Share

BAB 2

Kerajaan Sylvamoon

Tampak Talamus sedang mengumpulkan para penasehat dan penyihir atau dukun kerajaan.

"Apa yang membuat Yang Mulia tampak resah dan gelisah? Apa sesuatu menganggu pikiran Yang Mulia?" tanya Obara, selaku penasehat kerajaan.

Talamus melihat Obara dengan helaan napas yang sedikit gusar.

"Aku meminta Hagen untuk mengirim Duke ke kerajaan," jawab Talamus pelan membuat beberapa dari mereka tampak terkejut dan ketakutan.

"Kenapa Yang Mulia meminta Duke yang penuh kutukan itu untuk datang kemari? Bagaimana jika dia membuat masalah? Apa tak masalah dengan kutukan yang banyak dibicarakan di luar sana?" tanya Lexus, penyihir kerajaan yang terkenal akan kekuatannya.

Talamus mencoba untuk tenang, melihat sekilas istri dan putrinya.

"Aku hanya ingin memanfaatkan kekuatan Duke untuk melindungi kita semua. Kurasa sekelompok Rogue kemarin tidak seperti biasa, mereka tahu kelemahan kerajaan, bahkan mereka sangat paham di mana kita meletakkan batu api abadi itu," jelas Talamus kala sekelompok Rogue kemarin tidak bisa diremehkan begitu saja.

Obara dan Lexus saling menatap satu sama lain.

"Kenapa Yang Mulia tidak mengerahkan semua penyihir kerajaan untuk menjaga batu api abadi? Mereka juga tak kalah hebat dan kuatnya dari Duke," usul Lexus membuat Talamus menatap lekat ia dengan penuh arti.

"Tadinya aku berpikir tentang hal itu, namun mengingat Duke mempunyai kekuatan yang luar biasa hebat, kenapa kita tidak memanfaatkan kekuatan itu untuk melindungi kita?" kata Talamus yang diangguki istrinya, Ratu Mora.

"Aku setuju dengan pendapat Yang Mulia, sepertinya Duke bisa diandalkan untuk tugas ini," sambung Mora yang setuju dengan ide Talamus.

"Lalu kapan Duke akan datang Yang Mulia?" tanya Obara ingin tahu.

Talamus mengetukkan jemarinya pada tangan kursi singgasana.

"Besok malam, tepat saat pernikahan Elena dan Levator dilangsungkan," jawab Talamus dengan senyum yang girang mengingat besok Elena akan menikah.

Sedangkan di belakang kerajaan, tepat di ruangan yang dijaga beberapa guard dengan ketat, ada Elena Mateus, putri kedua dari Talamus.

Elena tidak tahu kenapa ia dikurung di ruangan yang tinggi dan lembab seperti ini.

Terakhir kali Elena mengingat dirinya diserang oleh beberapa kelompok Rogue sepulang dari Gunung Jirisan.

Setelahnya Elena tidak bisa mengingat apapun lagi.

Elena ingin sekali keluar dari ruangan pengap dan lembab ini untuk melihat cahaya dunia luar dan bernapas dengan bebas menghirup udara segar.

Sayang sekali, Talamus mengerahkan semua guard untuk menjaga dengan ketat ruangan ini.

"Kapan bulan purnama akan tiba? Aku tidak ingin menikah dengan bangsa vampir, pernikahan besok tidak boleh terjadi," gumam Elena kala mengingat ucapan Mora tentang pernikahan dirinya dengan Levator, bangsa vampir terkuat di hutan ini.

Elena mengedarkan pandangannya pada sekeliling ruangan.

Benar- benar sangat tinggi tanpa celah apapun.

Lalu bagaimana Elena bisa keluar?

Hingga terpikirkan ide konyol yang terlintas di otaknya.

"Mungkin jika aku meminta mereka untuk mengantarku ke ruangan ayah, pasti ada celah untuk aku bisa kabur," gumam Elena berpikir tentang rencana untuk melarikan diri.

Elena lalu langsung melancarkan aksinya.

Ia memanggil beberapa guard untuk masuk ke dalam ruangan.

"Tuan putri ingin sesuatu? Saya akan mengambilkan untuk tuan putri," tanya salah satu guard.

"Aku ingin bertemu Yang Mulia untuk membicarakan tentang pernikahanku besok, bisa aku keluar sebentar?" para guard itu saling bertatapan dengan bimbang.

"Saya akan bertanya pada Yang Mulia lebih dulu," kata guard membuat Elena menggelengkan kepalanya keras.

