Malam pun telah tiba, Chika sudah bersiap untuk acara dinner nanti malam bersama Devan. Dia sudah mempersiapkan semuanya dibantu oleh Anita dan Hito yang sudah meluangkan waktunya.
"Makasih yaa kalian udah bantuin aku," ucap Chika."Sama-sama, Chik," balas Anita."Pokoknya kalau lo butuh bantuan, gue akan selalu ada buat lo, Chik," kata Hito mengangkat alisnya.Chika sudah memakai dress selutut dengan rambut terurai indah. Dia memoleskan sedikit make-up untuk membuat wajahnya semakin cantik dan manis."O yaa, Pak Devan jam berapa pulang?" tanya Anita."Biasanya jam 20.00 udah pulang," jawab Chika."Duuhh, gimana yaa Chik? Sebelumnya gue minta maaf, gue harus pulang cepet soalnya ada acara pengajian nih," ucap Anita.
Chika tersenyum, "Udah, gapapa kok, keluarga itu lebih penting, Nit. Kamu pulang gih, dianter aja sama Hito,*****HAPPY_READING*****Keesokan harinya, Chika sudah rapi untuk pergi ke Resto. Dia sengaja memakai dress dan juga higheels, agar Devan bisa meliriknya walau sedikit. Selama ini, Chika begitu polos dan selalu diam. Tapi, untuk kali ini, dia akan belajar untuk memperbaiki diri agar menarik perhatian suaminya itu. Dia tak ingin Clara selalu menang dan menang."Bik, Mas Devan mana?" tanya Chika melihat sekelilingnya."Emmm...Pak Devan gak pulang, Non," jawab Bik Jumi menunduk.Chika langsung duduk dan menikmati roti hangat yang sudah disiapkan oleh Bik Jumi. Dia mengoleskan sedikit selai strawberry untuk menambah selera makannya. Chika tak ingin terlalu larut dalam kesedihan itu. Dia harus membuat Devan mempercayainya."Aku harus yakinin Mas Devan, kalau aku gak pernah ngunciin Clara," ucap Chika pelan.Selesai sarapan, Chika langsung mengambil tasnya di kamar, d
*****HAPPY_READING*****Hari pun sudah pagi, Devan terbangun dan menyadari kalau dia tengah memeluk seseorang."AAAAAA," teriak Devan.Chika terbangun akibat teriakan Devan yang sangat dekat dengan area telinganya itu."Kenapa, Mas? Pagi-pagi kok udah teriak aja?" tanya Chika mengucek matanya."Kamu ngapain tidur disini?""Kan semalem Mas yang narik tangan aku," ucap Chika dengan santai."Halah! Gak mungkin! Itu pasti kamu godain saya 'kan?" bentak Devan."Mas, aku 'kan istri kamu, aku bisa godain kamu sepuas hati aku. Kalau aku godain pria lain, baru deh kamu marah," kata Chika menatap mata Devan.Devan langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi, karena dia harus menemani Indah jalan-jalan.Sementara, Chika masih tersenyum-senyum karena Devan memeluknya semalaman. Walau dalam keadaan tak sadar, Chika bahagia sekali.
*****HAPPY_READING*****Chika terus menatap mata Devan yang sedang fokus menyetir. Dia memandang wajah tampannya."Kenapa?" tanya Devan."Gapapa, Mas. Kamu tampan," jawab Chika semakin dekat dengan wajah Devan."Apa sih!" bentak Devan."Mas, jangan marah-marah deh, nanti tampannya ilang lho," ucap Chika sambil tersenyum.Devan diam tak menggubris perkataan Chika, dia sedikit salah tingkah dengan ucapan Chika."O ya, Mas, nanti aku mau belanja dulu. Turunin aja di supermarket," kata Chika."Syukurlah!""Nanti jemput aku lagi yaa?" rengek Chika."Nanti saya hubungi Mang Ujang," kata Devan."Gak mau," kata Chika memegang tangan Devan.Devan melepaskan tangan Chika, "Jangan gini, saya lagi nyetir.""Kalau lagi gak nyetir, berarti boleh dong pegang tangan Mas," kata Chika."Gak juga," kata Devan.Devan berhenti di depan Supermarket, Chika pun turun."Dadaaahhh, su
*****HAPPY_READING*****Tiga hari kemudian, Chika sudah mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Kini, Chika tak mau posesif dengan Devan. Chika hanya ingin menjalani hidupnya secara lurus."Aku tau, cinta memang gak bisa dipaksakan. Mulai hari ini, aku gak akan memaksa Mas Devan untuk mencintai aku. Tapi, kewajibanku sebagai istri akan tetap ku jalankan. Kalau memang kita bejodoh selamanya, mungkin akan ada jalannya untuk Mas Devan bisa mencintai aku dengan caranya sendiri," batin Chika.Bik Jumi sedang menyiram tanaman di luar."Bik, aku