Share

Buku Diary Nino 2

Di kamarnya, Alya mencoba membuka buku yang ia temukan tadi siang di halaman sekolah. Ia buka secara perlahan, Alya penasaran dengan isi buku tersebut, walau sebenarnya dia sungkan, karena itu bukan miliknya. Rasa penasaran yang menghinggapinya membuat Alya terpaksa bersikap lancang dan membuka buku tersebut.

Alya tersenyum saat melihat ada beberapa Foto yang membuatnya tersentuh. Di dalam foto tersebut, ada seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan yang masih kecil sedang di peluk oleh seorang perempuan, yang di perkirakan berusia tiga puluh lima tahunan.

Sampai kemudian Alya teralihkan pandangannya, saat melihat anak laki-laki tadi sudah beranjak remaja. Alya mengenali anak itu, walau anak itu di perkirakan masih berusia tiga belas tahunan, tapi Alya mengenalinya dengan jelas.

'' Nino.'' gumam Alya saat melihat foto anak itu, kemudian Alya tersenyum tipis.

Alya kembali membuka lembar demi lembar buku itu, sampai kemudian Alya menemukan sebuah catatan yang membuatnya terpaku pada catatan tersebut. Yah, catatan harian Nino yang ditujukan untuk mamanya.

Alya mulai fokus membaca kata demi kata, tanpa melewatkan satu baitpun.

Dear Mama

Mam ,Nino minta maaf, sampai saat ini Nino belum bisa menjadi anak yang baik seperti yang mama inginkan. Kepergian mama dan kebencian Nino sama papa membuat Nino belum bisa menerima keadaan ini.

Tidak ada cinta yang paling tulus, tidak ada perhatian yang paling nyaman, selain dari mama. Sekali lagi Nino minta maaf, Nino sayang mama. Semoga mama tenang di sana

Nino

Alya tersenyum setelah membaca catatan tersebut, ada kekaguman yang timbul dari dalam diri Alya terhadap Nino.

Gue enggak nyangka, anak setengil, senyebelin kaya dia sangat sayang sama mamanya, batin Alya.

Alya kembali membuka buku itu, tidak ada hal yang aneh, hanya berisi curahan hati Nino dan Foto-foto kebersamaan dia, adik dan mamanya. Sampai lembar terakhir, Alya menemukan sebuah Email dan alamat blog milik Nino.

Rasa penasaran semakin menguasai Alya terhadap Nino, Alya semakin ingin mengetahui lebih jauh tentang Nino. Alya kemudian mencatat Email dan Blog itu di bukunya, sementara bukunya Nino ia masukan lagi ke dalam tas.

*******

"Mampus gue, 5 menit lagi."

Alya semakin mempercepat laju sepedanya. Alya tidak mau terlambat untuk kedua kalinya.

"Bruuk!"

Alya tertabrak sepeda motor Nino yang juga hendak memasuki gerbang sekolah. Alya terjatuh, terlihat wajahnya meringis kesakitan saat tangan dan kakinya terluka. Sedang Nino langsung reflek turun dari motor, dan membantu Alya untuk bangun.

'' Sakit?'' tanya Nino setelah Alya berdiri.

" Menurut lo gimana? dengan luka berdarah di kaki, " jawab Alya terlihat kesal.

'' Makanya kalau naik sepeda hati-hati. Lo taukan kalau gue mau masuk? Seharusnya lo biarin gue masuk, baru setelah gue masuk baru lo masuk.''

Alya mengernyit, ada yang salah dengan ucapan Nino. '' Kenapa gue yang salah?''

'' Ya karena gue yang benar.''

'' Egois banget si lo!'' sahut Alya sewot, Alya mencoba membangunkan sepedanya, tapi kemudian Alya meringis sambil jalan terpincang.

'' Manja banget sih,'' tutur Nino sambil melihat luka di kaki Alya. "Luka gitu doang."

Alya berhenti, " luka kecil kalo di biarkan bisa jadi bahaya," tukas Alya mengerucut sebal.'' Lo bisa enggak sih, belajar untuk menghargai orang lain?''

''Caranya gimana?''

Alya memejamkan matanya, Alya menghela napas. Alya mencoba mengendalikan amarahnya yang hampir saja meledak.

"Lo bisa jalan enggak?''

