Kerajaan Sylvamoon
Tampak Talamus sedang mengumpulkan para penasehat dan penyihir atau dukun kerajaan."Apa yang membuat Yang Mulia tampak resah dan gelisah? Apa sesuatu menganggu pikiran Yang Mulia?" tanya Obara, selaku penasehat kerajaan.Talamus melihat Obara dengan helaan napas yang sedikit gusar."Aku meminta Hagen untuk mengirim Duke ke kerajaan," jawab Talamus pelan membuat beberapa dari mereka tampak terkejut dan ketakutan."Kenapa Yang Mulia meminta Duke yang penuh kutukan itu untuk datang kemari? Bagaimana jika dia membuat masalah? Apa tak masalah dengan kutukan yang banyak dibicarakan di luar sana?" tanya Lexus, penyihir kerajaan yang terkenal akan kekuatannya.Talamus mencoba untuk tenang, melihat sekilas istri dan putrinya."Aku hanya ingin memanfaatkan kekuatan Duke untuk melindungi kita semua. Kurasa sekelompok Rogue kemarin tidak seperti biasa, mereka tahu kelemahan kerajaan, bahkan mereka sangat paham di mana kita meletakkan batu api abadi itu," jelas Talamus kala sekelompok Rogue kemarin tidak bisa diremehkan begitu saja.Obara dan Lexus saling menatap satu sama lain."Kenapa Yang Mulia tidak mengerahkan semua penyihir kerajaan untuk menjaga batu api abadi? Mereka juga tak kalah hebat dan kuatnya dari Duke," usul Lexus membuat Talamus menatap lekat ia dengan penuh arti."Tadinya aku berpikir tentang hal itu, namun mengingat Duke mempunyai kekuatan yang luar biasa hebat, kenapa kita tidak memanfaatkan kekuatan itu untuk melindungi kita?" kata Talamus yang diangguki istrinya, Ratu Mora."Aku setuju dengan pendapat Yang Mulia, sepertinya Duke bisa diandalkan untuk tugas ini," sambung Mora yang setuju dengan ide Talamus."Lalu kapan Duke akan datang Yang Mulia?" tanya Obara ingin tahu.Talamus mengetukkan jemarinya pada tangan kursi singgasana."Besok malam, tepat saat pernikahan Elena dan Levator dilangsungkan," jawab Talamus dengan senyum yang girang mengingat besok Elena akan menikah.Sedangkan di belakang kerajaan, tepat di ruangan yang dijaga beberapa guard dengan ketat, ada Elena Mateus, putri kedua dari Talamus.Elena tidak tahu kenapa ia dikurung di ruangan yang tinggi dan lembab seperti ini.Terakhir kali Elena mengingat dirinya diserang oleh beberapa kelompok Rogue sepulang dari Gunung Jirisan.Setelahnya Elena tidak bisa mengingat apapun lagi.Elena ingin sekali keluar dari ruangan pengap dan lembab ini untuk melihat cahaya dunia luar dan bernapas dengan bebas menghirup udara segar.Sayang sekali, Talamus mengerahkan semua guard untuk menjaga dengan ketat ruangan ini."Kapan bulan purnama akan tiba? Aku tidak ingin menikah dengan bangsa vampir, pernikahan besok tidak boleh terjadi," gumam Elena kala mengingat ucapan Mora tentang pernikahan dirinya dengan Levator, bangsa vampir terkuat di hutan ini.Elena mengedarkan pandangannya pada sekeliling ruangan.Benar- benar sangat tinggi tanpa celah apapun.Lalu bagaimana Elena bisa keluar?Hingga terpikirkan ide konyol yang terlintas di otaknya."Mungkin jika aku meminta mereka untuk mengantarku ke ruangan ayah, pasti ada celah untuk aku bisa kabur," gumam Elena berpikir tentang rencana untuk melarikan diri.Elena lalu langsung melancarkan aksinya.Ia memanggil beberapa guard untuk masuk ke dalam ruangan."Tuan putri ingin sesuatu? Saya akan mengambilkan untuk tuan putri," tanya salah satu