Terlihat Maya tengah termenung di kamarnya.
Ia akhrinya pulang dengan tangan kosong, harapan terakhir benar-benar gagal. Ferdian Bastian memang benar-benar pria yang susah di mengerti apa lagi di takluk kan.
"Tante Lusya??" ucap Maya mengulang nama wanita yang membuatnya penasaran.
"Apa mas Ferdian suka tipe Tante-tante??" gumamnya lagi dengan berpikir."Huuufft, dunia oh dunia.. makin hari makin banyak saja orang berselera aneh" decak Maya dengan mengelengkan kepala.
Mata Maya terpejam sesaat, rasa lelah dan stres mulai menghinggapi dirinya. Ia tak bisa membayangkan jika Dimas akan menguasai Star Tomo.
Ini benar-benar mimpi buruk, ia tak bisa membayangkan jika Dimas Anggara akan menjadi suaminya. Akan jadi seperti apa rumah tangga dengan suami yang suka main perempuan.
Maya menghela nafas pelan.
"Tuhan, kuatkan aku.." bisik Maya pasrah.
🍃🍃🍃
Di lain tempat, Master duduk di satu sofa mewah. Ia di jamu dengan sanga
"Sepertinya kau memang perlu bukti!!" ucap Ferdian dengan tatapan tajam menatap DimasTanpa pikir panjang Ferdian pun meraih wajah Maya yang masih terkaget dan bingung, lalu sedetik kemudian dengan cepat menjatuhkan satu kecupan tepat di atas bibir ranum Maya.Sontak kedua bola mata Maya melebar mendapatkan ciuman tak terduga itu. Ia dapat merasakan jika bibir Ferdian melumat bibirnya dengan sangat manis."Ya Tuhan!!" seru batin Maya yang terkesiap menerima kecupan manis itu di depan para colleganya.Beberapa detik kemudian, perlahan bibir Ferdian menyudahi ciumannya itu."Permain ini kita!!" bisik Ferdian yang berada beberapa inci dari wajah Maya yang masih terlihat syok.Lalu dengan wajah tenang ia berbalik menatap Dimas yang terlihat kaget dan marah."Well, aku rasa sudah cukup bukti jika Zarulita Maya adalah wanita ku, jadi berhenti lah bermimpi Dimas Anggara.." ucap Ferdian penuh penekanan."Kau!! ?" hardik Dimas mar
Rasanya, Maya hanya berpikir jika urusan penting dengan Star Tomo sudah benar-benar berakhir dan selesai. Namun nyatanya tidak begitu ketika Maya tiba dirumah jam setengah 2 malam. Wajah Marcel menyambutnya dengan penuh curiga. "Sejak kapan??" Maya seketika kecut ketika melihat wajah dingin Marcel. "Ah, itu.."jawab Maya ragu-ragu "Ferdian Bastian tidak menyukai wanita muda, dia seorang mother complex" ujar Marcel serius. Maya seolah terkesiap dengan ucapan Marcel. "Ah, yaa.. tapi mungkin saja dia sudah berubah" sela Maya dengan mencoba memberi keyakinan pada Marcel. "Aku tidak percaya?? apa kau tau Maya, tidak ada orang yang bisa menyembuhkan tipe pria seperti itu, dan yang aku takutkan kau akan mengalami hal yang tidak menyenangkan jika bersama Ferdian!!" seru Marcel lantang. Hingga tanpa di sadari mama Marwah mendengarkan ucapan Marcel dengan wajah syok. "APA???" seru Mama Marwah yang tib
Ke esokan paginya. Maya bangun dengan perasaan lega. Lega karena semua yang berhubungan dengan Star Tomo dan Dimas Anggara selesai.Senyum cerah di wajahnya kian terpancar jelas. Maya berniat untuk masuk kantor sedikit telat. Ia ingin memanjakan diri dengan tidur telah lama.Namun nyatanya niatnya itu agak susah terlaksana, lantaran Maya terus berpikir tentang uang yang di miliki Ferdian Bastian yang dapat membayar seluruh finalty pada Star Tomo.Maya berbalik badan dengan mata terpejam, otaknya terus menerka-nerka dari mana pemasukan Ferdian Bastian yang hanya seorang pengacara.Walau dalam setiap kasus mungkin saja nilai yang di bayar sangar fantastis. Ia memang tidak akan meragukan jika hal itu benar terjadi pada Paman Johan yang jelas-jelas pengacara yang sudah cukup tenar dengan jam terbang hingga kasus internasional."Hmm, apa mungkin dari main saham??" pikir batin Maya lagi.Namun sesaat ia mengingat kembali moment saat Paman Jo
