Share

Bab 18

"Kamu tenang, Mon. Siapa tahu ini jebakan Fikri. Bukankah ia masih di apartemen?" tanya Alan membuatku seketika berpikir. Bisa jadi ini hanya akal-akalan Fikri saja. Aku tidak boleh panik dulu.

Alan menyuruhku untuk menarik napas dalam-dalam, kemudian dihembuskan.

"Sudah tenang sekarang? Kenapa sih mudah panik begitu?" tanya Pak Nando sinis.

Aku terdiam, meskipun masih kepikiran orang tuaku, tapi berusaha berpikir logis saja.

"Rio sekarang di mana, Mas?" tanya Alan pada kakaknya. Aku hanya terdiam, sambil menenangkan diri.

"Aku hubungi Rio dulu, untuk mencari tahu kondisi orang tuamu, Mona. Jangan panik lagi, Fikri itu wartawan, lebih disorot publik, jadi ia takkan menggunakan cara kekerasan," tutur Pak Nando.

Aku menelan ludah sambil mengedarkan pandangan ke arah sekitar. Pak Ridwan telah membukakan pintu mobil dari tadi, jadi kami putuskan untuk masuk lebih dulu. Namun, ketusnya Pak Nando membuatku kadang ingin menyudahi kerja sama dengannya ini. Lelah kadang dihardik bahkan dib
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status