guard."Aku ingin bertemu Yang Mulia untuk membicarakan tentang pernikahanku besok, bisa aku keluar sebentar?" para guard itu saling bertatapan dengan bimbang."Saya akan bertanya pada Yang Mulia lebih dulu," kata guard membuat Elena menggelengkan kepalanya keras."Tidak perlu, Yang Mulia sendiri kemarin yang mengatakan jika aku bisa keluar menemuinya untuk membicarakan pernikahanku," bohong Elena dengan lancar dan begitu menyakinkan.Para guard saling bertatapan dengan cemas serta takut untuk memenuhi permintaan tuan putri mereka.Pasalnya Talamus tidak membiarkan Elena keluar tanpa seizinnya.Elena yang melihat para guard tampak ragu untuk membiarkan dirinya keluar sontak kembali menyakinkan mereka dengan pengikatnya."Kalian lihat, gelang ini Yang Mulia berikan untuk mengikatku, jika aku kabur, Yang Mulia bisa dengan mudah menemukanku. Apalagi yang kalian cemaskan, biarkan aku keluar sebentar untuk menemui Yang Mulia," pintanya dengan sedikit was- was dan takut jika Talamus datang.Para guard yang baru ingat akan gelang emas di pergelangan tangan Elena sontak percaya dengan ucapan tuan putri mereka.Di mana gelang emas itu Talamus buat sebagai pengikat untuk Elena sekaligus sinyal untuk bisa menemukan Elena jika sesuatu terjadi padanya."Baik, silahkan tuan putri menemui Yang Mulia," kata para guard mempersilahkan Elena untuk keluar dari ruangan terkutuk yang bagai penjara bagi Elena tersebut.Elena yang melihat para guard membiarkan dirinya keluar dan percaya dengan segala ucapannya, terlihat begitu senang dan girang saat ini.Kenapa aku tidak melakukan hal ini sejak dulu, batin Elena dalam hati sembari melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Elena menghirup dalam- dalam udara segar yang memasuki lubang hidungnya dengan bebas.Tercium aroma bunga yang bermekaran di taman membuat hati Elena begitu tergugah dan bahagia saat ini."Ternyata sudah musim semi," gumam Elena sembari melihat dengan senang bunga- bunga yang ada di taman.Elena melihat kanan kirinya, para guard melihatnya dengan wajah yang datar."Aku harus bisa pergi sebelum pernikahan besok berlangsung," gumamnya yang berjalan dengan biasa untuk masuk ke dalam kerajaan demi menyakinkan para guard.Elena melihat kondisi sekitar dan bergegas pergi disaat para guard berkeliling ke depan kerajaan.Dengan kemampuan larinya yang tidak bisa diremehkan, akhirnya Elena bisa keluar sedikit jauh dari istana."Aku harus pergi sejauh mungkin untuk menghindari pernikahan besok," gumamnya yang terus berlari tanpa tahu kemana arahnya.Sesekali Elena berhenti, melihat sekitar dengan sedikit was- was dan cemas."Kuharap aku tidak memasuki kawasan wilayah vampir," gumam Elena lirih yang terus berdoa selama berlari.Elena jatuh terjerembab di tanah kala dilewati sekelompok vampir."Coba kita lihat, siapa yang telah berani memasuki wilayah kita?" kata pria bertaring dengan tatapan tajam.Elena yang mendengar hal itu mencoba mengatur napas yang terengah- engah dengan bahu yang naik turun."Maaf aku tidak tahu jika ini wilayah kalian," kata Elena dengan jujur.Ketiga vampir itu tertawa membuat Elena melihat mereka dengan lekat."Tidak tahu? Apa kau bangsa manusia? Bukankah kamu kalangan serigala? Bagaimana bisa kamu tidak tahu jika ini kawasan vampir?" tanya pria bertaring itu dengan nada suara yang terdengar