Share

Buku Diary Nino

'' Teng,teng,teng.''

Anak-anak berseru girang saat terdengar bel istirahat berbunyi. Satu persatu anak-anak mulai meninggalkan kursinya, kemudian mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Sedang Alya dan ketiga temannya berjalan santai ke kantin.

''Bang, saya pesen bakso tiga yah," pinta Syiffa sambil mengacungkan ketiga jarinya. "Al lo mau?"

'' Gue minum aja deh,'' jawab Alya singkat.

Amel berseru girang saat abang tukang bakso membawa tiga mangkuk bakso yang di bawanya di atas nampan. Mata dan lidahnya mulai tidak tahan untuk segera menyantap bakso yang sudah ada di depan mata.

'' Hajaar!!'' seru Amel, bersiap menghabisi bakso yang ada di depannya.

Tapi beberapa menit kemudian, suasana kantin menjadi bertambah riuh saat sekelompok anak laki-laki masuk ke kantin, dan membuat sedikit keributan.

Mata Alya terbelalak saat melihat salah satu anak laki-laki yang ada di kelompok itu. Alya mengenali salah satunya, anak itu yang menolongnya tadi pagi.

''Al, mereka itu yang paling rese di sekolah ini, " Rara mengalihkan fokus Alya yang duduk di sampingnya, sambil melirik ke arah cowok-cowok itu. "mentang-mentang mereka senior, mereka suka bertindak seenaknya."

''Liat tuh yang duduk di atas meja, namanya leon, dia Play boy," Syiffa menunjuk kearah leon dengan suara pelan." kalau yang duduk di sampingnya Nino, dia anak yang paling banyak masalah disini. Kalau yang lainnya cuma pengikutnya doang."

"Masalah apa ?'' tanya Alya penasaran.

''Malak, bolos, ngerokok, tawuran, pokoknya banyak deh," jawab Syiffa, kemudian menyeruput minuman yang ada di hadapannya.

"Hah?'' Serius separah ituh? '' tanya Alya sambil melirik Nino.

"Ya iya."

"Terus, kenapa mereka enggak di keluarkan dari sekolah?''

''Seharusnya," jawab Syiffa datar kemudian menoleh kearah Nino." Tau deh, yang gue dengar bokapnya itu kenal baik sama Pak kepsek. Mungkin itu alasan kenapa tu anak enggak di keluarin."

Alya terdiam sejenak, dia kembali melirik Nino. Sebenarnya Alya sudah bisa menebak parahnya gimana anak itu, apalagi Alya sudah melihat secara langsung Nino tawuran di depan matanya. Tapi Alya tidak menyangka, kalau Nino ternyata lebih parah dari yang ia bayangkan .

"eh buat gue yah?''Alya melihat Nino merebut makanan anak perempuan yang ada di sampingnya.

''Tapi ka, itukan punya sayah?" jawab anak itu mengiba.

"Buat gue sajah, kamukan bisa beli lagi?'' Nino mengambil mangkuk anak itu dan mengedipkan matanya, sambil tersenyum licik kearah anak perempuan itu.

''Iya ka boleh deh."

Anak perempuan itu seketika luluh oleh kedipan Nino. Alya terbengong, wajahnya terlihat heran saat melihat tingkah pahlawannya itu.

'' Makannya udahkan?'' tanya Alya, bersiap untuk pergi.

'' Santai saja, jam istirahat masih lama ko.'' sahut Rara, setelah menyantap bakso terakhir yang ada di mangkuknya.

'' Emmm ... gue keperpus yah!'' ujar Alya sambil berdiri, bersiap meninggalkan ketiga temannya yang belum selesai menikmati bakso yang mereka pesan.

'' Maaf Al, perpus bukan tempat kita. Gue suka pusing kalau berada di perpus,'' canda Amel. sedang Alya tersenyum, kemudian berjalan meninggalkan mereka.

Alya si anak baru masih terlihat bingung dengan tempat-tempat di sekolah barunya. Alya belum mengetahui dimana letak perpustakaan.

Alya mendengus kesal sambil bertolak pinggang. Mata Alya terus menatap setiap kelas di sekolah barunya.

'' Hai!''

Alya reflek menoleh, saat ia mendengar seseorang menyapa.

'' Lo nyari gue yah?'' tanya Nino sambil tersenyum lebar, sedang kedua alisnya ia taikan secara bersamaan. Sedang Alya terdiam, ia terlihat kurang nyaman dengan adanya Nino.

'' Siapa lagi yang nyari lo,'' bisik Alya sambil membuang muka.

'' Seharusnya lo berterima kasih sama gue. Kalau gue enggak nolongin lo tadi, lo mungkin jadi korban anak-anak itu,'' ujar Nino,'' tapi lo enggak usah khawatir, gue enggak akan minta lo buat membalas budi."

''Gue Nino.''

Alya menatap tajam Nino yang mengulurkan tangannya memperkenalkan diri. Alya tidak merespon, Alya malah hendak pergi.

