Share

6. rejeki tak terduga

Mendengar ucapan Mas Danu yang malah menyalahkan ku, membikin hatiku jadi tambah panas.

"Jangan pernah bentak Arin, Mas!" Ucapku dengan intonasi yang tak kalah tinggi. Kini, Ku alihkan pandangan ku pada Mas Danu yang terkesiap mendengar teguran ku 

"Aku sama sekali tak pernah bilang hal jelek sama kalian pada Arina. Tapi dia sendiri yang bisa merasakan, jika memang kalian tak pernah sayang pada putriku ini. Jadi, jangan salahkan jika dia tak mau berlama-lama disini."

"Dan perlu kalian tau, aku tak pernah mempermasalahkan sikap kalian yang dingin padaku. Tapi, jangan lakukan itu pada Arina! Karena sampai kapan pun, aku tak ikhlas jika ada yang menyakitinya termasuk kalian!" Ucapku panjang lebar dibalut dengan emosi yang sudah membara didalam dada.

Pelukan kecil dari Arina menyadarkan ku, kulihat dia semakin ketakutan saat melihat ku marah. Akhirnya, aku memilih untuk meredam emosi ku dihadapan mereka, dan memilih untuk langsung undur diri.

"Ayo Nduk, kita pulang!" Tanpa banyak kata, langsung ku gendong tubuh putriku dan membawanya keluar dari rumah yang terasa bagaikan neraka ini.

"Assalamualaikum...!" Tak lupa , aku tetap mengucapkan salam sesaat sebelum aku menjauh dari mereka.

"Dasar mantu kurang ajar. Bisa-bisanya dia bicara seperti itu dihadapan ku. Aku ini orang tua, kok malah bicara kasar. Emang dasar orang tak berpendidikan itu ya kayak gitu pastinya!" Umpatan Ibu padaku masih terdengar, meskipun aku sudah didepan rumah.

Tapi aku tetap membiarkan saja, selagi beliau tidak menghina Arina atau keluarga ku, aku tak akan mempermasalahkan nya. Malah aku memberi peluang untuk beliau menghinaku sesuka hatinya. Agar tak menjadi penyakit dalam pada diri beliau karena memendam emosi 

Kunyalakan sepeda motor, dan melajukan nya menjauh dari rumah Ibu untuk pulang. Saat ditengah perjalanan, aku melihat orang berjualan es oyen, yang terlihat begitu menyegarkan. Apalagi, siang hari ini juga begitu terik membakar kulit. Ditambah lagi, sebelahnya juga ada penjual bakso kesukaan kami berdua.

"Sayang, mau makan bakso gak?" Tanya ku pada Arin saat aku memelankan laju sepeda motor.

"Waah, mau Ma!" Ucapnya begitu antusias, membuat ku tersenyum.

Kutepikan sepeda dan memarkirkan nya tepat disebelah rombong es oyen. Dan memesan dua mangkuk es, serta dua mangkuk bakso.

Kulihat Arina begitu menikmati hidangan yang ada didepan nya. Setidaknya, itu membantu mengalihkan pikiran dia saat dirumah Ibu tadi.

"Maafkan Ibu ya Nak... Karena tak mau membantu Ayahmu mencarikan uang untuk bantu pernikahan tantemu, kamu jadi sasaran emosi mereka." Gumam ku dalam hati, sambil menatap sendu putri kecil ku yang begitu asyik menyantap bakso.

Klunting!!!

Saat aku juga tengah asyik menikmati bakso, hp ku berbunyi kala menerima sebuah pesan.

Ku buka tas, dan meraih hp didalam nya. Nampak dari depan layar, Bu Rt mengirimi sebuah pesan. Aku jadi penasaran, dan segera membuka isi pesan tersebut.

[Assalamualaikum, Bu Lita!] Tanpa pikir panjang, aku langsung membalas pesan beliau.

Karena memang tak biasanya Bu Rt mengirimi ku pesan. Karena jika ada keperluan apapun, beliau selalu memberitahukan nya di grup Rt.

Akhirnya, kami pun saling kirim pesan.

[Waalaikumsalam Bu Rt... Ada apa nggeh bu?] 

[Begini Bu Lita, saya mau tanya... Apa sampean masih jualan kerudung?]

Aku mengernyitkan dahi saat membaca balasan pesan nya.

[Oh iya masih Bu! Kenapa ya?]

Ku tunggu balasan dari Bu Rt, tapi malah beliau tak aktif lagi di w******p. Akhirnya aku Pun kembali meletakkan hp didalam tas, meskipun begitu, aku menjadi sangat penasaran. Apa Bu Rt mau beli kerudung? Kalau iya, waah lumayan sekali. Hehehe.

Makanan kami pun sudah habis, kulihat Arina mengelus perutnya yang sedikit buncit karena kekenyangan.

