Aizar dan Furi berjalan beriringan memasuki lobi kantor manajemen taman safari, keduanya merasa terkejut karena di muka pintu mereka disambut oleh beberapa orang berseragam dominan berwarna merah yang sedang berkumpul menyambut kedatangan Aizar.Bahkan ada seorang wanita yang mengalungkan bunga pada Aizar, membuat Aizar merasa keheranan. Sementara Furi tampak tersenyum melihat sambutan para staf taman safari, ia langsung menyadari kalau Aizar dialu-alukan kedatangannya karena dianggap telah berjasa.“Jadi kamu pemuda berani yang telah menyelamatkan pengunjung dari serangan harimau?” ucap seorang lelaki berjas yang bertubuh tinggi dan bertubuh tinggi menghampiri Aizar dan Furi yang melangkah masuk sambil berjalan beriringan.“I-iya, Pak...” jawab Aizar sambil terbata.“Kenalkan aku pimpinan taman safari. Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu petugas untuk menyelamatkan nyawa pengunjung dari ancaman hewan buas,” ungkap lelaki berkulit putih dan b
“Setelah apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu memang pantas disebut sebagai seorang lelaki rimba,” ucap Furi saat Aizar masuk ke dalam mobil dan duduk dibalik kemudi, di sebelahnya.“Terserah saja kamu mau bilang seperti itu, asal jangan sebut aku Tarzan, karen aku tidak lahir di hutan dan tidak dibesarkan oleh gorila,” balas Aizar sambil tersenyum pada Furi.“Kalau ada wartawan yang meliput kejadian tadi saat kamu menjinakan kedua harimau itu, pasti berita kamu sudah jadi headlines karena telah menaklukan seekor harimau buas,” ungkap Furi.“Paling-paling aku disebut sebagai pawang hewan, apa hebatnya?” ujar Aizar sambil menghidupkan mesin mobilnya.“Tidak semua orang lho bisa punya kemampuan seperti yang kamu miliki. Kamu harus bangga,” balas Furi.“Aku baru merasa bangga kalau sudah bisa menaklukan hati wanita yang aku cintai... hehehe...” gurau Aizar sambil melirik ke arah Furi.“Menaklukan hati wanita sih gampang, tidak perlu bertaruh nyawa, tinggal nyatakan saja
“Kenapa diam saja? Ayo turun... aku ingin bermain-main dengan kalian,” ujar Aizar dengan gerakan tangan memanggil-manggil pada kedua harimau di depannya. Tiba-tiba kedua harimau yang sedang tertelungkup di atap mobil itu perlahan mulai berdiri sambil mengibas-ibaskan ekor sambil terus menatap ke arah Aizar.“Aummm.... aummm...!” salah satu ekor harimau yang berukuran lebih besar mengaum membuka mulutnya lebar. Seketika Furi dan kedua petugas yang sedang memperhatikan Aizar terkejut bukan main mendengar suara binatang itu. “Habislah kamu pemuda bodoh!” umpat si petugas bertopi merah yang menganggap Aizar sebagai seorang lelaki yang sombong dan sok merasa hebat.“Kita harus segera mengambil tindakan darurat, jangan sampai pemuda itu menjadi mangsa kedua harimau itu,” ucap si petugas berkulit hitam menimpali dengan penuh rasa khawatir.“Tidak perlu. Nyawa kedua binatang langka itu lebih berharga ketimbang nyawa pemuda sombong yang tidak mau mendengar peringatan kita. Biar dia tahu rasa
“Menakutkan sekali kedua harimau itu ya? Ngeri aku melihatnya,” ujar Furi sambil memperhatikan dengan seksama ke arah kaca depan mobil.“Aku juga berteman dengan harimau yang ada di hutan,” aku Aizar membuat Furi terkejut.“Serius kamu? Nggak... nggak mungkin...” balas Furi tidak percaya sambil menggelengkan kepala..“Kamu ingin aku membuktikannya?” tegas Aizar.“Maksudmu...?” tanya Furi sambil memicingkan mata menatap ke arah Aizar.“Aku akan meminta kedua harimau itu pergi meninggalkan mobil pengunjung itu,” jelas Aizar.“Jangan bilang kalau kamu mau keluar dan mendekati harimau itu,” tegas Furi yang membaca maksud Aizar.“Iya..., itu satu-satunya cara yang harus aku lakukan,” ucap Aizar.“konyol sekali... kamu mau cari mati memangnya!” ujar Furi memarhi Aizar. “Pokoknya sesuai kesepakatan, kamu tidak boleh keluar dari mobil. Apalagi di sana ada kedua petugas itu, sudah pasti mereka akan bertambah marah kalau kamu sampai berani nekat keluar dari mobil,” tegasnya melarang Aizar agar
“Baik, Pak, nanti kami akan ke kantor manajemen, tapi setelah kami selesai menjelajahi taman ini,” ucap Aizar sambil mengatupkan kedua tangannya memohon pada petugas.“Tidak bisa...! Kalau kami biarkan berada di tempat ini kalian malah akan bikin masalah lagi. Ayo segera...” ucap lelaki bertubuh jangkung itu terhenti karena tiba-tiba walkie talkie yang menggantung di pinggangnya berbunyi, menandakan ada sesuatu yang penting.Aizar dan Furi tetap berdiri tidak jauh dari petugas yang sedang berbicara dengan seseorang di sana, sedangkan seorang petugas lainnya hanya memperhatikan obrolan temannya sambil menyilangkan kedua lengan di dadanya.“Gawat...! kita harus pergi sekarang...,” ucap si petugas bertubuh jangkung pada temannya setelah mengakhiri obrolannya di walkie talkie.“Lalu bagaimana dengan kedua pengunjung bermasalah ini?” tegas petugas yang bertubuh hitam coba memastikan pada temannya.“Kalian berdua silakan untuk keliling taman ini, tetapi jangan melanggar aturan yang sudah di
Tentu saja Aizar tidak menyangka kalau Furi melihatnya pada dua kejadian berbeda yang memang pernah ia lakukan yaitu berjalan bersama Irene dan Selina. Rupanya dunia memang sangat sempit, apalagi tinggal di kota yang sama, pikit Aizar.“Tunggu dulu... biar aku jelaskan,” ucap Aizar coba mencari alasan untuk membela dirinya di mata Furi. “Aku akui, aku memang pernah pergi ke alun-alun kota, tapi aku pergi bersama adikku,” jelasnya beralasan.“Aku kenal adikmu, Debby, jangan coba bohong ya...” tegas Furi sambil senyum menyudutkan Aizar. Tentu saja Aizar baru ingat kalau keluarganya Furi berkawan dengan mamanya, sudah pasti ia tahu semua anggota keluarga Aizar.“Jadi begini, saat sore hari aku pergi ke alun-alun bersama Debby, setelah itu kami makan di mall. Nah, aku dikenalin sama teman kuliah adikku, kami makan bersama di restoran. Waktu pulangnya aku minta diantar adikku lagi jalan-jalan ke alun-alun, karena aku merasa penasaran ingin melihat tempat itu waktu malam. Tapi Debby ingin s