menahan emosi dan amarah.Elena berusaha untuk berdiri, mencari celah untuk bisa kabur dari mereka."Aku kehilangan ingatanku, karena itu aku sungguh tidak tahu jika ini wilayah kalian, aku tidak bisa mencium aroma apapun," kata Elena dengan jujur namun membuat mereka tertawa keras."Siapa yang peduli dengan lupa ingatan, kami hanya memastikan tak ada mata- mata bahkan seorang penyusup yang masuk ke dalam wilayah kami, karena itu kami harus menyingkirkan siapapun yang memasuki wilayah vampir, termasuk kamu, " tekan vampir itu sembari menunjukkan gigi taringnya bersiap untuk memangsa Elena.WushBrughKerajaan VedericTerdapat Levator yang tampak diam di kamarnya.Ia terlihat marah kala sudah beberapa hari ini, tidak ada kabar apapun dari Talamus."Apa yang sedang ia perbuat? Tidakkah dia tahu jika aku menunggu."Levator langsung beranjak dari ranjangnya, pergi untuk menemui ayahnya.Levator tidak bisa menemukan ayahnya di ruang singgasana.Kemana ayahnya?Levator langsung mencarinya ke tempat lain.Terlihat Federic tengah berbicara dengan penasehat kerajaan."Ayah."Federic menoleh sekilas, segera mengakhiri obrolannya dengan penasehat kerajaan."Apa yang sedang ayah bicarakan?" tanya Levator terus terang.Federic hanya diam, duduk di kursi dekat taman sembari menikmati teh hijaunya."Kamu belum mendengar soal Talamus?" Levator menggelengkan kepalanya, "Memangnya apa yang terjadi dengan Talamus?" tanya Levator karena penasaran.Federic menghela napas pelan, "Dia mendapatkan kembali wilayah timurnya."Levator terlihat sangat terkejut, "Sungguh?" Federic mengangguk membuat Levator m
Elena tampak duduk termenung di bangku taman.Ia memikirkan apa yang terjadi dengan Duke barusan.Elena terus kepikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ia begitu mencemaskan Duke sekarang.Elena tak sengaja melihat Astra berjalan menuju dapur membuatnya dengan cepat langsung bangkit dari kursi dan mengejarnya. "Astra!"Astra menoleh, dengan raut wajah yang kesal terpaksa berhenti sejenak. "Kamu mau kemana?"Elena bertanya dengan pelan dan hati- hati. "Kenapa?" tanya balik Astra dengan dingin. Elena meremas gaunnya dengan sedikit cemas. "Bagaimana dengan keadaan Duke? Apa dia terluka parah?" Astra menghembuskan napas gusarnya, "Kenapa bertanya padaku? Tanya sendiri pada ayahmu."Elena menatap takut Astra, "Apa ayah yang melakukan semua itu?" Astra berdecak pelan. "Sebaiknya kembalilah ke kerajaanmu. Bukankah pernikahanmu sudah dibatalkan? Tolong jangan bebani alpha kami dengan keberadaanmu di sini. Ia melakukan segalanya untukmu."Elena yang mendengar hal itu sedikit merasak
Beberapa hari kemudianAda Elena yang sedang membantu paman Hoba di dapur.Ia terlihat begitu senang dan antusias dalam membantu memasak.Padahal ia tidak seharusnya melakukan hal itu bukan?Tapi mengingat ia begitu senang melakukan hal- hal kecil membuat paman Hoba mengajari Elena untuk memasak.Dari arah luar ada Astra dan sikembar yang hendak menemui paman Hoba.Mereka bertiga berhenti di ambang pintu kala melihat paman Hoba sedang melakukan pelatihan pada Elena."Paman Hoba sedang melakukan pendidikan pada Elena?"Matteo terlihat seperti cemas dan takut saat ini."Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya nanti."Galen mengusap tengkuk belakangnya dengan sedikit merinding kala membayangkan masakan paman Hoba yang selalu asin, pahit atau terkadang hambar.Astra menelan ludahnya kembali, "Apa kita batalkan saja untuk menemui paman Hoba?" tanyanya pada mereka berdua.Matteo melihat ke samping, "Semua orang tahu jika kau tidak pernah takut dengan hal apapun, siapa yang tahu jika k
