Share

5. ucapan polos arina

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 22:08:01

Aku sedikit terkjeut kala melihat Arina dibiarkan bermain sendiri dihalaman rumah. Bahkan, aku tak melihat Ibu atau pun Kaila berada disamping nya untuk menjaga.

Apalagi, rumah Ibu tepat berada dijalan besar, yang sudah tentu banyak sekali kendaraan berlalu lintas. Dan tentunya itu sangat membahayakan bagi anak kecil.

Hal ini membuat ku khawatir jika terjadi sesuatu pada putriku ini. Dan jika hal itu terjadi, sudah pasti aku bakal membuat perhitungan pada mereka.

"Nduk, kok main sendiri?" Tanya ku yang langsung berjalan mendekatinya 

"Uti, sama tante mana?" 

"Mereka ada didalam Ma. Gak tau, dari tadi gak mau keluar. Malah nyuruh Arin main didepan sendirian." Jawab nya polos.

Kuraih tubuh gadis kecil ini, dan memeluknya erat.

"Sayang, kita pulang yuk!" Ajak ku lembut.

"Iya Ma, Arina gak suka disini. Uti dari tadi gak mau nemenin. Gitu kata Ayah, Uti lagi nyariin Arina. Ayah bohong ya Ma?" Tanya nya pada ku. 

Tatapan wajahnya tang sendu, membuat hatiku terluka. Hanya karena keegoisan tantenya, anak sekecil ini menjadi kena batunya.

"Sudah, gak usah dibahas mending kita pulang aja ya. Yuk, ambil jaketnya dulu!" Ajak ku seraya menggandeng tangan mungil ini.

Maklum, perawakan ku yang memang kutilang, membuat Arina mengikuti fisik ku. Bahkan, dia menjadi anak tertinggi diantara teman-teman sebaya nya dirumah.

Saat kami masuk kedalam, ku lihat Ibu dan Kaila yang justru sedang bersantai sambil menonton tv. Arina pun tak peduli saat Ibu menyapa nya. Mungkin saja hati gadis kecil ini sudah terlanjur sakit hati dengan sikap neneknya.

"Loh, mau kemana Nduk?" Tanya Ibu mertua tanpa berdosa yang sama sekali tak digubrisnya.

Bahkan, untuk menolehkan kepala saja, dia terlihat enggan. Aku paham sekali, dengan perasaan putri kecilku ini. Dia begitu semangat sekali saat akan mengajak kami kesini hanya untuk bertemu orang-orang yang dia rindukan.

Tapi kemyataan nya, Arina sama sekali tak dipedulikan. Bahkan, keberadaanya disini pun juga tak dianggap ada. Jadi, aku tak menyalahkan Arina jika bersikap seperti ini.

"Sayang, ditanyain Uti kok gak dijawab?" Tanya Mas Danu

"Ma, ayo cepetan kalau jalan!" Justru kata itu yang terucap dari mulutnya, dan menarik tangan ku agar berjalan lebih cepat meninggalkan mereka.

Aku pun menuruti permintaan Arina, dan juga tak memperdulikan mereka. Bagiku, rasa sakit hati ini lebih dalam saat mereka tega memperlakukan putriku hingga seperti ini.

"Ditanyain mau kemana malah diem aja! Itu tuh, didikan istrimu, gak ada sopan santunya sama orang tua!" Terdengar jelas sekali bagaimana Ibu mengumpat ku kala aku masih sibuk memakai kan jaket untuk Arina.

"Ma, kenapa Uti marah-marah? Apa karena tadi Arin gak jawab pertanyaan Uti ya? Tapi salah Uti sendiri kan Ma, yang gak sayang sama Arin!" Lagi-lagi ucapan gadis kecil ini membuat air mataku seketika mengembun dipelupuk mata.

Aku pun sedikit berjongkok, menjajari tinggi putriku ini. Lalu, mengelus lembut rambutnya. 

"Uti gak marah-marah kok sayang. Mungkin Uti lagi capek!" Jawab ku menjelaskan.

Bagaimana pun juga, aku tetap tak mau sampai Arina membenci keluarga Ayahnya. Jadi, sebisa mungkin aku memberikan pengertian yang baik untuk putriku ini.

"Tapi masa' Uti capek ya setiap hari Ma? Lagian juga tante Kaila kayaknya gak suka sama Arina. Buktinya setiap Arin kesini, tante gak pernah cium Arin. Beda sama adik Shaka." Sorot mata indah milik Arina pun tak bisa membohongi ku, jika dirinya memang merasa dibedakan dikeluarga ini.

