Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku

Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku

Oleh:  Yanikdwilestari  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
25Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kupikir, pernikahan adik iparku dilaksanakan kecil-kecilan. tapi, nyatanya mereka menginginkan acara mewah! Tak hanya itu, ibu mertuaku justru meminta 50 juta untuk pernikahan adik iparku! Detik itu juga, aku sadar bahwa keluarga pasanganku sedang memerasku. Apa yang harus kulakukan dengan gengsi mereka?

Lihat lebih banyak
Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
25 Bab
1. awal
AKU TAK IRI, MAS!!!*****"kamu iri Dek? Masa' gitu aja iri. Kayak anak kecil tau gak!""Lagian, itu mah salah mu sendiri, pelit sama keluarga ku. Jadi, jangan salahkan Ibu dan Kaila jika mereka tak menganggapmu, dan tak memberi mu baju kembaran sekeluarga buat acara pernikahan Kaila nanti." Cebik Mas Danu sambil berlalu meninggalkan ku yang tengah sibuk didapur.Bagaimana pun perasaan ku sebagai wanita, merasa sakit. Saat diriku seperti tak dianggap oleh keluarga Mas Danu yang selalu aku hormati. Semua ini terjadi setelah beberapa bualn yang lalu, kami mengadakan acara kumpul keluarga.Sebulan lagi, akan diadakan acara pernikahan Kaila, adik bungsu Mas Danu yang akan diselenggarakan dihotel Kencana. Kebetulan pula, sebelum mempersiapkan semuanya, kami semua sengaja dikumpulkan oleh Ibu mertua dirumahnya Ternyata, perkumpulan kali ini membahas soal biaya pernikahan Kaila."Kalian tau kan, sebentar lagi adik bungsu kalian mau menikah? Ibu ingin pernikahan Kaila kali ini harus dirayaka
Baca selengkapnya
2. kenyataan pahit
Sejak kejadian itu, hubungan ku baik dengan Mas Danu maupun keluarganya menjadi renggang. Bahkan, Mas Danu sering kali urung-uringan terhadapku. Tapi, aku tetap membiarkan saja. Mungkin dia juga bingung masalah uang untuk adiknya itu.Toh kebingungan yang dia rasakan saat ini, juga karena ulahnya sendiri.Dan sebagai langkah antisipasi, aku terpaksa menyimpan semua perhiasan ku ditempat yang aman.. karena memang sejak awal Mas Danu sudah mengincarnya. Aku takut, jika aku lengah, dia bakal mengambil ya dariku"Ma, Ayah kemana?" Tanya Arina, putri kecil kami yang masih berusia lima tahun."Ayah kerumah Uti, Nduk!""Kok kita gak pernah diajak kesana ya, Ma?"Pertanyaan gadis kecil ini membuat ku bingung untuk menjawab apa. Karena, aku juga tak mungkin mengatakan jika mereka sudah tak menyayangi kita. Itu sama saja, aku mempengaruhi putri kecilki untuk membenci keluarga Mas Danu."Emang Kakak mau kesana?" Tanya ku yang langsung dijawab anggukan kecil oleh nya.Aku hanya menghela napas. Me
Baca selengkapnya
3. ada maksud tersembunyi
"Mama kenapa menangis?" Ucapan dari bibir mungil itu menyadarkan ku.Dengan kasar aku menghapus air mata yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipi. Dan disaksikan langsung oleh putri kecil ku ini."Uti gak ada ya Ma? Kalau gak ada, kita pulang aja yuk Ma!" Tukasnya lagi."Ada kok sayang. Sebentar ya, Mama ketuk dulu pintunya." Arina mengangguk, dan kembali melempar pandangan kejalan."Bismillah....!" Gumamku dalam hati.Tok tok tok!!! Ketukan pintu dari ku membuat suasana seketika hening. Hingga derap langkah kaki dari dalam rumah mendekati daun pintu pun terdengar. Mendengar derit pintu yang terbuka, Arina langsung berdiri menghampiri ku.Terlihat Ibu mertua membukakan pintu. Tapi raut wajahnya sama sekali tak menunjukkan sikap bersahabatnya."Utiii... Arin kangen!" Arina langsung berlari memeluk neneknya yang sudah hampir sebulan ini tak bertemu.Ibu mertua pun juga membalas pelukan cucu pertamanya ini. Tapi, aku melihat jika pelukan itu bukan lah pelukam yang tulus, melainkan pelu
