuk keluar dari kamar. Sebelum keluar, sejenak Mahira menoleh kebelakang dia melihat kamar yang penuh dengan kenangan menyakitkan."Mahira!" Panggil bi Karti saat melihat Mahira keluar kamar sambil menjinjing tas besar."Mahira, kau mau kemana, Nak?" Tanya bi Karti lagi. Bi karti yang akan membangunkan Mahira malah dibuat takut saat Mahira tas besar, bi karti sungguh takut Mahira pergi dari rumah. Mahira tersenyum. "Bi, bolehkah mulai saat ini aku tidur dengan bibi?" Tanya Mahira. Bi karti menghela napas lega, saat tau Mahira tak akan pergi."Ayo! Biar bibi bawa tasmu." Bi karti mengambil alih tas yang di tangan Mahira. Bi karti tak mau repot-repot menanyakan kenapa Mahira ingin tinggal di kamarnya. Bagi bi Karti yang terpenting Mahira tidak pergi. Ada yang gemesh sama Gani🤣🤣Jan lupa subs yaBab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit
Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengambilan uang dari atm yang di pegan
Bab 6, Rencana sebelum pergi Mahira POV.Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi ucapan mas Gani masih terus terngiang-ngiang. Bolehkah aku bertanya padamu mas, kenapa kau begitu membenciku? Bukan aku yang menghendaki pernikahan ini, lalu kenapa kau selalu mengagap aku akan menggantikan posisi mba Rahma?Tidak, mas! Aku sama sekali tak pernah mempunyai niat menggantikan mba Rahma.Bahkan hanya sekedar bermimpi saja aku tak berani. Aku pikir, seiring berjalannya waktu kamu akan sedikit membuka hatimu untukku. Namun aku salah, sangat sulit menggapai hatimu. Kau berkata Dita adalah anakmu satu-satunya, seolah menegaskan bahwa anak dalam kandunganku adalah sebuah kesalahan. Kau tidak hanya menyakitiku mas, kau juga menyakiti calon anakku. Kau tau, mas? Aku tulus menyayangi Dita, aku tak pernah menyuruh Dita untuk melupakan mendiang mba Rahma. Bahkan aku tak pernah menyuruh Dita memanggilku bunda.Kau tau Mas, aku selalu merasa bersalah pada Dita karena selalu berpikir kau menjauhi p
Bab 7 Tegar "Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik."Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. "Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. "Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita."Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. Dita pun mengangguk."Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?""Bunda minta apa?" Tanya Dita. "Mulai besok, Dita mau, kan, memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dit
Bab 8 Titik Balik perasaan Gani Saat dalam perjalanan pulang, Gani teringat makanan kesukaan Dita. Sebagai permintaan maaf pada putrinya. Gani akan membelikan makanan untuk Dita. Gani pun memutuskan untuk berhenti di super market sebelum pulang ke rumah. Dia mengambil keranjang dan melihat-lihat makanan yang akan diambilnya. Saat akan berbelok, Gani menghentikan langkahnya kala melihat Mahira sedang meletakan susunya kembali. Gani mengernyitkan keningnya saat melihat Mahira malah mengambil susu yang murah.Gani masih terdiam di tempatnya. Matanya tak lepas memandang sosok Mahira. Saat Mahira mengelus perutnya. Ada rasa tak biasa dalam hati Gani. Namun, dengan cepat Gani menggeleng samar dan menyangkal prasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Saat Mahira mengantri di kasir, Gani terus memerhatikannya. Kening Gani semakin mengkrut bingung saat melihat Mahira mengeluarkan uang receh dari sakunya dan menghitungnya. Tiba-tiba dia teringat selama ini tak pernah ada laporan tentang pengam
Bab 9 Titik Balik perasaan Gani 2 Tanpa sadar, Gani berbalik dan mencekal tangan Mahira kemudian menariknya hingga Mahira berbalik dan kepala Mahira menabrak dada Gani."Apa kau tuli, Hah!" Teriak Gani lagi. Rupanya Gani masih kesal karena Mahira menolak handuk yang diberikan.Mahira yang dari tadi akan kehilangan kesadarannya, merasakan kepalanya berdenyut. Saat Gani menarik tangannya dan membentaknya, lamat-lamat, Mahira merasa pangdangannya menggelap dan detik selanjutnya Mahira tak sadarkan diri."Mahira ... Mahira!" Teriak Gani saat Mahira menutup mata. Seketika, rasa marah dan rasa kesal Gani sirna karena melihat wajah Mahira yang pucat. "Tuan, ada apa?" Tanya bi Karti yang menghampiri Gani. "Ya Allah, Mahira!" Teriak bi Karti yang ikut panik saat melihat Mahira tak sadarkan diri."Bi, tolong ambilkan kotak medis di mobil saya!" Teriak Gani sambil memangku Mahira ala brydal style.Bi karti pun mengangguk lalu berjalan keluar dengan cepat. Sedangkan Gani, saat dia sudah meman
Bab 10 mari kita bercerai Mas Mahira membuka matanya, betapa terkejutnya dia, saat dirinya yang terbaring dikamar Gani.Ekor mata Mahira melihat kearah bawah dan yang lebih terkejutnya lagi Mahira terbangun menggunakan kemeja milik Gani. Lagi-lagi Mahira terkejut saat Gani memegang perutnya. Gani pun melihat kearah Mahira. Ia tersentak kaget saat Mahira membuka matanya dan melihatnya. Saat mata mereka saling mengunci, Gani dengan cepat menjauhkan tangannya dari perut Mahira. Walaupun Mahira sudah memutuskan untuk menyerah. Namun, ada setitik rasa kebahagiaan muncul di hati Mahira saat Gani yang masih bersetatus suaminya memegang perutnya untuk yang pertama kali. "Jangan salah paham, tadi kamu tak sadarkan diri. Jadi saya menolong kamu atas dasar kemanusiaan," ucap Gani datar dan dingin. Ia berbicara tanpa melihat kearah Mahira. Seketika rasa bahagia yang sempat memghampiri Mahira sirna. Padahal baru beberapa detik lalu dia merasakan sedikit kebahagiaan. Namun, perkataan Gani me
Bab 11 Mahira tegas Ganti terdiam Saat mendengar ucapan Mahira. Gani bagaikan tersambar petir di siang bolong.Tubunya menegang, lidahnya terasa kelu. Ada getaran aneh di hatinya saat Mahira mengucap kata cerai.Setelah lama terpaku, Gani kembali mendapatkan kesadarannya, dia pun berusaha mengendalikan diri. "Mahira, apa kamu berkata begitu untuk mendapat simpati dari saya?" Tanya Gani dengan menatap tajam Mahira dan sorot mata Gani di penuhi ke angkuhan Sungguh, Mahira merasa jengkel pada Gani. dia sudah berbicara panjang lebar. Namun, jawaban Gani membuatnya mengelus dada. Mahira menguatkan dirinya saat Gani menatap tajam padanya. Mahira pikir, ini saatnya membalas semua ucapan Gani dan membuat Gani berhenti menyudutkannya.Mahira menatap Gani dengan tatapan lembut, dia kembali tersenyum sebelum membalas ucapan Gani."Pak, apakah saya yang menghendaki pernikahan ini terjadi?" Tanya Mahira. Tatapan lembut yang tadi dilihatkan pada Gani berubah menjadi tatapan tajam, sorot mata M