Share

BAB 7

"Glora."

Panggilan itu menghentikan langkah Glora dan teman-temannya yang hendak kembali ke kelas. Dengan serempak mereka membalikkan badannya lalu melihat Tari berdiri dan membawa dua buah paper bag di tangannya.

"Ini buat lo," ucapnya dengan menyodorkan salah satu paper bag itu ke arah Glora.

"Buat Glo?" tanya Glora dengan menunjuk dirinya sendiri.

Tari menganggukkan kepalanya dengan tersenyum ramah, membuat Icha, Lili dan Tasya saling senggol.

"Dan ini lo kasih buat Elang ya." 

Lili berbisik ke arah Tasya. "Ini ceritanya nyogok si Glora?”

Tasya menyikut perut gadis itu membuatnya meringis pelan. Glora memandang Tari sebentar lalu turun ke arah dua paper bag di tangannya yang berisi parfum dengan varian berbeda di kedua paper bag itu. Glora memberikan kembali dua paper bag itu ke arah Tari lalu berucap, "Sorry Kak, kak Elang ga akan mau pake barang dari orang lain selain dari Glo."

Setelah itu Glora berlalu begitu saja meninggalkan Tari yang sudah misuh-misuh di tempatnya.

____________

Glora berjalan diapit dengan Dimas dan Elang di sisinya. Gadis dengan dress biru dan bandana senada itu tampak bukan seperti gadis SMA. Mereka memasuki restoran yang akan menjadi tempat makan mereka malam ini.

"Loh Elang, ya ampun ga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini."

Langkah mereka terhenti ketika Tari dengan seorang pria paruh baya di sisinya itu menghalangi jalan mereka. Elang memutar bola matanya malas. Dimas yang menyerngit heran dan Glora yang hanya diam.

"Hai Om, hai Glora," sapa Tari dengan senyuman ramahnya yang ia tunjukkan pada Dimas. Dimas hanya membalasnya dengan tersenyum. "Kenalin Om, aku Tari. Sekarang masih temennya Elang. Tapi nanti bakal berubah jadi pacarnya ko hehe."

Elang berdecak mendengar ucapan yang dikeluarkan Tari. Laki-laki itu justru meraih tangan Glora yang sedari tadi diam untuk ia genggam.

"Hai Tari."

"Oh iya Om, kenalin ini papi aku. Papi kenali ini Elang yang suka aku ceritain itu loh." Pria paruh baya itu hanya tersenyum lalu berjabat tangan dengan Dimas.

"Kalau begitu kami permisi dulu." Glora bernapas lega saat mereka mulai kembali berjalan masuk dan duduk di salah satu meja di sana. Sementara itu tari berjingkrak jingkrak senang. "Tuh papi Elang ganteng kan," ucap Tari dengan antusias pada sang papi.

"Iya sayang."

"Yah mami ga ikut sih jadi ga bisa liat Elang secara langsung."

_____________

Glora duduk dengan wajah yang ditekuk, moodnya seketika rusak karena bertemu dengan Tari. Glora juga aneh pada dirinya sendiri. Sejak pertemuan pertamanya dengan Tari, terbesit rasa benci pada gadis itu. "Glo mukanya kok ditekuk gitu kenapa?" Dimas memandang Glora yang kini terkesiap kecil. Langka sekali bisa makan di luar seperti ini bersama daddy. Glora tau papi selalu menyempatkan makan malam bersama di saat sibuk-sibuknya dan pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan.

Tidak ingin merusak momen bersama daddy Glora dengan cepat merubah raut wajahnya menjadi tersenyum ceria. "Hehe, gapapa kok Dad."

Seorang pelayan restoran itu datang menghampiri mereka lalu berlalu begitu mereka sudah menyebutkan apa yang ingin dipesan. Makan malam itu berjalan dengan hangat, Glora dan daddy terus bercanda ria sementara Elang hanya menimpali sesekali.

_________

Glora masuk ke dalam mobil Elang, dan mobil pun berjalan meninggalkan pekarangan sekolah. Glora membuka kaca jendela mobilnya melihat banyaknya murid-murid yang bersiap untuk pulang. Hingga pandangannya tertuju pada sebuah mobil biru dengan banyak orang di dalamnya, angkot.

"Kak Elang berhenti deh, cepetan Kak."

"Ngapain Glo?"

"Ihh cepetan berhenti dulu."

Elang pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan, mengikuti Glora yang langsung turun ketika mobil baru saja berhenti. Laki-laki itu menyerngit heran saat melihat Glora yang berjalan mendekati angkot yang berhenti. Dengan cepat Elang menarik tangannya ketika Glora akan masuk ke dalam angkot. "Mau ngapain?"

"Mau naik angkot," jawabnya dengan polos.

"Ck ga boleh, kita punya mobil."

"Glo pengen rasain naik angkot, Kak."

"Ga boleh Glo, di dalem tuh panas ga ada ACnya, tempat duduknya juga sempit, desak-desakan, orang-orangnya pada bau ketek." Glora melotot tajam mendengar perkataan Elang. "Ih, kak Elang ga boleh gitu tauu!"

"Ayo makanya balik lagi ke mobil."

"Ga mau, Glo tetep mau naik angkot. Kalo kak Elang mau naik mobil sana aja sendiri."

"Permisi Mas, Mbak, mau naik apa nggak ini?"

"Mau."

"Nggak."

Glora dan Elang menjawab dengan bersamaan. Tanpa mempedulikan Elang, Glora masuk begitu saja ke dalam angkot membuat Elang berdecak kesal namun tetap masuk menyusul gadis itu. Mana mungkin Elang membiarkan Glora naik angkot sendiri saja kan? Dan benar apa yang tadi ia bilang, baru saja masuk, Elang rasanya ingin segera keluar lagi. Di dalam angkot itu sesak, Elang duduk di dekat pintu di samping Glora.

Angkot itu mulai bergerak, ada beberapa murid yang satu sekolah dengan Elang dan Glora itu menatap mereka bingung. Elang menatap Glora yang terus tersenyum ke arah anak kecil yang berada di depan gadis itu. Seketika badannya yang sudah panas semakin panas hingga rasanya akan terbakar. Melihat anak kecil itu yang juga tersenyum ke arah Glora, membuat Elang melototkan matanya dengan seram. Hingga tiba-tiba ...

"HUWAAAAAAAAAAA!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status