Share

BAB 4

Elang menyeka keringat yang bercucuran dari pelipis Glora, yang disebabkan oleh seblak yang sedang di makan gadis itu. "Hahhh pedes banget," ucapnya dengan tangannya yang mengipas-ngipasi mulutnya. Elang menyodorkan satu gelas es jeruk ke depan mulut gadis itu dan langsung disambut dengan cepat oleh Glora.

BRAKKK.

"Uhukk ... uhukkk."

Elang dengan cepat mengusap-usap tengkuk Glora ketika gadis itu tersedak karena gebrakan meja yang entah dari mana datang begitu tiba-tiba. Elang memandang tajam si pelaku penggebrak meja itu dengan tangannya yang terus mengusap-usap tengkuk Glora. Karena gebrakan yang cukup nyaring itu kini perhatian seluruh murid-murid yang ada di kantin terpusat pada meja mereka.

"Sayang, katanya tadi kamu berangkat bareng cewe? Itu pasti dia kan?" Gadis itu menunjuk ke arah Glora dengan tatapan sinis dari matanya.

"Lo siapa sih? Centil banget jadi cewek," lanjutnya.

"Tari lo jangan cari masalah deh." Abi mendorong gadis itu yang mulai maju mendekati Glora.

"Lo ga usah ikut campur. Tuh cewek gatel banget sih, gue aja belum pernah naik mobilnya Elang." Cewek yang dipanggil Tari itu terus menunjuk-nunjuk ke arah Glora, membuat gadis itu ketakutan dan semakin merapatkan tubuhnya pada Elang. Tangan yang di genggaman Elang itu begitu dingin.

Elang tau gadis itu pasti ketakutan, karena seumur hidupnya Glora tidak pernah mengalami hal seperti ini. "Pergi dari sini," ucap Elang dengan dingin, tatapan mata pemuda itu menghunus tajam ke arah Tari.

"Engga aku ga akan pergi sebelum bitch ini pergi." 

Melihat itu Abi geleng-geleng kepala dan hanya diam menyaksikan macan yang sebentar lagi akan mengamuk.

"SIAPA YANG LO BILANG BITCH HAH?" Semua orang tergelonjak kaget mendengar bentakan keras dari Elang, terlebih lagi Glora yang berada di samping laki-laki itu.

"Dia itu pa—"

"Adik. Glo adiknya kak Elang." Tau sesuatu yang akan diucapkan Elang, Glora dengan cepat memotong perkataan laki-laki itu. Glora tau Elang sering sekali hilang kendali saat ia marah.

"H-hah?" Tari melongo di tempatnya. Beberapa murid juga kini mulai ramai berbisik-bisik, pasalnya Elang tidak pernah terdengar punya adik sebelumnya. Sementara Elang membuang napasnya kasar. Ck, kan tadinya Elang sudah punya rencana bahwa Glora akan ia perkenalkan sebagai pacarnya.

"Gue langsung nikahin aja lah, lagian juga ngapain pacaran-pacaran toh nanti juga nikahnya harus tetep sama gue."

____________

Tari dengan cepat mengubah mimik wajahnya menjadi lembut, ia mengulurkan tangannya ke arah Glora dengan senyum di kedua bibirnya. Berbeda dengan tadi di saat Tari justru menatap sinis ke arah Glora.

"Gue Tarisa, pacarnya Elang."

"Gue bukan pacar lo!" 

Glora melirik ke arah Elang lalu menerima uluran tangan Tari dengan canggung. "Glora."

"Ck udah sana balik ke asal lo," usir Abi pada Tari saat melihat mimik wajah Elang yang kini semakin masam. Bukannya pergi, Tari justru duduk di kursi sebelah Abi yang berhadapan langsung dengan Glora.

"Ah elahh, ngapain malah duduk sih lo?"

"Lo ribet banget kenapa sih? Mau gue duduk di mana aja terserah gue dong, emang lo pikir ini kantin punya bokap lo?"

"Idih malah nyolot."

Tanpa mempedulikan dua orang yang terus berdebat itu Glora kembali menyantap seblaknya. "Tadi katanya pedes," ucap Elang dengan tangannya menyingkirkan helaian rambut Glora yang menghalangi wajah gadis itu.

"Tapi kan enak," jawab Glora masih dengan fokus pada seblak di depannya yang sangat jarang bisa ia nikmati. Elang mengambil tisu yang ada di meja mengelap sudut bibir Glora, sementara gadis itu tak mempedulikannya.

"Ya ampun ternyata Elang tuh penyayang banget ya." Tari berucap dengan matanya yang berbinar-binar menatap ke arah Elang. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan. "Ga kebayang deh gimana nanti kalo kita udah nikah, kamu pasti jadi ayah yang penyayang buat anak-anak kita."

"HUEKKK ...."

"Emang lo pikir Elang mau nikah sama ulet bulu kaya lo?"

PLAKKK.

"Aww bangsat." Abi mengelus-elus pahanya yang tadi dipukul tari dengan kencang.

"Sialan banget sih mulut lo. Badan sih iya laki, tapi mulut lo tuh kaya cabe-cabean," ucapnya dengan tatapan tajamnya yang menghunus ke arah Abi. Abi mengedikkan bahunya acuh. "Yang penting gue ganteng."

"Dih gak usah kepedean lo, muka lo kaya panci gosong juga."

"Heh mulut lo minta gue cium ya?"

"Iyuhhhh jijik banget sih." Tari bergidik ngeri memandang Abi yang kini tersenyum jahil ke arahnya dengan alisnya yang naik turun menggoda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status