Share

Dia Tetap Tak Mencintaiku?

*****HAPPY_READING*****

"Ommmaaaa," teriak Chika ketika memasuki rumahnya.

Oma Tri terlihat bahagia melihat kepulangan Devan dan Chika, "Gimana liburannya? Pasti menyenangkan 'kan?" tanya Oma.

"Iya, menyenangkan sekali, Oma," kata Chika tersenyum lebar.

Devan masih terlihat lesu, "Oma, aku istirahat dulu yaa?" kata Devan.

"Iya, kamu istirahat aja Mas, pasti kecapean juga," ucap Chika.

Chika menceritakan semua kebahagiannya kepada Oma, tapi dia menutupi perasaannya yang hancur karena kehadiran Clara disana. Chika tak berani menceritakannya, apalagi dia sudah diancam oleh Devan, suaminya itu. Chika hanya bercerita yang manis-manis saja.

"Beneran? Devan udah berubah?" tanya Oma dengan sangat girang.

"Iya, Oma. Do'akan saja semoga hubungan kita akan membaik," kata Chika.

"Iya, Oma juga gak sabar pengen mempunyai buyut, anak dari Devan dan kamu," ucap Chika.

Chika kaget mendengar perkataan Oma-nya, "Andai Oma tau, Mas Devan aja gak pernah nyentuh aku, gimana kita mau punya anak," batin Chika.

"Kamu segera hamil yaa, Chika? Biar Oma mempunyai buyut, rumah ini jadi gak sepi lagi," kata Oma berharap.

"Iya, Oma. Do'ain aja yaa, aku juga pengen segera mempunyai keturunan," kata Chika tersenyum menutupi kepedihan di dalam hatinya.

***

Clara masih kesal karena Devan tak mau menuruti kemauannya untuk bertemu pada hari ini. Dia terdiam dan memikirkan sesuatu.

"Apa gue nikah aja sama Devan? Tapi, gue belum siap dan gue masih mau bersenang-senang di masa muda gue ini. Ya, walaupun kehidupan gue juga bisa terjamin sih kalau nikah sama dia, tapi 'kan dia udah nikah. Hmmm, tau ah pusing," ucap Clara dalam hatinya.

Suara telepon dari HP-nya mengagetkan dia dan segera mengambil HP di atas laci.

"Hallo, Andre."

["Hey, sayang. I miss you."]

"I miss you too, kamu lagi dimana?"

["Aku baru nyampe Jakarta, kita ketemu yuk?"]

"Hmmm, boleh deh."

["Aku jemput ke rumah?"]

"Okey, aku mau bersiap dulu deh."

["Okay, sayang. Dandan yang cantik, aku mau kasih kamu kejutan."]

"Iya, iya."

Clara menutup teleponnya. Dia sebenarnya berhubungan dengan Andre karena kesepian. Clara hanya memanfaatkan Andre, seorang pengusaha yang sangat kaya raya.

"Hmmm, daripada gue bete sama Devan, mending gue jalan sama Andre aja lah. Dia juga tajir dan bisa menuruti semua keinginan gue," ucap Chika. "Ya, beginilah kalau mempunyai wajah yang cantik, sana-sini laku dan bukan sembarang cowok yang deketin gue," kata Clara dengan percaya diri.

Clara segera berdandan dan memilih baju yang pantas untuk dipakainya. Dia ingin Andre tetap terpesona oleh kecantikannya.

Sudah dirasa siap, Clara menunggu kedatangan Andre di rumahnya. Kebetulan Mama dan Papanya lagi ke luar kota, jadi Clara bisa mengajak Andre mampir ke rumahnya dulu. Sedangkan, Mama dan Papanya hanya tau kalau Clara berpacaran dengan Devan seorang.

Suara klakson mobil berbunyi, Clara segera keluar dengan menggunakan higheelsnya yang baru saja ia beli kemarin.

"Sayang, mau mampir dulu?" tawa Clara.

"Gak sayang, ayo aku mau jalan-jalan bareng kamu," kata Andre.