Baca selengkapnya
4. sudah ku duga
"Hahaha, berprasangka buruk katamu Mas? Apa kamu lupa Mas, aku sudah hidup bersama mu hampir delapan tahun ini. Jadi, sedikit banyak nya aku hapal dengan karakter kamu. Apalagi saat kamu bersikap manis seperti ini, sudah pasti tentu kamu memiliki maksut lain!" Ucapku dengan intonasi penuh penegasan.Mas Danu hanya diam, tak menjawab. Bahkan untuk menatap ku saja, dia tak berani."Apa ini tentang biaya pernikahan Kaila?" Tanya ku lagi untuk memastikan.Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan ku, dan baru mengangkat wajahnya seraya melihatku."Sudah ku duga!" Jawab ku singkat."Lit, kenapa sih kamu masih bersikeras tak mau membantu biaya pernikahan Kaila? Toh biayanya juga dibuat patungan. Bukan kita sendriri yang nangung. Kamu tuh istriku, dan sudah masuk dalam keluarga besar ini. Jadi, jika ada kesulitan, harusnya kamu mau berbagi untuk meringankan beban kita!" Kini, gantian Mas Danu yang bersuara sedikit keras.Ku sunggingkan senyum sinis padanya. Percuma juga aku berkata, toh pasti
Baca selengkapnya
5. ucapan polos arina
Aku sedikit terkjeut kala melihat Arina dibiarkan bermain sendiri dihalaman rumah. Bahkan, aku tak melihat Ibu atau pun Kaila berada disamping nya untuk menjaga.Apalagi, rumah Ibu tepat berada dijalan besar, yang sudah tentu banyak sekali kendaraan berlalu lintas. Dan tentunya itu sangat membahayakan bagi anak kecil.Hal ini membuat ku khawatir jika terjadi sesuatu pada putriku ini. Dan jika hal itu terjadi, sudah pasti aku bakal membuat perhitungan pada mereka."Nduk, kok main sendiri?" Tanya ku yang langsung berjalan mendekatinya "Uti, sama tante mana?" "Mereka ada didalam Ma. Gak tau, dari tadi gak mau keluar. Malah nyuruh Arin main didepan sendirian." Jawab nya polos.Kuraih tubuh gadis kecil ini, dan memeluknya erat."Sayang, kita pulang yuk!" Ajak ku lembut."Iya Ma, Arina gak suka disini. Uti dari tadi gak mau nemenin. Gitu kata Ayah, Uti lagi nyariin Arina. Ayah bohong ya Ma?" Tanya nya pada ku. Tatapan wajahnya tang sendu, membuat hatiku terluka. Hanya karena keegoisan ta
Baca selengkapnya
6. rejeki tak terduga
Mendengar ucapan Mas Danu yang malah menyalahkan ku, membikin hatiku jadi tambah panas."Jangan pernah bentak Arin, Mas!" Ucapku dengan intonasi yang tak kalah tinggi. Kini, Ku alihkan pandangan ku pada Mas Danu yang terkesiap mendengar teguran ku "Aku sama sekali tak pernah bilang hal jelek sama kalian pada Arina. Tapi dia sendiri yang bisa merasakan, jika memang kalian tak pernah sayang pada putriku ini. Jadi, jangan salahkan jika dia tak mau berlama-lama disini.""Dan perlu kalian tau, aku tak pernah mempermasalahkan sikap kalian yang dingin padaku. Tapi, jangan lakukan itu pada Arina! Karena sampai kapan pun, aku tak ikhlas jika ada yang menyakitinya termasuk kalian!" Ucapku panjang lebar dibalut dengan emosi yang sudah membara didalam dada.Pelukan kecil dari Arina menyadarkan ku, kulihat dia semakin ketakutan saat melihat ku marah. Akhirnya, aku memilih untuk meredam emosi ku dihadapan mereka, dan memilih untuk langsung undur diri."Ayo Nduk, kita pulang!" Tanpa banyak kata, la
Baca selengkapnya
7.secercah harapan