"Uda kenyang Nduk? Enak gak? Arina seneng kan?" 

"Alhamdulillh kenyang Ma... Rasanya lumayan enak kok. Jelas Arina seneng banget Ma! Apalagi bisa makan sama Mama diluar meskipun tanpa Ayah."

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan gadis kecil didepan ku ini. Setelah itu, aku pun bangkit dan hendak membayar makanan kami.

****

Tapi, baru saja diri ini mau melangkah, tiba-tiba hp ku kembali berdering. Akhirnya, aku terpaksa duduk kembali, dan meraih ponsel didalam tas. Kebetulan, Bu Rt lah yang menelpon ku.

Aku jadi makin penasaran, ada sih kok tumben-tumbenan beliau tadi mengirimi ku pesan? Bahkan, saat ini malah balik menelpon ku.

"Hallo... Assalamualaikum Bu Rt! Ada apa ya kok tumben telepon?" Sapa ku

"Waalaikumsalam Bu Lita! Oh iya, lagi dimana Nih, ko suaranya kayak bising amat?" Jawab beliau yang malah bertanya balik.

"Oh, ini saya lagi andok bakso sama Arina dipinggir jalan Bu, makanya suaranya bising. Oh iya, tadi sampean tanya kerudung buat apa ya Bu?"

"Oh iya, kerudungnya stoknya banyak gak Bu Lit?" Tanya beliau lagi.

"Alhamdulillah banyak Bu. Hehehe, maklum barang datang kemarin masih laku sedikit." Jawab ku sedikit malu.

"Waah syukurlah kalau gitu Bu Lit!"

Hah, syukur? Kok  bisa-bisanya sih nih orang bersyukur melihat jualan tetangga nya sepi. Astaghfirullah, jahat sekali..

"Eeh, bukan itu maksut saya Bu Lita! Jangan salah paham dulu ya. Bukan nya saya malah seneng lihat jualan sampean gak laku." Ucapnya menjelaskan. Sepertinya beliau paham dengan perasan ku 

"Begini lo Bu, temen saya kan besok mau umroh sekeluarga. Lah, dia tuh mau beri hadiah buat orang-orang yang tilik mereka, kalau mereka uda pulang dari tanah suci. Lah niatnya mereka mau ngasih kerudung buat para tetangga. Terus dia tanya sama saya, tau gak orang jualan kerudung yang harga grosir, terus bahanya bagus. Aku kan kepikiran sampean, ya sudah tak liatin barang jualan Bu Lita yang pernah saya beli. Eeh ternyata orang nya suka. Dan katanya nanti sore sehabis Ashar dia kerumah sampean. Beli kerudung nya, katanya mau beli seratus pcs!"

Bagai ditimpa durian runtuh, ingin sekali rasanya aku berteriak saking bahagianya. Tak menyangka, jika aku bakal dapat rejeki yang tak terduga.

"Masyallah, beneran kah Bu?" Tanya ku dengan intomasi yang super bahagia.

"Iya, seriusan aku. Masa' bohong, dosa Bu Lita! Hehehe..." Ucapnya seraya tertawa renyah.

Ya Allah, maafkan hamba yang telah berburuk sangka pada Bu Rt. Yang ternyata justru beliaulah yang menjadi perantara rejekiku.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Bu. Nanti kalau beneran ambil, nanti Bu Rt saya kasih bonus kerudung deh! " Ucapku 

"Waaah beneran nih? Duuh, jadi malu sendiri!" Jawab nya malu-malu tapi mau.

"Eeh ya gak boleh malu dong Bu! Justru saya berterimakasih sama sampean yang sudah mau memperkenalkan produk saya ke temen-temen Ibu." Ucapku sungguh-sungguh.

"Iya, sama-sama Bu Lita... Yasudah ya kalau gitu. Semoga deal ya!"

"Aamiiin ya Allah...!" Jawab ku dengan hati-hati yang berbunga-bunga.

"Yasudah, hati-hati kalau balik Bu. Yasudah kalau gitu ya, Assalamualaikum...!"

"Iya Bu Rt... Waalaikumsalam..."

Klik!!! 

Panggilan kami pun berakhir. Dengan perasaan bahagia, aku kembali bangkit untuk membayar makanan kami. Lalu mengajak Arina pulang.

Selama perjalanan pulang, senyuman selalu tersungging dibibirku.

"Bismillah, semoga nanti orang nya jadi kerumah ya Allah!" Doa ku dalam hati dengan penuh harap.

Sesampainya dirumah, aku mengajak Arina sholat dhuhur lalu tidur. Melihat Arina yang sudah terlelap, entah kenapa aku malah susah untuk memejamkan mata.

Mungkin ini efek karena aku berharap kali ya! Makanya hatiku jadi tak tenang dan berpengaruh pada rasa kantuk ku yang seketika hilang.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status