Share

Bab 109

last update Last Updated: 2025-08-10 07:04:46

“Nona Debby Prambudi tinggal di lantai tiga nomor kamar 301. Apa Bapak mau langsung ke atas, atau mau saya hubungi dulu nomor telepon kamarnya, untuk memastikan saat ini dia sedang ada di tempat atau tidak. Bagaimana, Pak?” ucap si penjaga menjelaskan, lalu ia meminta pilihan pada Kang Kamal dan Aizar.

Kang Kamal pun meminta pendapat Aizar saat itu juga. Aizar mengambil keputusan agar petugas itu menghubungi Debby di kamarnya.

“Tunggu sebentar ya, Pak,” ucap wanita penjaga itu setelah Kang Kamal menyampaikan keinginan Aizar untuk menelepon adiknya terlebih dahulu.

Wanita itu tampak mendial nomor di pesawat telepon berwarna merah yang ada di atas meja. Saat itu juga terdengar suara berdering memanggil Debby di kamarnya untuk mengangkat telepon. Panggilan pertama, tidak ada orang yang menjawab panggilan itu. Lalu, ia mencoba lagi panggilan kedua, tapi tetap sama, tidak ada yang menjawab. Mungkin Debby sedang berada di kamar mandi, pikir wanita itu mulai sedikit gusar karena tidak ada or
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 187

    Alih-alih menyusul Selina ke dalam Red Night Club, Satrio lebih memilih putar balik menuju cafe yang sudah dijanjikan sebagai tempat pertemuan oleh Aizar, baginya masuk ke dalam club itu seorang diri sangat berisiko, walaupun ia mencemaskan keadaan Selina.Satrio memecut laju mobilnya di jalan raya, sekitar lima belas menit barulah ia sampai di cafe klasik. Saat di parkiran, ia merasa lega melihat mobil sedan Aizar sudah terparkir di sana. Saat masuk ke dalam cafe yang ramai pengunjung, tidak sulit bagi Satrio menemukan Aizar. Tampak ia masih duduk di meja yang sama waktu ia datang untuk pertama kalinya di cafe itu, “Oh, rupanya Pak Aizar bersama Bu Furi,” gumam Satrio melihat bossnya itu sedang ngobrol santai dengan gadis berambut lurus panjang sebahu itu. “Bagaimana ini? Apa aku harus langsung memberitahu Pak Aizar perihal Pak Sony dan Selina?” Satrio berpikir sejenak sebelum mendekati Aizar yang tampak gembira disertai tawa kecil di tengah obrolannya bersama Furi. Ia tentu tidak

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 186

    Tiba waktunya untuk menjemput Selina, Satrio bergegas berganti pakaian. Ia mengenakan hem berwarna dark blue dan bawahannya ia memilih celana panjang abu-abu. Sebelum keluar rumah ia mematut diri di depan cermin, untuk memastikan penampilannya rapi dan tidak memalukan karena nanti akan bertemu dengan ramai orang di dalam cafe. Selain itu, ia juga ingin terlihat menarik di hadapan Selina. Di dalam cermin tampak kalung berwarna hitam dengan liontin batu giok berkilauan tergantung di leher Satrio. “Semoga malam ini malam keberuntunganku,” gumam Satrio.Saat akan keluar rumah, tiba-tiba Satrio teringat Ibu Kost yang tadi genit padanya. Ia pun mengintip dari balik pintu ke arah rumah ibu kost yang berdekatan dengan kamarnya itu. “Yes, aman…” gumamnya setelah mendapati tidak ada siapa-siapa di teras rumah wanita itu.Dengan mempercepat langkahnya, Satrio berjalan keluar rumah menuju mobilnya yang di parkir di garasi bersama para penghuni indekos. Ketika raungan mobilnya mulai terdengar ti