Clara segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Andre.

"Mobil baru sayang?" 

"Enggak kok, ini udah lama, cuman jarang aku pake," kata Andre.

Andre memang suka mengoleksi mobil-mobil mewah, maka tak jarang banyak wanita yang menyukai dia. Bahkan, Clara pun menyukainya karena harta, bukan karena cinta. Dari penampilan, memang Devan yang menang. Tapi, kalau soal harta, Andre sangat jauh lebih kaya raya.

"Kapan ada jadwal pemotretan sayang?" tanya Andre memegang tangan Clara.

"Hmmm, kayaknya minggu depan deh. Seminggu ini aku mau istirahat, capek," kata Clara dengan nada manja.

"Nanti kalau kita menikah, kamu gak usah jadi model lagi. Kamu cukup jadi istri buat aku sayang," kata Andre.

"Hmmm, ya tentu dong. Aku mau dibahagiain kamu," kata Clara menoleh.

Clara berfikir, "Mending sama Andre aja lah gue nikahnya, tapi gue gak akan tinggalin Devan dulu. Jadi, gue punya ATM berjalan yang sangat bermanfaat sekali. Nanti, kalau gue udah puas, gue tinggalin aja! Syukur-syukur gue dapet yang lebih tajir lagi dari Andre," ucapnya tersenyum sinis.

Clara memang tak pernah bersyukur. Dari dulu, dia selalu mendekati cowok-cowok tajir dengan caranya yang anggun. Dia memanfaatkan kecantikannya untuk menarik pria tajir.

***

Oma berpamitan untuk pulang ke rumah. Chika mengantarkan Oma sampai di depan rumahnya.

"Oma hati-hati yaa?" kata Chika.

"Iya, Chika."

Chika menunggu di depan sampai bayangan mobil Oma Tri sudah hilang. Dia segera masuk ke dalam kamar dan mendapati suaminya sedang tertidur lelap karena kelelahan.

"Kamu ganteng juga, Mas," gumam Chika memperhatikan wajah Devan.

Chika sengaja menempelkan tangannya di pipi Devan, dia mengelus pelan pipi yang lembut itu, "Semoga suatu saat kamu akan sadar, Mas, kalau aku bisa menjadi istri yang baik buat kamu."

Tiba-tiba Chika teringat Restaurant, semenjak liburan dia rindu suasana di Resto. Chika menghubungi Anita, tapi tak diangkat juga teleponnya.

"Mungkin Anita masih sibuk," ucap Chika perlahan.

Dia kembali ke ranjang dan memegang wajah Devan, hidungnya yang mancung membuat dia gemas dan tak sengaja mencubitnya, sehingga membuat Devan terbangun dari tidurnya.

"Duh, apa-apaan sih?" tanya Devan menepis tangan mungil Chika.

"Auw," rintih Chika.

"Kamu kenapa sih? Hobby banget buat saya emosi?"

"Maaf, Mas, aku gemes sama hidung kamu," ucap Chika tersenyum tipis.

Devan mendengus, "Please deh, kamu ganggu tidur saya aja!" bentak Devan membuat Chika terdiam.

"Maaf, Mas, ya udah kamu lanjut tidur lagi," kata Chika mengangkat kedua tangannya.

"Gimana mau tidur lagi? Ah, lebih baik saya temuin Clara! Dia bisa menghibur saya!" kata Devan beranjak dari ranjangnya.

"Mas," Chika menarik lengan suaminya.

Devan menepisnya lagi, "Jangan protes! Jangan ngadu ke Oma! Pernikahan ini bukan yang saya inginkan, kalau kamu lelah kamu bisa pergi!" ancam Devan dengan nada tinggi.

Chika diam tak berkutik, dia tak mau meninggalkan Devan dan berpisah dengannya. Kini, Chika sudah merasakan cinta kepada suaminya itu tulus. Dia tetap akan bertahan apapun yang akan terjadi ke depannya, dia tak ingin mempermainkan pernikahan itu.

