Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk
"Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus
Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai
Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai
Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da
AKU TAK IRI, MAS!!!*****"kamu iri Dek? Masa' gitu aja iri. Kayak anak kecil tau gak!""Lagian, itu mah salah mu sendiri, pelit sama keluarga ku. Jadi, jangan salahkan Ibu dan Kaila jika mereka tak menganggapmu, dan tak memberi mu baju kembaran sekeluarga buat acara pernikahan Kaila nanti." Cebik Mas Danu sambil berlalu meninggalkan ku yang tengah sibuk didapur.Bagaimana pun perasaan ku sebagai wanita, merasa sakit. Saat diriku seperti tak dianggap oleh keluarga Mas Danu yang selalu aku hormati. Semua ini terjadi setelah beberapa bualn yang lalu, kami mengadakan acara kumpul keluarga.Sebulan lagi, akan diadakan acara pernikahan Kaila, adik bungsu Mas Danu yang akan diselenggarakan dihotel Kencana. Kebetulan pula, sebelum mempersiapkan semuanya, kami semua sengaja dikumpulkan oleh Ibu mertua dirumahnya Ternyata, perkumpulan kali ini membahas soal biaya pernikahan Kaila."Kalian tau kan, sebentar lagi adik bungsu kalian mau menikah? Ibu ingin pernikahan Kaila kali ini harus dirayaka
Sejak kejadian itu, hubungan ku baik dengan Mas Danu maupun keluarganya menjadi renggang. Bahkan, Mas Danu sering kali urung-uringan terhadapku. Tapi, aku tetap membiarkan saja. Mungkin dia juga bingung masalah uang untuk adiknya itu.Toh kebingungan yang dia rasakan saat ini, juga karena ulahnya sendiri.Dan sebagai langkah antisipasi, aku terpaksa menyimpan semua perhiasan ku ditempat yang aman.. karena memang sejak awal Mas Danu sudah mengincarnya. Aku takut, jika aku lengah, dia bakal mengambil ya dariku"Ma, Ayah kemana?" Tanya Arina, putri kecil kami yang masih berusia lima tahun."Ayah kerumah Uti, Nduk!""Kok kita gak pernah diajak kesana ya, Ma?"Pertanyaan gadis kecil ini membuat ku bingung untuk menjawab apa. Karena, aku juga tak mungkin mengatakan jika mereka sudah tak menyayangi kita. Itu sama saja, aku mempengaruhi putri kecilki untuk membenci keluarga Mas Danu."Emang Kakak mau kesana?" Tanya ku yang langsung dijawab anggukan kecil oleh nya.Aku hanya menghela napas. Me
"Mama kenapa menangis?" Ucapan dari bibir mungil itu menyadarkan ku.Dengan kasar aku menghapus air mata yang sudah terlanjur jatuh membasahi pipi. Dan disaksikan langsung oleh putri kecil ku ini."Uti gak ada ya Ma? Kalau gak ada, kita pulang aja yuk Ma!" Tukasnya lagi."Ada kok sayang. Sebentar ya, Mama ketuk dulu pintunya." Arina mengangguk, dan kembali melempar pandangan kejalan."Bismillah....!" Gumamku dalam hati.Tok tok tok!!! Ketukan pintu dari ku membuat suasana seketika hening. Hingga derap langkah kaki dari dalam rumah mendekati daun pintu pun terdengar. Mendengar derit pintu yang terbuka, Arina langsung berdiri menghampiri ku.Terlihat Ibu mertua membukakan pintu. Tapi raut wajahnya sama sekali tak menunjukkan sikap bersahabatnya."Utiii... Arin kangen!" Arina langsung berlari memeluk neneknya yang sudah hampir sebulan ini tak bertemu.Ibu mertua pun juga membalas pelukan cucu pertamanya ini. Tapi, aku melihat jika pelukan itu bukan lah pelukam yang tulus, melainkan pelu