'' Hati-hati ... lo mungkin sekarang cuek. Enggak tau kalau nanti pulang sekolah, atau besok. Tapi yang jelas, gue akan selalu terbuka kalau lo berbuah pikiran, dan mau kenal sama gue.''

Alya berhenti sejenak, Alya menarik napas kemudian menatap tajam Nino yang berdiri di belakangnya, sedang Nino tersenyum lebar saat Alya menatapnya.

'' Jadi orang jangan kepedaan,'' tutur Alya, kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan Nino yang masih menatap Alya.

'' Bruug!''

Alya menggebrak meja saat ia masuk kekelas kemudian duduk di kursi.

'' Tu anak nyebelin banget sih!'' gerutu Alya, sedang ketiga sahabatanya malah saling tatap terlihat bingung.

'' Siapa Al?'' tanya Syiffa.

'' Anak yang tadi rese di kantin,'' jawab Alya kesal, sedang ketiga sahabatnya terlihat sedang menerka, siapa yang di maksud oleh Alya.

'' Leon apa Nino?'' tanya Rara.

''Nino.''

'' Emang si Nino ngapain lo, sampai lo kesal kaya gitu?''

'' Ya ... enggak berbuat apa-apa sih. Tapi tingkahnya tengil banget.''

'' Hahaha,'' Rara tertawa geli, sementara Syiffa dan Amel hanya tersenyum tipis sambil saling menatap. '' Al, selamat datang di SMA Bina Negeri. Dan lo harus banyakin sabar, kalau melihat tingkah Nino di sekolah ini. Dia itu anaknya bukan hanya rese, tapi juga tengil. Jangankan lo, guru-guru saja sampai angkat tangan kalau berhadapan sama dia.''

'' Teng,teng,teng''

'' Yah, sudah masuk lagi,'' Amel menggerutu saat ia mendengar bel masuk berbunyi.

Tidak lama kemudian Pak Wawan guru Agama masuk, yang membuat anak-anak terdiam dan fokus dengan apa yang di sampaikan oleh Pak Wawan.

Sementara di gudang sekolah sana. Nino sedang asik dengan lamunannya, entah kenapa Alya muncul di kepalanya saat itu. Sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang ada di sana, senyum Nino mengembang, wajahnya berseri, matanya menatap langit, tapi terlihat pandangannya kosong.

Haaah ... cantik sih, tapi jutek dikit, sok jual malah. Tapi kayanya lucu juga kalau gue kerjain dia, batin Nino.

Nino bangun kemudian duduk di kursi itu. '' Pokoknya gue jamin, dalam waktu satu minggu lo enggak bakalan betah di sekolah ini,'' ucap Nino kemudian tersenyum miring.

Langkah kaki terdengar di gudang itu. Langkah kaki itu semakin jelas terdengar, semakin mendekat dan semaki jelas. Nino berdiri kemudian berlari ke balik pintu untuk bersembunyi.

'' Plak!!''

'' Auuww!!'' teriak Leon saat Nino memukul kepalanya. '' Lo ngapain sih, mukul kepala gue, sakit tau.''

'' Ya sorry ... gue pikir guru, makanya gue sembunyi.''

Leon berjalan pelan sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit, kemudian duduk di kursi.

'' Pak Sofyan nanyain lo!''

'' Apa katanya?''

'' Dia bilang, kalau lo enggak masuk sekali lagi, lo bakalan di kasih nilai merah.''

'' Teserah,'' jawab Nino santai.'' Merah ke, kuning ke, gue enggak peduli. Apalagi katanya?''

'' Enggak ada, cuma itu doang,'' Leon berdiri,'' pulang yu, ngapain lo mojok disini kaya buronan,'' ajak Leon sambil meledek.

Di depan sana. Anak-anak sudah mulai berhamburan keluar kelas, begitu juga dengan Alya dan ketiga temannya. Mereka berjalan pelan sambil bergandengan tangan, sesekali terdengar tawa di antara mereka.

''Eh, gue ketoilet dulu yah," ucap alya sambil menunjuk kearah toilet. "kalian pulang duluan yah.''

" Enggak apa-apa kita tinggal,?'' tanya Syiffa ke Alya, sedang Alya mengangguk yakin.

'' Enggak apa-apa, gue bukan anak kecil yang harus di tungguin.''

'' Ya sudah, kita pulang duluan, sampai jumpa besok,'' ujar Syiffa, kemudian melambaykan tangan.

Alya masih menatap ketiga temannya yang berjalan bersama meninggalkan sekolah. Kemudian Alya berjalan ke toilet, tampak suasana sekolah sudah mulai sepi, karena sebagian siswa sudah ada yang pulang duluan.

Tapi sebelum Alya tiba ketoilet. Di hadapannya ada dua orang anak laki-laki yang sedang melakukan pemalakan. Dan kedua anak itu Alya tau namanya, mereka adalah Nino dan Leon.