Kerajaan NocturniaAda Manos yang sedang duduk di kursi singgasananya. Ia terlihat diam merenung. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Rasa- rasanya dia seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ayah!" Manos menoleh dan terlihat putranya berjalan menghampirinya. Dia adalah Octavian. "Ada apa?"Manos membenarkan bajunya sekilas. "Apa yang ayah pikirkan?"Octavian duduk di kursi yang lebih rendah dari Manos. Manos menghembuskan napas panjang. "Kamu sudah dengar berita?" tanya Manos membuat Octavian mengernyitkan keningnya. "Berita apa?" tanya Octavian yang ternyata belum tahu apa- apa. "Duke sudah dikeluarkan. Dia dijadikan penjaga keamanan kehutanan oleh Talamus."Octavian terlihat begitu terkejut sekali mendengar berita tentang sepupunya. "Ayah serius?" tanya Octavian tak percaya, "Bagaimana mungkin paman mengeluarkan Duke? Bukankah itu akan membawa masalah buat kita semua? Apa yang dipikirkan oleh paman Hagen hingga mengeluarkan Duke."Manos kembali menghela napas, "Tapi ada ben
Kerajaan Slyvamoon"Jadi kita batalkan pernikahan ini?" tanya Federic dengan nada dingin dan picingan mata yang begitu sinis. "Jangan marah dulu. Para guard sedang mencari putriku!"Levator memalingkan muka menunjukkan rasa jengkel dan kecewa. "Ayo kita pulang saja, tidak ada gunanya di sini."Levator langsung beranjak dari kursi, bersamaan dengan Duke yang baru saja masuk ke dalam ruang singgasana. "Bagaimana Duke, kamu menemukan putriku?" Duke menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa menemukannya."Talamus yang mendengar hal itu terlihat begitu marah, ia langsung berdiri, menatap sengit Duke, "Bagaimana bisa, bukankah aku telah memberimu benang emas?" tekan Talamus dengan emosi. Mora dan Selena menatap Duke dengan penuh harap. Duke menelisik mereka satu persatu dengan napas yang sedikit tersengal. "Itu kenyataannya. Saya tidak bisa menemukannya."Talamus membuang napas besar, menarik rambutnya frustasi. Mendengar hal itu, Federic langsung bangkit dari kursinya, "Sepertinya d
•••Duke dan Elena kini sedang berjalan- jalan di sekitar taman. "Bagaimana dengan kondisi kerajaan?" tanya Elena ingin tahu.Duke melihat bunga yang semi dengan ayunan kepalanya, "Ayahmu terlihat cemas dan panik."Elena kini merasa sedikit bersalah, namun ia sendiri juga tidak bisa menerima pernikahan tersebut.Duke yang bisa memahami pikiran Elena sontak melontarkan sesuatu, "Jangan merasa bersalah, tidak semua orang tua bisa memaksakan kehendaknya."Elena melihat Duke dari samping, "Menurutmu tindakanku tidak salah?" tanya Elena yang diangguki oleh Duke."Bukankah kamu bisa menolaknya? Tidak semua perintah orang tua bisa kita lakukan," beritahunya pada Elena.Elena berhenti berjalan, berpikir sejenak akan komentar Duke barusan, "Benar juga, aku bisa menolak jika tidak menyukainya."Duke manggut- manggut setuju akan ucapan Elena barusan."Apa kamu akan ke kerajaan sekarang?" tanya Elena saat melihat Duke yang hendak pergi."Duke mengangguk, melihat Elena,"Tenang saja, mereka tidak a