Di satu perusahaan besar, tepatnya di ruang Direktur utama Star Tomo. Terlihat wajah marah Dimas Anggara.Ia memporak-porandakan meja kerjanya di hadapan beberapa staf kepercayaan."DG!!" seru Dimas dengan wajah penuh kemarahan pada selembar kertas yang berisikan profil perusahaan yang telah membayar lunas seluruh finalty New-A."Cari dan temukan Master, aku ingin bertemu orang yang sudah sangat lancang menghancurkan semua rencana ku ini!!" ujar Dimas dengan penuh penekanan.Sungguh seluruh rencananya berantakan. Dan ia sudah kehilangan kesempatan besar untuk menghancurkan New-A.Para staf Dimas pun bersegera keluar dari ruang itu dengan cepat. Hingga hanya tinggal Dimas dengan amarahnnya.Sungguh kejadian semalam sangat memalukan. Dan ia akan mengingat jelas wajah pria yang sudah membawa wanita yang seharusnya bertekuk lutut di hadapannya saat ini."Kau hanya beruntung Maya, tapi tidak di lain waktu..!!" ucap Dimas penuh
Namun, tampaknya kebahagiaan Maya hanya sesaat.Di satu pagi yang cerah, tanpa diduga surat jatuh tempo dari bank pun tiba.Dan hal yang mengangetkan Maya dan Marcel adalah, tanpa di sangka para pemegang saham secara bersamaan menarik semua saham mereka dari New-A.Umpan pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitulah kondisi pagi yang harus Maya hadapi."Apa yang mereka lakukan!! apa tidak berpikir di saat ini malah keluar dan cuci tangan dari semua tanggung jawab dan melimpah semua pada New-A!!" cecar Maya marah dan frustasi.Marcel pun terlihat sama stressnya dengan sang kembaran."Kita tidak punya pilihan lain, aku akan melelang aset milik kakek""Marcel!! itu tidak akan menutupi, jadi percuma" cecar Maya kesal."Lalu bagaimana kita akan menghadapi surat tangihan bank??"Maya mengacak rambut panjang nya itu dengan wajah stres. Ini benar-benar diluar perkiraan.Ia tidak menyangka jika surat hutang bank tel
Dan tanpa terduga, jemari Erwin memberi kode pada telapak tangan Johan.Kening Johan mencoba membaca isyarat tangan itu."F?" seru Johan pelan.Namun lagi Erwin menulis huruf berikutnya hingga terbentuk sebuah nama."Fer-dian??" seru Johan bingung ketika nama putranya yang di tulis sang sahabat.Dan lagi Erwin mengedipkan matanya."Ferdian?? untuk apa??" tanya Johan pelan.Dan Erwin kembali menulis dengan bersusah payah di telapak tangan Johan.Namun kali ini terlihat wajah terkejut Johan begitu syok."Menikah???"Erwin pun kembali mengedipkan matanya."Ferdian menikah?? apa maksudmu??"Erwin pun kembali menulis satu nama di telapak tangan sahabatnya."Ma-ya??" seru Johan syok.Namun di akhir tulisan Erwin menulis hal yang tak terduga."To-long, jaga putri ku!!"Johan terhenyak, ia benar-benar tak menyangka permintaan Erwin sungguh membuatnya bimbang.Johan terlihat
Hari itu seolah cuaca yang sedikit mendung mewakili kehilangan sosok yang penting bagi keluarga Aritama yang tengah berkabung.Seluruh sanak saudara hadir, mengantar kepergian sosok Erwin Aritama. Banyak tangis yang mengiri sosok itu pergi. Bahkan karyawan New-A pun turun hadir untuk memberi salam terakhir pada Direktur terbaik mereka.Hampir 3 hari berlalu kepergian Erwin Aritama. Maya masih berdiri mencoba kuat untuk menjamu tamu yang masih saja datang.Marcel masih menjadi sandaran sang mama Marwah yang begitu terpukul.Hinggap akhirnya dalam 1 minggu berlalu, Maya masih bertahan untuk kuat menjamu tamu. Ia tau pasti banyak yang terkejut dengan kepergian sang Papa.Namun mungkin tak sedikit yang bersyukur dengan kepergian sang pendiri New-A. Maya masih bisa merasakan beberapa pemegang saham yang hadir hanya sebagai formalitas belaka.Dan tanpa banyak yang mengetahui sosok baru dalam keluarga Aritama, Ferdian Bastian. Pria ini membaw
Di sepanjang perjalanan yang hening, akhirnya roda mobil sport milik Ferdian tiba di kediaman Bastian.Maya menatap dengan tatapa kosong pada halaman rumah yang terlihat sedikit klasik.Ferdian memarkirkan mobilnya tepat di halaman depan rumah. Ia pun membuka savety belt.Klik..Lalu perlahan turun dari mobil meninggalkan Maya yang masih termenung melihat rumah yang baru pertama kali ia lihat.Namun tak berselang lama, Maya pun akhirnya ikut turun dari mobil.Kedua mata Maya melihat kesekeliling dengan terbatasnya lampu taman. Lalu sedikit mengingat, jika rumah Paman Johan bukan lah seperti ini.Maya melangkah pelan ke sisi samping Ferdian yang terlihat tengah mengeluarkan koper miliknya."Apa?? Paman Johan tinggal di sini?""Tidak" sahut Ferdian cepat sembari menutup pintu bagasi mobilnya."Benarkah??""Ya" sahut Ferdian santai setelah mengangkat koper sedang namun ternyata cukup berat."Jadii