"Hanya maut yang memisahkan kita, bukan Clara!" tukas Chika lalu pergi ke dapur untuk mencari cemilan.

Chika memakan kacang yang ada di toples. Dia melihat Devan sudah rapi dan sangat wangi. 

"Mas, gak mau ajak aku?" tanya Chika menghentikan langkahnya Devan.

Devan menoleh ke arah Chika, lalu dia pergi tanpa bilang apapun kepada Chika.

"Sabar, sabar," ucap Chika mengelus dada. 

Di dalam hatinya, Chika merasakan sakit yang luar biasa melihat suaminya masih berhubungan dengan Clara. Sudah hampir satu tahun, Chika menelan luka hatinya itu. Dia tak berani menceritakan semuanya kepada siapa pun termasuk Oma. Walau begitu, Chika tetap menjalankan kewajibannya sebagai istri. Dia mencuci pakaian, menyiapkan makanan dan lain-lain. Awalnya, Chika tak mencintai Devan, tapi seiringnya waktu berjalan, dia mulai mencintai Devan. Devan adalah cinta pertamanya dan Chika akan tetap mempertahankan cintanya itu sampai ajal menjemput.

"Apapun kondisinya, aku gak akan tinggalin kamu, Mas. Aku akan membuat kamu menjadi milikku seutuhnya," batinnya.

***

Devan sudah berada di depan rumah Clara, tapi tak ada jawaban dari dalam rumahnya itu.

"Kemana sih dia? Aku telpon gak diangkat-angkat, aku chat gak dibales juga," kata Devan.

Lalu, dia menunggu di depan rumahnya, kebetulan ada kursi buat santai juga, jadi Devan duduk di kursi itu.

Terlihat dari luar, ada mobil berhenti. Devan hanya diam karena tak terlalu jelas kelihatan dari teras Clara.

Ternyata, itu Clara dan Andre.

"Sayang, aku langsung buru-buru pulang yaa? Masih ada urusan," ucap Andre mengecup keningnya.

"Iya, sayang."

Clara turun dan segera melambaikan tangannya. Setelah Andre pergi, Clara kaget melihat mobil Devan yang terparkir di halaman rumahnya. Dia segera masuk dan kaget melihat Devan.

"Jangan-jangan Devan liat gue dicium. Hmmmm," ucap Clara dalam hati.

Clara berjalan pelan, dia sudah pasrah kalau ketauan oleh Devan.

"Sayang, kamu darimana aja?" tanya Devan bangkit.

Clara lega, "Sayang, kok kamu gak ngabarin aku dulu sih?" 

"Tadi aku udah telpon kok. Tapi, gak ada jawaban sama sekali," kata Devan.

"O, yes I'm forget," kata Clara memeluk tubuh Devan.

Clara tersenyum, "Hmm, untung aja dia gak liat gue sama Andre. Jadi, aman deh. Enak juga yaa, abis shopping nanti shopping lagi," batinnya.

"Kamu abis belanja apa sayang?" tanya Devan melihat tas yang ditentengnya.

"Oh, ini, aku belanja perlengkapan buat nanti ambil job di Singapur, aku kan model, jadi setiap pemotretan harus terlihat serba baru," kata Clara mengeles.

"Kenapa belanjanya sendiri sayang? Kan bisa hubungin aku," kata Devan.

"Ya, kan kamu pasti capek abis liburan sama istri kamu," kata Clara memanyunkan bibirnya.

"Apa sih, lagian kamu 'kan tau sendiri liburan aku sama dia tuh gak menyenangkan," kata Devan mencoba membuat Clara tersenyum.

"Iya deh iya, ya udah ayo masuk dulu," ajak Clara.

Devan masuk ke dalam rumah Clara dan menunggu di sofa ruang tamu. Dia dibuatkan teh hangat oleh pembantunya.

Di kamar, Clara membereskan barang belanjaannya.

"Gue harus tetap bermain dengan rapi," ucapnya.