"Tidak perlu, Yang Mulia sendiri kemarin yang mengatakan jika aku bisa keluar menemuinya untuk membicarakan pernikahanku," bohong Elena dengan lancar dan begitu menyakinkan.

Para guard saling bertatapan dengan cemas serta takut untuk memenuhi permintaan tuan putri mereka.

Pasalnya Talamus tidak membiarkan Elena keluar tanpa seizinnya.

Elena yang melihat para guard tampak ragu untuk membiarkan dirinya keluar sontak kembali menyakinkan mereka dengan pengikatnya.

"Kalian lihat, gelang ini Yang Mulia berikan untuk mengikatku, jika aku kabur, Yang Mulia bisa dengan mudah menemukanku. Apalagi yang kalian cemaskan, biarkan aku keluar sebentar untuk menemui Yang Mulia," pintanya dengan sedikit was- was dan takut jika Talamus datang.

Para guard yang baru ingat akan gelang emas di pergelangan tangan Elena sontak percaya dengan ucapan tuan putri mereka.

Di mana gelang emas itu Talamus buat sebagai pengikat untuk Elena sekaligus sinyal untuk bisa menemukan Elena jika sesuatu terjadi padanya.

"Baik, silahkan tuan putri menemui Yang Mulia," kata para guard mempersilahkan Elena untuk keluar dari ruangan terkutuk yang bagai penjara bagi Elena tersebut.

Elena yang melihat para guard membiarkan dirinya keluar dan percaya dengan segala ucapannya, terlihat begitu senang dan girang saat ini.

Kenapa aku tidak melakukan hal ini sejak dulu, batin Elena dalam hati sembari melangkahkan kaki keluar dari ruangan.

Elena menghirup dalam- dalam udara segar yang memasuki lubang hidungnya dengan bebas.

Tercium aroma bunga yang bermekaran di taman membuat hati Elena begitu tergugah dan bahagia saat ini.

"Ternyata sudah musim semi," gumam Elena sembari melihat dengan senang bunga- bunga yang ada di taman.

Elena melihat kanan kirinya, para guard melihatnya dengan wajah yang datar.

"Aku harus bisa pergi sebelum pernikahan besok berlangsung," gumamnya yang berjalan dengan biasa untuk masuk ke dalam kerajaan demi menyakinkan para guard.

Elena melihat kondisi sekitar dan bergegas pergi disaat para guard berkeliling ke depan kerajaan.

Dengan kemampuan larinya yang tidak bisa diremehkan, akhirnya Elena bisa keluar sedikit jauh dari istana.

"Aku harus pergi sejauh mungkin untuk menghindari pernikahan besok," gumamnya yang terus berlari tanpa tahu kemana arahnya.

Sesekali Elena berhenti, melihat sekitar dengan sedikit was- was dan cemas.

"Kuharap aku tidak memasuki kawasan wilayah vampir," gumam Elena lirih yang terus berdoa selama berlari.

Elena jatuh terjerembab di tanah kala dilewati sekelompok vampir.

"Coba kita lihat, siapa yang telah berani memasuki wilayah kita?" kata pria bertaring dengan tatapan tajam.

Elena yang mendengar hal itu mencoba mengatur napas yang terengah- engah dengan bahu yang naik turun.

"Maaf aku tidak tahu jika ini wilayah kalian," kata Elena dengan jujur.

Ketiga vampir itu tertawa membuat Elena melihat mereka dengan lekat.

"Tidak tahu? Apa kau bangsa manusia? Bukankah kamu kalangan serigala? Bagaimana bisa kamu tidak tahu jika ini kawasan vampir?" tanya pria bertaring itu dengan nada suara yang terdengar menahan emosi dan amarah.

Elena berusaha untuk berdiri, mencari celah untuk bisa kabur dari mereka.

"Aku kehilangan ingatanku, karena itu aku sungguh tidak tahu jika ini wilayah kalian, aku tidak bisa mencium aroma apapun," kata Elena dengan jujur namun membuat mereka tertawa keras.

"Siapa yang peduli dengan lupa ingatan, kami hanya memastikan tak ada mata- mata bahkan seorang penyusup yang masuk ke dalam wilayah kami, karena itu kami harus menyingkirkan siapapun yang memasuki wilayah vampir, termasuk kamu, " tekan vampir itu sembari menunjukkan gigi taringnya bersiap untuk memangsa Elena.

Wush

Brugh

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status