Adzan sholat ashar mulai berkumandang. Aku yang sedari tadi hanya rebahan akhirnya memilih melangkahkan kaki menuju kamar mandi dan berwudhu untuk mejunaikan kewajiban ku sebagai seorang muslimah.Seusai sholat, aku membuat es susu coklat. Entah mengapa, bawaan nya haus saja hari ini. Apa ini efek karena aku sering emosi? Makanya tubuhku berasa panas?Hahaha bisa jadi sih ya. Ku nyalakan tv dan mulai menonton acara gosip, sambil sesekali melirik jam dinding. Hatiku kembali gusar karena hingga pukul setengah empat sore, tamu yang dimaksut Bu Rt belum juga datang."Maaf ya Allah, jika hambamu ini terlalu berharap!" Ucap ku dalam hati.Kebetulan hari ini jahitan ku tak banyak. Jadi, aku bisa santai. Tapi akhirnya tentu berpengaruh pada pemasukan ku.Ya, dulu waktu aku sekolah di SMK, aku memgambil jurusan tata busana. Sambil aku mengambil kursus dari tetangga ku yang memang jago dalam hal soal jahit menjahit.Bahkan, dulu dia membuka usaha konveksi dengan jumlah karyawan hampir sepuluh
Baca selengkapnya
8.suara mencurigakan
Hari ini aku lumayan sibuk. Untung saja aku memiliki anak yang mandiri. Jadi, Arina bisa melakukan apapun tanpa perlu bantuan ku. Bahkan, dia yang terbiasa melihat ku mengemas barang, ikut membantu.Dugaan ku pun benar, jika Mas Danu tak pulang. Mungkin dia bakal balik tengah malam atau bahkan besok pagi.Tak masalah juga lah, yang penting pekerjaan ku cepat selesai, dan menaruhnya dikamar Arina. Karena Mas Danu hampir tak pernah masuk kesana.Semua sudah terekap dengan baik, dan bahkan sudah ku masukkan kedalam karung. Tinggal nanti mengirim pesan pada Bu Jihan jumlah totalanya.Kebetulan juga adzan maghrib sudah menggema, Arina yang duduk disamping ku lalu mengajak ku untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah."Yuk Ma, sholat dulu!""Ayo Nduk, habis itu kita makan malam ya! Yasudah, Arin wudhu dulu. Mama mau naruh ini dikamar!"Arin memgangguk kemudian berlalu menuju kamar mandi. Sedangkan aku, kembali menyeret dua karung berisi lima ratus hijab yang sudah bertuan ini.Tanpa terasa,
Baca selengkapnya
9. kepergok
"Kamu ngapain Mas?" Tanyaku membuatnya terlonjak karena terkejut."Ka-kamu belum tidur Lit?" Tanya Mas Danu gugup. Kini, aku pun merubah posisi ku menjadi duduk diatas kasur."Tadi sudah tidur. Tapi mendengar suara mencurigakan, aku jadi terbangun. Ku kira itu suara maling, ternyata kamu!" Jawab ku seraya memicingkan mata."Enak saja, kau samakan aku dengan maling !" Cebiknya"Salah sendiri, siapa suruh mengendap-endap. Oh iya, kamu ngapain diisitu? Cari apa?" Tanya ku penasaran. Karena memang tak biasanya Mas Danu membuka laci lemari."Apaan sih, curiga amat. Aku cuman mau naruh dompet dilaci. Sekalian mau ganti baju, mau tidur." Ucap nya cuek, mengambil dompet disaku belakang nya dan menaruhnya didalam laci. Dan mengambil satu buah baju, kemudian dia kenakan."Tumben-tumbenan aja kamu mau taruh dompet dilaci. Biasanya juga kamu taruh diatas meja." "Ya terserah aku dong Lit, ini dompet aku. Mau aku letakkan dan simpan dimanapun juga terserah aku. Lagian, didalamnya banyak uangnya. T
Baca selengkapnya
10. gak usah iri
Lidah ku tiba-tiba saja kelu, hingga tak bisa menjawab ucapan Bu Jihan yang cukup membuatku terkejut ini."Bu Lita, gimana? Bisa tidak?" Tanya beliau lagi yang membuatku tersadar."Eh, saya pikirkan dulu ya Bu!" Jujur, sebenarnya aku benar-benar tertarik dengan tawaran Bu Jihan ini. Tapi, aku tak sanggup jika harus mengerjakan sendiri dengan target waktu yang sangat singkat. Apalagi, sebentar lagi nikahan Kaila. Yang sudah tentu pasti nya aku juga ikut rewang dirumah mertua. Meskipun kehadiran ku disana nanti juga tak dianggap, tak masalah. Yang penting aku juga harus tetap stor muka disana, agar para tetangga tak curiga."Iya Bu Lita, tapi saya mohon jangan lama-lama ya beri kepastian nya!""Iya Bu Jihan, siap! Sebentar ya saya ambilkan kerudung nya dulu Bu!" Ucap ku seraya masuk kedalam kamar Arina untuk mengambil dua sak kerudung pesanan Bu Jihan dan Bu Farandita.Karena barang yang berat, aku pun mengambil satu persatu. Dan sekarang, semuanya sudah siap diruang tamu."Oh iya Bu,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status