Tak lama kemudian, Clara sudah siap dengan kostum baru yang dia pakai. Dia sengaja memakai topi dan kacamata agar terlihat keren dan tak ketahuan oleh orang-orang yang kenal dengan Andre.

"Untung aja, di media semuanya gak ada yang tau kalau gue pacaran sama siapa pun. Jadi, gue bebas mempunyai pacar lebih dari satu, yang penting tajir," ucap Clara dalam hati.

"Let's go!" ajak Devan.

Devan menuntun tangan Clara sampai masuk ke mobilnya. Clara sungguh diperlakukan seperti tuan putri oleh Devan, tapi sayangnya Devan tak mengetahui kelakuan Clara yang sebenarnya.

**

Hari sudah malam, Chika menunggu suaminya di ruang makan. Chika sudah memasak untuk makan malam mereka berdua. Dia sengaja membuat ikan bakar kesukaannya.

"Hmmm, biasanya Mas Devan pulang jam sembilan, tapi kok udah jam sepuluh dia belum pulang yaa?" kata Chika melirik jam di dindingnya.

Tak lama kemudian, ada suara orang membuka pintu, Chika segera menyambut kedatangan Devan.

"Mas, kamu makan dulu yaa? Aku udah siapin ikan bakar buat kita," kata Chika menahan rasa kantuknya.

"Saya mau istirahat, capek!" jawab Devan lalu berjalan ke kamar di lantai satu. 

Seperti biasa, Devan akan tidur sendiri karena Oma sudah tidak menginap di rumahnya lagi. Chika sedih, karena Devan akan tidur bila Oma ada disana. Chika pun sengaja menonton TV untuk mencari hiburan.

"Padahal, setiap malam aku menunggu kepulangan Mas Devan, tapi selalu seperti itu," kata Chika.

Chika pun tertidur di ruang TV. 

_________

Hari ini adalah hari spesial buat Chika, karena hari ini adalah tepat satu tahunnya ulang tahun pernikahan mereka. Chika ingin membuatkan sesuatu yang spesial untuk suaminya itu. 

"Mas, nanti malam pulang cepet yaa?" pinta Chika.

"Gimana nanti aja lah, saya banyak urusan," jawab Devan.

"Tapi, untuk malam ini aja, aku mau kasih kamu sesuatu," kata Chika.

"Iya."

"Janji yaa, Mas?"

"Iya. Bawel banget sih kamu!" kata Devan.

Devan sudah selesai sarapan dan dia berangkat ke Resto. Chika sudah merencanakan dinner nanti malam di halaman rumahnya. Dia sudah menyewa dekorasi terbaik untuk memasang semua perlengkapan buat nanti malam. Chika pun dibantu oleh kedua sahabatnya, Hito dan Anita. Hito yang sudah mencari penyewa dekorasi dan Anita yang memberikan ide tersebut.

"Gak sabar deh, Mas. Semoga pernikahan kita akan langgeng," ucap Chika dalam hati.

Chika sudah menunggu orang yang akan memasang dekornya itu. Dia ingin merayakan hari pernikahannya itu dengan suasana romantis. Chika pun berharap agar Devan bisa mencintainya dengan tulus, tanpa paksaan. Karena, selama setahun itu, Chika memperjuangkan semuanya. Devan sudah mau sarapan dan makan di rumah, dia menyukai masakan Chika, walaupun masih ada gengsi sedikit di hatinya. Tapi, Chika bahagia karena Devan mau menghargai usaha dan kerja kerasnya Chika dalam hal memasak.

***

Clara berjalan dengan Devan mengelilingi Mall. Dia akan berbelanja lagi barang yang dia mau. 

"Sayang, itu lucu deh," tunjuk Clara.

"Kamu mau? Get!" jawab Devan.

"Iya, aku mau," ucap Clara dengan nada manja.

Devan dan Clara memasuki toko jam tangan yang terkenal mewah disana. Lalu, Clara mendekati jam yang dia lihat dari luar.