'' Walau gue enggak bisa jalan. Gue enggak mau di tolongin sama lo,'' jawab Alya ketus, Alya tetap memaksakan berjalan, sambil menuntun sepedanya. Tapi kemudian Alya kembali meringis menahan sakit, sedang Nino yang melihatnya hanya tersenyum miring.

'' Jadi orang tuh jangan sok gengsi,'' kata Nino menyindir, sambil mencoba merebut sepedanya Alya.'' Lo gue antar ke ruang UKS, sepedanya lo titip di pos satpam.''

'' Gu-''

'' Gue bilang enggak usah gengsi!''

Alya hanya bisa terdiam saat Nino tetap memaksa menolongnya. Alya berdiri sambil menahan perih, karena kaki dan sikutnya berdarah di tambah kaki Alya terkilir. Sedang Nino mendorong sepeda Alya, kemudian di titipkannya di pos satpam.

Detak jantung Alya bertambah cepat saat Nino mencoba untuk memapahnya. Sepersekian detik mereka saling tatap, sampai kemudian Alya reflek melepaskan tangan Nino yang memegangi tangannya.

'' Lo grogi yah?'' tanya Nino sembari tersenyum lebar, sedang Alya berusaha berkelit.

''Si-siapa yang grogi? Gue risih di pegang sama lo,'' balas Alya cepat.

Nino kembali tersenyum saat melihat respon Alya yang asal ucap. Nino tahu bahwa Alya sedang gugup, meski Nino belum pernah pacaran, tapi Nino berpengalaman dalam hal ini. Nino terkenal suka memberi harapan palsu kepada anak-anak perempuan yang ada disini.

'' Lo nurut sama gue, dan lo enggak usah gengsi,'' pinta Nino, sambil mencoba kembali memapah Alya ke UKS. Alya tidak bisa menolak tawaran dari Nino, karena benar adanya, kaki Alya yang terkilir sulit untuk ia bawa jalan.

"Auuw ... bisa pelan enggak sih? " Alya berteriak saat Nino mencoba mengobati lukanya, Nino juga berusaha memijat kaki Alya yang terkilir.

Alya sekali lagi memperhatikan wajah Nino, Alya mengakui kalau Nino memiliki wajah tampan yang mungkin saja menjadi idaman anak-anak perempuan di sekolah ini.

'' Lo kagum sama ketampanan gue?''

Alya reflek membuang muka saat Nino mengetahui kalau ia sedang memperhatikannya.

'' Hati-hati,'' kata Nino sembari berdiri.'' Berawal dari rasa kagum, biasanya akan timbul rasa cinta.'' Nino semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Alya, sedang Alya mencoba untuk menghindar. '' Gue enggak tanggung jawab kalau lo sampai jatuh cinta sama gue,'' bisik Nino di samping telinga Alya.

Nino tersenyum, kemudian berjalan pergi meninggalkan Alya yang masih terpaku dengan tingkah Nino.

Alya mencoba meninggalkan ruang UKS dengan langkah terpincang, sementara di kaki dan lengannya sudah tertempel perban yang menutupi lukanya.

"Al, lo kenapa?'' tanya Syiffa saat melihat Alya jalan terpincang. Alya tidak menjawab pertanyaan Syiffa dan langsung duduk di kursi. " lo kenapa sih? Sebal banget kayanya, terus kaki lo kenapa tuh? ''

"Iya Al, kaki sama tangan lo kenapa sih ? lo habis balapan sama tukang sayur yah, lo kalah kemudian lo jatuh" canda Amel sambil tersenyum.

"Gue habis di tabrak motor."

"Haah!! Sama siapa? Di mana kejadiannya." tanya Rara penasaran, sedang Syiffa dan Amel menatap tajam Alya, sambil menunggu Alya berbicara.

" Di gerbang!"

"Sama?'' tanya Amel yang juga ikut penasaran.

"Nino!"

" Haah! ka Nino yang rese itu? Terus dia juga yang ngobatin luka lo? '' Alya hanya mengangguk menjawab pertanyaan Amel ." Tapi lo senengkan di obatin sama dia?'' ledek Amel sambil melirik ke Syiffa dan Rara.

Alya mengernyit wajahnya, Alya langsung membalikan badan dan berhadapan langsung dengan wajah Amel. " Senang apaan? Gua nahan perih kaya gini senangnya di mana?'' jawab Alya jengkel.

Dua menit kemudian, Pak Dedi guru matematika masuk kelas. Pak Dedi menaruh buku-buku pelajaran yang dia bawa dari kantor di atas mejanya.