keluar dulu yaa?" kata Chika sambil tersenyum."Iya, Non."Bik Jumi tampak senang karena melihat Chika sudah ceria lagi. Dua hari ke belakang, Chika memang sangat memikirkan rumah tangganya. Itu sangat menguras emosi dan fikiran. Kini, Chika akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan."Oh yaa, kalau Mas Devan udah bangun, tolong bilangin, kalau makanan udah siap di meja makan," pesa
*****HAPPY_READING*****Hari ini adalah hari weekend. Indah sudah berada di rumah Devan. Tentunya, Indah mengajak mereka untuk berjalan-jalan ke Pantai sesuai janji Devan kepadanya."Indah, kamu udah siap?" tanya Chika yang sudah berpakaian rapi dengan rambut diikat ke belakang."Udah, Kak. Nih, aku udah bawa peralatan renang nanti disana," jawab Indah mengacungkan beberapa barang yang sudah ada di dalam tasnya.Tak berapa lama, Devan juga keluar dengan pakaian rapi dan menenteng sebuah tas yang berisikan baju ganti dan peralatan lainnya."Let's gooo!" ajak Indah mengacungkan ke lima jarinya.Mereka masuk ke dalam mobil, "Kak Chika di depan aja," kata Indah."Aku mau nemenin kamu, Ndah," ucap Chika.Indah langsung menutup dan mengunci pintu belakang, "Kak Chika di depan yaa? Aku mau rebahan," teriak Indah langsung merebahkan badannya di jok belakang.Akhirnya, Chika menuruti permintaan Indah untuk duduk di
*****HAPPY_READING*****Kini, mereka akan bergegas pulang, karena hari sudah semakin sore."Kak, gimana kalau kita makan di Resto Ayam Bakar yang di Jl.Permai?" tanya Indah."Kamu lapar?""Iya, Kak," jawab Indah memegang perutnya yang sudah berbunyi meminta makanan."Ya udah ayo," ajak Devan.Tiba-tiba, Chika diam mematung, "Auuuwww," rintihnya."Kak Chika kenapa?" tanya Indah."Gak tau, kepalaku masih pusing.""Ya ampun," ucap Indah khawatir, "Kak, tolong gendong Kak Chika," perintahnya."A--a--pa?""Gendong lagi, ayo Kak," desak Indah.Devan langsung memangku Chika menuju ke arah mobil mereka. Indah mengikuti mereka dari belakang."Kayaknya aku ada ide," ucap Indah mengeluarkan ponselnya.Diam-diam, Indah mengabadikan moment itu dengan cara merekamnya lewat HP."Aaa, so sweet," gumam Indah."Kenapa, Ndah?" tanya Devan masih berjalan ke depan.
*****HAPPY_READING*****°POV Clara°Rasanya ingin ku tampar muka Chika yang so cantik. Tega-teganya dia bilang seperti itu sama aku. Awas yaa, Chika, aku akan melakukan pembalasan lebih dari ini."Ekhm, fokus makan!" tegas Devan mencoba membelaku."Iya, Mas," kata Chika.Aku hanya diam tak menjawab, karena aku masih kesal dengan semua ini. Seharusnya aku tak menerima ajakan Devan, tapi aku juga ingin menghabiskan waktu dengannya."Kak Clara sibuk apa nih?" tanya Indah."Sibuk di dunia modeling," jawabku singkat."Waah, pantesan Kak Clara cantik banget. Pasti, pacarnya juga ganteng banget yaa?" tanya Indah lagi, membuatku ingin mengatakan kalau Kakaknya adalah pacarku."Ya, tentu dong, Indah! Pacarku tinggi, putih, mapan dan selalu membuat aku bahagia," jawabku memanas-manasi Chika."O ya, pacarnya bisnis apa Kak?""Bisnis Resto!" ucapku keceplosan."Sama dong kayak Kak Devan," k
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Dengan mata tak percaya, aku terus berjalan melangkah ke dalam perkumpulan disana."Rendy?!" ucapku kaget dan menepuk bahunya."Hallo, Mas Bro! Apa kabar lo?!" tanya Rendy."Kapan lo balik ke Jakarta? Gue selalu baik-baik aja," jawabku."Ini kejutan buat lo. Gue diundang kesini sama Oma, katanya istri lo buka usaha baru dan ini baru pertama kali akan dibuka. Gue salut, sahabat gue yang sangat dingin dan cuek ini akhirnya udah menikah juga," kata Rendy."Iya, Ren. Lo udah nikah belum?" tanyaku padanya."Gue masih belum nemuin jodoh nih, hahahaha," kata Rendy.Aku dan dia pun mengobrol-ngobrol karena acara masih sekitar 20 menitan lagi.Rendy Alvian Putra, dia adalah sahabat aku dari SMA dulu. Sebenarnya, dulu kita adalah empat serangkai. Tapi, dua sahabatku telah tenang di Surga. Mereka meninggal ketika sedang perjalanan ke Bali untuk liburan. Keceleka