Anak yang di palak Nino dan Leon sudah terlihat tidak berdaya, dompetnya sekarang sudah berpindah ke tangan leon. Alya melihat beberapa lembar uang di ambil dari dalam dompet, kemudian di masukan ke dalam saku celana Leon.

Nino dan Leon terkejut melihat Alya berdiri mematung melihat aksi mereka. Kemudian mereka menghampiri Alya, Alya mundur dua langkah, kakinya mulai gemetar, Alya melihat kesekeliling koridor sudah sepi, matanya sudah tidak melihat ada orang lain selain mereka berdua. Bahkan anak yang tadi kena palakpun sudah kabur entah kemana.

"Lo mau ngelaporin kita?'' tanya Nino mengawali pembicaraan. " Enggak ngaruh, gue sudah berulang kali di laporin. Jadi percuma kalo lo ngelaporin gue."

Seketika Alya teringat ucapan Syiffa. Nino sudah berulang kali berulah, tapi enggak di keluarin juga.

Tubuh Alya mulai gemetar, tangannya mulai dingin. Pikiran-pikiran negatif mulai muncul di kepalanya. Tapi mata Alya masih mencoba memberanikan diri menatap Nino, yang berdiri tegap di hadapannya.

Nino tersenyum miring saat melihat Alya ketakutan. Timbul pikiran jail dalam otaknya, saat melihat Alya seperti itu.

Nino semakin mendekat, sementara Leon sudah berpindah berdiri di belakang Alya. Nino semakin mendekat, sempai Nino dan Leon berhasil membuat Alya terpojok ke dinding.

Napas Alya semakin tidak beraturan, saat Nino dan Leon berhasil membuat Alya terpojok berada di tengah-tengah mereka. Kedua tangan Alya di silangkan ke dada sebagai bentuk pertahanan, sepersekian detik terbesit pikiran negatif muncul di kepala Alya.

'' Kalian mau ngapain?'' tanya Alya ketus, saat melihat Nino membuka ikat pinggangya. Matanya menatap tajam Nino, ada rasa takut dalam diri Alya.

'' Pegangin Leon.''

APA!!! ya Tuhan, apa yang akan terjadi sama gue, batin Alya.

Alya mencoba berontak saat Leon memegangi kedua tangannya. Tapi percuma, tangan Leon lebih kuat dari tangan Alya.

'' Kalian mau ngapain? Lepasin gue!'' teriak Alya sambil berusaha melepaskan diri.

Tatatapan Nino semakin tajam, tangannya terus berusaha membuka ikat pinggangnya. Sampai kemudian Nino secara cepat menurunkan celana yang ia pakai sampai kelutut.

'' AAAAA!!!!''

Alya berteriak sekencang mungkin sambil memejamkan mata. Alya tidak mau melihat sesuatu yang mungkin akan menakutkannya.

'' Lo bukan selera gue, jadi jangan kegeeran. Lo pikir gue nafsu melihat tubuh lo? Enggak sama sekali,'' ejek Nino, kemudian tersenyum pelan lalu tertawa. " Tadi gue sudah nolongin lo, kalo lo mau tutup mulut, berarti kita impas," bisik Nino di telinga Alya sambil bersiap pergi.

Alya membuka matanya secara perlahan, wajah Alya pucat, matanya terlihat memerah. Sedang Nino tersenyum lepas penuh kemenangan sambil melepas celana sekolahnya.

Rupanya Nino memakai celana dua, yang didalam Nino memakai celana jeans. Nino sengaja mengerjai Alya dan Nino sukses membuat Alya kesal di buatnya.

'' Kalian pikir lucu? lucu yah ... kalian senang saat melihat orang lain ketakutan karena ulah kalian?'' tanya Alya dengan nada tinggi di kalimat terakhir.

Alya menangis, butiran air mata yang tertahan dari tadi sekarang meluncur deras di pipinya. Alya beranjak cepat dari tempat itu, kakinya ia langkahkan secepat mungkin meninggalkan Nino dan Leon.

Sementara Nino hanya terdiam saat melihat Alya menangis. Entah kenapa timbul rasa sesal dalam diri Nino.

'' Cengeng banget tu cewek,'' Nino menggerutu, Nino mencoba membuang rasa sesalnya. Nino tetap dengan keegoisannya, tidak mau peka terhadap keadaan sekitar. Sedang Leon yang berdiri di samping Nino, hanya tersenyum miring.

Alya terus berjalan cepat, Alya ingin sesegara mungkin meninggalkan tempat itu. Tapi saat Alya berjalan di halaman sekolah, tidak sengaja Alya menendang sebuah buku, Alya mengambil buku itu.

Mata Alya menatap kesekeliling tempat itu, tidak ada siapa-siapa, sudah sepi, tidak ada seorangpun yang terlihat. Hanya ada pak mamat yang sedang berjaga di pos depan, Alya memasukan buku itu kedalam tas, Alya membawanya pulang tanpa membuka buku itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status