Share

4. sudah ku duga

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 22:07:08

"Hahaha, berprasangka buruk katamu Mas? Apa kamu lupa Mas, aku sudah hidup bersama mu hampir delapan tahun ini. Jadi, sedikit banyak nya aku hapal dengan karakter kamu. Apalagi saat kamu bersikap manis seperti ini, sudah pasti tentu kamu memiliki maksut lain!" Ucapku dengan intonasi penuh penegasan.

Mas Danu hanya diam, tak menjawab. Bahkan untuk menatap ku saja, dia tak berani.

"Apa ini tentang biaya pernikahan Kaila?" Tanya ku lagi untuk memastikan.

Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan ku, dan baru mengangkat wajahnya seraya melihatku.

"Sudah ku duga!" Jawab ku singkat.

"Lit, kenapa sih kamu masih bersikeras tak mau membantu biaya pernikahan Kaila? Toh biayanya juga dibuat patungan. Bukan kita sendriri yang nangung. Kamu tuh istriku, dan sudah masuk dalam keluarga besar ini. Jadi, jika ada kesulitan, harusnya kamu mau berbagi untuk meringankan beban kita!" Kini, gantian Mas Danu yang bersuara sedikit keras.

Ku sunggingkan senyum sinis padanya. Percuma juga aku berkata, toh pasti dia juga tak mau kalah.

"Kenapa kamu diam saja? Jawab, punya mulut kan?" Bentaknya.

Astaga, nih orang benar-benar kelewat jahat.

"Sekarang maumu, aku harus bagaimana Mas?"  Tanya ku santai sambil meneguk air putih

"Ya kamu cari jalan keluar kek, gimana kita bisa dapetin uang buat Kaila."

"Ngimpi Mas, Mas... Toh si pengantin nya aja gak ada usaha untuk cari modal buat nikahanya, kenapa juga aku yang ikut mikir? Lagian, salah dia sendiri yang sudah menghabiskan uang dari si Gandi untuk hal yang tak penting. Dan satu lagi, kan kamu juga sudah memberikan nafkah pada Ibu, yang jauh lebih besar lima kali lipat daripada untuk ku. Buktinya, beliau saja tak punya uang. Apalagi aku Mas, yang hanya kau jatah sebulan cuman sejuta. Lagian nih ya, laba hasil jualan online ku juga hanya berapa sih Mas? Tetap tak sebanding dengan jatah bulanan yang kau berikan pada Ibu, meskipun itu sudah ditambah jatah bulanan darimu."

"Dan kau masih menyuruhku untuk berpikir lagi mencari uang tambahan biaya pernikahan adikmu? Ya Allah Mas, hati dan pikiran mu itu terbuat dari apa sih!"

Kutelungkupkan kedua tangan ku menutupi wajah. Jujur saja, ku tak mampu membendung rasa sedih dan kecewa yang kini hinggap dihati.

"Tapi kan kamu punya Emas-emasan Lit! Apa salahnya sih, kalau kamu jual dulu. Toh nanti juga aku ganti." 

"Hahahaha!" Mendengar ucapanya yang sama sekalibtak masuk akal ini, membuat ku langsung terbahak.

"Kenapa kamu tertawa? Kamu meremehkan ku?" Mas Danu memasang wajah tak sukanya.

"Kalau memang tak mau diremehkan, ya usaha sendiri dong Mas. Kamu kan ada bpkb mobil. Kenapa itu tak kau gadaikan saja? Perlu kamu ingat Mas, sampai kapan pun, aku tetap tak akan mau memberikan perhiasan ini padamu!" Jawab ku begitu lantang membuat mata  Mas Danu membulat sempurna.

"Kenapa kamu jadi pelit gini sih Lit, sama keluarga ku?" 

Allah ya karim... Kenapa suamiku ini tak sadar juga sih? Dan malah selalu menyalahkan ku?

"Apa aku tak salah dengar Mas? Bukanya kebalikan nya ya?" Ucapku sinis 

"Maksut kamu berkata seperti ini apa, Lit?"

Lagi-lagi aku menyunggingkan semyum sinis. Entah Mas Danu pura-pura tidak tau, atau memang dia melupakan kejadian waktu itu.

"Apa kamu lupa kejadian tiga tahun lalu Mas? Saat Ica hendak menikah, Ibu meminta bantuan kita untuk menambah biaya pernikahan Ica. Padahal Ibu bilang, Ibu berhutang, dan akan membayarnya setelah acara selesai. Tapi apa respon mu? Kamu bersikap masa bodoh, dan sama sekali tak mau tau. Padahal Ibu sangat berharap padaku, agar aku bisa menolong nya."

"Kamu tau, pikiran ku saat itu, kamu memiliki uang tabungan lebih yang bisa aku gunakan untuk membantu beliau. Tapi nyatanya apa? Kamu sama sekali tak peduli." Air mata kembali menggenang dipelupuk mata.

****

Sakit, hanya kata itu yang bisa ku ungkapkan kala mengingat hari itu. Meskipun ku tau calon suami Ica kaya, dan mau membantu setengah biaya pernikahan, tapi Ibu juga harus mencari biaya separuhnya juga.

Lagian, pada saat itu Ica hanya bekerja sebagai pelayan dirumah makan yang sudah tentu gajinya tak seberapa. Kalaupun dia memiliki tabungan, pastinya tak bakal bisa sebanyak Kaila yang mungkin gajinya tiga kali lipat dari gaji Ica dulu.

Tapi sayang, hanya karena gaya hidup yang terlalu dipaksakan, akhirnya malah menyusahkan orang lain.

"Kenapa kamu malah mengungkit masalah yang sudah berlalu sih? Kan kamu juga tadi dengar sendiri, jika uang gajiku aku berikan pada Ibu. Ya wajar saja dong, jika aku tak punya tabungan. Lagian kan Ica adik kamu. Ya berarti itu bukan tanggung jawab ku Lit!"

Memang jika seseorang sudah mati rasa, apaapun yang dikatakan, tak pernah memperhatikan perasaan orang lain yang sedang diajak bicara 

"Ooh, begitu ya! Baiklah, aku paham Mas. Kaila juga bukan adik kandung ku Mas. Jadi, dia bukan tanggung jawab ku. Selamat berbingung-bingunh ria!"

Suara deritan kursi yang ku geser memecah keheningan yang seketika terjadi diantara kami.

"Lit, jangan gitu dong. Ok, aku akui dulu aku salah. Tapi jangan gitu juga dong Lit. Apa kamu tega, lihat aku pusinh sendiri?"

Langkah ku pun terhenti dan ku balikkan badan menghadapnya.

"Kamu dulu saja tega Mas, kenapa aku tidak?" Senyum sinis ini lagi-lagi terukir diwajah. Lalu kembali ku palingkan muka, berjalan kembali menyusul Arina yang ada didepan.

"Lit... Tunggu Liit!" Mas Danu masih terus sjaa memanggilku.

.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   25. arisan bodong

    Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   24. ancaman

    Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   23. sesuatu

    Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   22. meminta maaf

    "Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   21.danu menciut

    Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   20.Pov. danu

    Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status