"Beli lah sayang," kata Devan.

"Tapi, ini harganya lumayan, lho, sayang," ucap Clara mengernyitkan dahinya.

"Gapapa, gak masalah sayang."

Clara senang, "Thanks sayangku," ucapnya penuh kebahagiaan di raut wajahnya.

Clara pun membawanya ke kasir dan Devan langsung mengeluarkan uang cash ratusan ribu. Devan memang type cowok penyayang dan akan menuruti semua kemauan wanitanya.

"Hmmm, sayang, malam ini kamu mau 'kan temenin aku nonton film horror di rumah?" tanya Clara sambil menggandeng tangan Devan.

"Malam ini?" tanya Devan sekali lagi.

"Iya, sekalian tunggu Mama dan Papa aku pulang malam ini," jawab Clara mengangguk.

"Pasti, sayang. O yaa, orang tua kamu udah tau kalau aku nikah?" tanya Devan.

Clara menggeleng, "Aku gak mau mereka tau dan mereka marah sama kamu sayang, aku gak mau kita dipisahin," kata Clara.

"Iya juga sih, aku gak mau dipisahin sama kamu kalau mereka tau. Hmmm, tapi apa mereka akan terus percaya yaa?" tanya Devan.

"Selama kita nutupin semuanya, pasti Mama sama Papa gak akan tau, sayang. Kita jaga rahasia ini aja, jangan sampe ada yang tau," kata Clara mendekatkan wajahnya ke wajah Devan.

Devan mencolek hidung Clara, "Bisa aja deh."

Mereka melanjutkan makan siang di rumah makan yang ada di dalam Mall itu.

"Pokoknya, aku gak akan pernah lepasin kamu! Dan, aku gak akan biarkan kamu jatuh cinta sama istrimu. Boleh saja dia menikah denganmu, tapi raga dan hatimu tetep milikku, Devan!" batin Chika sambil memperhatikan Devan yang sedang makan ikan bakar kesukaannya.

Clara tak ingin Devan jatuh cinta dengan Chika, walaupun dia istrinya. Tapi, Clara akan membuat Devan membenci istrinya dan tetap mempertahankan hubungannya dengan Clara.

"Apa kenyang sayang?" tanya Devan melihat piring Clara.

"Ya, sayang. Aku harus menjaga tubuh aku agar gak gendut," jawab Clara.

"Tapi, kesehatan kamu juga lebih penting," kata Devan.

"Iya, sayang. Tapi, gapapa kok aku makan tanpa nasi. Aku gak mau kamu melirik cewek lain dan berpaling dari aku," kata Clara dengan wajah manjanya.

"Mana bisa aku lirik cewek lain, sementara aku udah mempunyai wanita sempurna seperti kamu," gombal Devan.

"Bisa aja sih kamu. Hmmm, tapi aku takut sih," kata Clara.

"Takut kenapa sayang?"

"Takut kamu akan mencintai Chika," kata Clara.

Devan tertawa, "Hahaha gak mungkin lah aku jatuh cinta sama dia. Hey, Baby, dengerin aku, aku tuh udah milikkin kamu yang lebih jauh dari dia. Kamu tau 'kan? Aku lebih mencintai kamu," kata Devan meyakinkan.

"Tapi, bagaimana dengan Oma?" tanya Clara.

"Itu urusan aku, perlahan Oma pasti akan bisa menerima kamu. Lagian, Oma kan sayang sama aku, pasti Oma akan menuruti kemauan aku untuk menceraikan Chika, lalu menikahi kamu, sayang," ucap Devan memegang dagu Clara.

Seperti sedang dimabuk asmara, Devan tak pernah sadar diri kalau ada Chika yang rela meninggalkan masa mudanya hanya untuk menikah dengannya. Tapi, hati Devan keras kepala seperti batu, jadi dia tak pernah memikirkan semuanya tentang Chika. Dia hanya memikirkan Clara, Clara dan Clara. Padahal, Chika pun cantik dan sempurna. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status