Shaka, adalah anak Deni dan Santi yang masih berumur dua setengah tahun. Dan aku juga sadar, jika perlakuan mereka pada keduanya berbeda. Shaka, diperlakukan bak raja disini, berbeda dengan putriku yang selalu tersisihkan.

"Kan Adik Shaka masih kecil sayang. Terus Shaka juga masih belum bisa main sendiri. Jadi, tante dan Uti ya sudah pasti lebih perhatian sama Adik Shaka. Dulu waktu Arina kecil mereka juga seperti itu kok memperlakukan Arina." Lagi-lagi, aku harus memberikan pengertian ekstra untuk nya.

Terdengar derap langkah kaki memasuki kamar saat aku berbicara dengan gadis kecilku ini.

******

"Mau kemana?" Tanya Ms Danu yang muncul dari balik pintu.

Kami kompak menoleh kearah nya 

"Arin sama Mama mau pulang Yah." Jawab putri kami seraya mengenakan hijab miliknya.

"Kenapa pulang? Kan baru sebentar disini?" Tanya nya lagi. Perasaan, harusnya dia peka kenapa putrinya sampai tak mau berlama-lama disini. Malah, sok polos dan sok bod*h. Heran, aku tuh.

"Disini gak enak. Enak dirumah Embah. Ma, ayo kapan-kapan kita kerumah Mbah, Ma? Disana enak, Arina disayang-sayang sama Mbah Putri sama Mbah Kakung. Meskipun ada Adik Kirana."

Embah, adalah panggilan Arina untuk kedua orang tuaku. Dan Kirana adalah anak Ica dan Fahko yang berumur dua tahun.

"Iya, besok kalau Arin libur sekolah, Mana ajak kesana ya?"

"Yeee, oke Ma!" Jawabnya girang

Mas Danu hanya diam, saat dirinya merasa tak dihiraukan oleh kami berdua. Arina pun juga seperti mulai tak peduli dengan Ayahnya. Sama seperti sikapnya pada putrinya ini. Dan dia masih berdiri mematung didepan kami tanpa bisa menjawab ucapan Arina.

"Sudah semua kan Nduk? Kalau sudah, yuk kita pulang!" Ajak ku pada gadis kecil ini yang menjawab dengan anggukan.

"Oh iya, salim dulu sana sama Ayah!" Perintahku yang langsung dilakukan oleh Arina.

Ku raih tas yang kuletakkan diatas meja rias, dan mengajak Arina untuk keluar kamar tanpa bicara satu kata pun dengan Mas Danu. Biarlah aku dianggap istri durhaka. Toh, aku bersikap seperti ini juga karena ulah dia sendiri.

"Kami pulanng dulu Bu?" Tukasku saat menghampiri Ibu yang masih bersantai ditempat tadi.

"Cepet amat mau pulang? Gak kerasan ya disini? Kalau ngajarin anak tuh yang bener. Masa' malah ngajak anak pulang, padahal baru main sebentar?" Ucap Ibu dengan nada sinisnya.

Aku mengela napas kasar, tak ingin menjwab ucapan mertua ku ini. Biarlah dia mau berkata apapun padaku. Yang penting, aku hanya perlu diam. Kaila juga menatap ku dengan sinis. 

Rasanya, ingin sekali ku colok kedua matanya saking geramnya. Sudah menyusahkan, eeh malah tak tau diri.

"Bukan Mama yang ngajak Uti, tapi Arina yang ngajak. Disini gak enak, enak dirumah Embah!" Jawab nya polos tapi jujur.

"Tuh, kamu denger sendiri kan Nu! Istrimu ini memang gak bisa didik anak dengan bener. Bisa-bisanya anak sekecil mencela kita, kalau bukan ajaran Mamanya." Cebik Ibu berapi-api.

"Arin, gak boleh bicara kayak gitu! Ucapan mu itu, melukai hati Uti!" Bentak Mas Danu yang membuat Arina beringsut memeluk ku karena takut.

"Tau, anak sekecil itu malah dicuci otak nya untuk membenci orang lain. Gak habis pikir deh!" Kaila yng sedari tadi diam, malah ikut menimpali hingga membuat ku naik pitam.

Ibu pun malah manggut-manggut membenarkan ucapan putri kesayangan nya ini.

"Ajari Arina bicara yang bener Lit! Kamu sebagai Ibu, dan contoh untuk dia!" Ucapnya begitu enteng tanpa rasa berdosa.

.

.

.

.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   25. arisan bodong

    Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   24. ancaman

    Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   23. sesuatu

    Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   22. meminta maaf

    "Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   21.danu menciut

    Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   20.Pov. danu

    Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status