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 185

    “Apa benar malam ini kamu mau keluar dengan Furi, Nak?” tanya Cempaka sejurus Aizar duduk di meja makan untuk menemaninya makan malam.“Lho, Mama tahu dari siapa?” tanya Aizar heran, karena seingatnya ia tidak memberitahu siapa-siapa, bahkan Satrio sekalipun tidak diberitahu kalau malam ini ia akan mengajak Furi ke cafe.“Tadi Mama teleponan dengan Tante Mirna, trus Tante Mirna yang bilang kalau nanti kamu mau ajak Furi keluar. Benar begitu ya, Nak?”“Oh, iya, Mah… bukan hanya aku dan Furi, tapi aku juga ajak Satrio dan ada lagi seorang staf yang ikut,” jelas Aizar sambil menyendok beberapa lauk ke atas piringnya.“Baguslah kalau begitu, Nak. Mama senang seandainya kamu menyukai Furi, karena di mata Mama dia itu gadis yang baik dan juga berasal dari keluarga yang baik-baik pula. Pokoknya Mama merestui kalau kamu memang ingin serius menjalin hubungan dengan Furi,” ungkap Cempaka sambil tersenyum pada Aizar. “Iya, Mah… aku ingin hubunganku dengan Furi atas dasar keinginan hatinya sendi

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 184

    Setelah menerima liontin pemikat dari Aizar, Satrio kembali ke indekostnya. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa barang kebutuhan. Di situlah ia mulai merasakan keanehan yang terjadi. Setiap berpapasan dengan wanita, mata-mata mereka terlihat membulat serta mulut-mulut mereka tampak terbuka sambil menatap ke arahnya. Bahkan si kasir yang melayani terlihat sangat gelisah saat Satrio berada di depannya, hingga terdengar dengan jelas desahan napasnya. Karena belum terbiasa dengan keadaan itu, Satrio memilih untuk cepat-cepat pergi masuk ke dalam mobil, lalu tekan gas pergi meninggalkan minimarket itu. “Apa tadi itu hanya sugesti, atau benar-benar terjadi?” pikir Satrio dalam perjalanan penuh kebingungan.Setibanya di rumah, beberapa tetangga rumah menyapa Satrio dengan ramah, terlebih lagi ia pulang dengan membawa mobil. “Baru pulang, Mas Rio? Wah, sekarang sudah punya kendaraan ya?” sapa ibu kost yang kebetulan sedang duduk santai di depan ter

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 183

    Saat dalam perjalanan pulang, Selina menceritakan kalau sebenarnya tadi Pak Sony memintanya lembur, tapi Adirah dengan sukarela bersedia menggantikan.“Bu Adirah itu memang susah ditebak, kadang baik, kadang suka marah-marah,” ungkap Satrio menjelaskan. “Oh, iya, Sel… Malam ini apa kamu ada acara?” tanyanya melanjutkan obrolan.“Tidak ada sih. Aku jarang keluar malam kalau bukan hal yang penting,” jawab Selina yang duduk menyilangkan kedua lengan di dadanya sambil menatap lurus ke depan jalan raya yang sedikit macet.“Pak Aizar mengajak kita keluar malam ini,” jelas Satrio memberitahu Selina.“Memangnya mau kemana?”“Paling diajak minum kopi di cafe langganannya.”“Oh… ya sudah, aku ikut.”“Berarti nanti malam aku jemput ya?”Selina pun tanpa ragu memberikan nomor teleponnya pada Satrio. “Langkah awal yang baik,” batin Satrio sambil tersenyum sendiri.Selesai mengantar Selina, Satrio tidak langsung pulang ke rumah indekosnya, tapi ia memutar arah menuju ke rumah Aizar, karena Aizar yan

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 182

    Setelah tiba waktunya pulang, Selina menuju lobi untuk menemui Satrio di sana. “Mau langsung pulang sekarang?” tanya Satrio saat Selina datang menghampirinya.Selina mengiyakan, lalu keduanya berjalan beriringan menuju area parkir kendaraan. “Ini mobilnya,” ucap Satrio saat berada di depan sebuah mobil klasik berwarna kehijauan.Klik! Satrio membuka pintu pengemudi mobil itu.“Lho, sopirnya kamu, Rio?”“Iya… hehehe… tentu saja atas perintah Pak Aizar,” jelas Satrio. “Ayo masuk…” ajaknya.Selina pun masuk, ia memilih duduk di kursi penumpang bagian depan, tepatnya di samping Satrio.“Aku jadi merepotkan kamu kalau begini,” ucap Selina sambil melirik ke arah Satrio di sampingnya. “Ya nggak sama sekali lah, Sel… aku juga diberi pinjaman mobil ini sama Pak Aizar sudah merasa senang sekali. Lagipula, tempat tinggal kamu kan sejalur dengan kosanku, jadi sekalian lewat antar jemput kamu tidak jadi masalah,” jelas Satrio yang mulai menghidupkan mesin. Beberapa saat kemudian perlahan mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status