"Anak-anak, minggu kemarin kalian sudah mempelajari rumus luas permukaan dan Volume Bangun ruang dan juga Rumus barisan dan Deret Aritmatika. Bapak harap rumus tersebut kalian sudah mempelajarinya di rumah yah? Karena hari ini, Bapak akan memberi kalian soal sebanyak 20 soal, kalian harus selesaikan hari ini juga."

Tugas yang diberikan oleh Pak Dedi di tanggapi berbeda oleh setiap anak, ada yang kaget, ada yang biasa, ada juga yang antusias.

''Kalian kerjakan sekarang! waktunya empat puluh lima menit. Setelah itu kalian kumpulkan di meja Bapak,'' perintah Pak Dedi tegas.

Waktu terus berjalan, mata tajam Pak Dedi terus mengawasi anak-anak yang terlihat fokus dengan kertas soal yang ada di hadapannya.

"Al, lo sudah selesai belum?'' tanya Amel sambil mencolek pinggang Alya. "Gue nyontek dong." pinta Amel setengah berbisik.

''Ntar, dua lagi," jawab Alya cuek.

''Syiffa," Amel mencolek Syiffa

" Apa? " Syiffa berbalik badan, menatap tajam Amel. "Gue lima soal lagi tuh," Syiffa menunjukan kertas soalnya ke Amel.

"lo emang nggak belajar di rumah? tanya Alya serius. Amel hanya menggelengkan kepalanya sambil nyengir kuda. " Lo pasti nonton drakor yah?'' Amel mengangguk, "lo mah nonton drakor mulu.Tu liat Rara serius banget, pasti Rara sudah selesai?'' tunjuk Alya yang melihat Rara terlihat khusu mengerjakan soal.

''Emang bener Ra ?"

" 2 " Rara mengacungkan dua jarinya sambil tersenyum.

"Serius lo tinggal dua soal lagi?'' tanya Amel semakin penasaran.

"2 biji"

"Maksudnya?'' tanya Amel dan Alya kompak.

"Baru 2 soal gue kerjain. Gue kalau pelajaran matematika entah kenapa otak gue mendadak lemot, " balas Rara ngeles.

"Yeees..." Syiffa yang sedari tadi anteng enggak berkutik ,diam enggak bersuara, tiba-tiba berteriak kegirangan.

" Sudah? " tanya Rara dan Amel ke Syiffa, Syiffa hanya tersenyum penuh kemenangan sambil menunjukan kertas soalnya.

" Yah lo curang, gue pinjam! " Rara langsung merebut kertas soal yang di pegang oleh Syiffa, sedang Amel merebut kertas soalnya Alya

Suara Adit yang berebut contekan semakin terdengar riuh, Adit berebut Contekan dengan teman satu bangkunya. Seketika suara mereka berdua tiba-tiba hening, hanya sesekali terdengar mulutnya komat kamit membacakan jawaban yang dia salin.

'' Sudah selesai?'' tanya Pak Dedi,'' kalau sudah, silahkan kumpulkan di meja Bapak.''

Anak-anak satu persatu mulai berjalan ke depan untuk mengumpulkan kertas soal di meja pak Dedi, termasuk Alya dan ketiga temannya.

'' Kalau sudah selesai kalian boleh istirahat,'' ujar Pak Dedi yang terdengar nyaring.

Alya dan ketiga sahabatnya keluar dari kelas setelah menyelesaikan tugas dari pak Dedi. Alya melihat Nino seperti kebingungan mencari sesuatu di halaman sekolah, Alya teringat buku yang dia temukannya kemarin.

Nino pasti sedang mencari buku itu, batin Alya sambil tersenyum.

"Eh gue nyusul yah! " kata Alya sambil berbalik badan meninggalkan ketiga sahabatnya, yang hendak pergi ke kantin.

Dengan langkah sedikit pincang, Alya masuk ke kelas dan mengambil buku diary yang dia simpan di dalam tas. Alya kemudian menulis sesuatu di secarik kertas, yang dia sisipkan di buku diarynya Nino.

Alya bergegas turun dari lantai dua, mengendap-ngendap berjalan ke halaman. Alya menaruh buku diary Nino di stang motornya Nino, setelah itu Alya pergi ke kantin untuk menemaui sahabatnya yang sudah menunggu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status