Share

Episode 5

Author: mys05
last update Last Updated: 2021-09-02 09:10:22

"Ahhh..." Lisa melempar tasnya ke sembarang arah. wanita tersebut mengamuk, meluapkan kekesalan lantaran telah di hina oleh Bella habis-habisan. "Dia terlalu membanggakan dirinya, gadis bodoh! Aku jadi penasaran, setelah ia mengetahui jika aku dan Felix telah menjalin hubungan. Akan ku buat kau menangis darah, Bella." jeritnya geram.

 

Setelah mengantar Lisa pulang, Lucas pun langsung pergi begitu saja tanpa mengikuti calon istrinya masuk kedalam. keduanya juga tak saling bicara, mereka benar-benar menjalin hubungan tanpa adanya rasa. untuk keluar bersama saja, hal itu terpaksa harus mereka sepakati. lantaran orang tua merekalah yang terus mendesaknya.

 

Di tempat lain, Bella kembali mengubah sikapnya pada Felix. gadis tersebut kembali menjadi sangat irit bicara, setelah Lucas dan Lisa meninggalkan mereka.

 

"Kau benar-benar keterlaluan, Bella. tadi kau terus menggodaku di hadapan mereka, sekarang kau kembali bersikap dingin. sebenarnya apa yang terjadi padamu? bukankah aku sudah mengatakannya dengan jelas. jika kemarin aku ada rapat mendadak!"

 

Bella tak menggubrisnya, ia memfokuskan pandangannya pada ujung pensil yang tergerak membuat sebuah objek rancangannya.

 

"Oke, mari kita perjelas hal ini. sebenarnya apa mau mu?" tanya Felix kesal menantang.

 

Sorot mata Bella teralihkan sebentar. Bella memandang Felix dengan ekspresi datar. dalam batinnya, ia terus merutuk. bahkan sebuah pikiran kotor yang menyesatkan terus menyudutkan Bella, agar gadis itu dapat segera merobek mulutnya.

 

"Apa?" Felix menatap tajam, "Kau benar-benar mempermainkan kesabaran ku, Bella. Kau membuatku tak tahan." tegasnya sambil mengepalkan tangan.

 

"Tenangkan dirimu, Bella. kau hanya perlu diam, tunggu sampai karma menyeretnya kedalam jurang penyesalan." gumam gadis tersebut, menyematkan kesabaran.

 

"Ahhh," Felix mendengus, satu hal yang paling Felix benci dari pertengkaran adalah. saat Bella terus saja diam, dan hanya menyimpan kemarahannya tanpa bicara. padahal Felix sudah berusaha untuk meyakinkannya, karena sampai detik ini. Felix yakin, jika alasan di balik kemarahan Bella karena pria itu telah mengabaikan panggilan dan pesannya.

 

"Rendi," Bella memekik, memanggil nama sekretarisnya yang ia anggap sebagai pria berjiwa wanita.

 

"Ada apa?"

 

"Buatkan aku kopi, kepalaku sakit sekali." ujar Bella memerintah, sambil memijat pelipisanya.

 

"Sayang, apa kau sakit?" Felix langsung di rundung kecemasan, ia lantas mendekati Bella hendak meraih tubuhnya.

 

"Diam!" Bella menepisnya dengan kasar, "jangan ganggu aku sekarang!"

 

"Sayang, aku mencemaskanmu, kau sakit. ayo kita ke dokter."

 

Felix adalah tipekal pria pencemburu dan perhatian. Perlakuan Felix yang lembut dan terlihat tulus sukses membuat Bella melayang. Bella bahkan tak menampik, jika Felix menganggap gadis tersebut sangat terobsesi padanya. Andai pengkhianatan itu tidak Felix lakukan, mungkin hingga saat ini Bella masih tetap akan merasakan manisnya kebahagiaan dari sebuah hubungan.

 

Drtt... Drtt...

Felix langsung merogoh ponsel di dalam sakunya. sejenak pria itu melihat ke arah layar yang menampilkan sebuah panggilan masuk dari seseorang.

 

"Lisa?" Felix membatin, ia mengalihkan sorot matanya ke arah Bella yang saat itu masih sibuk mengukir kertas menggunakan pensilnya. "Kenapa dia menelpon? dia tahu aku sedang bersama Bella sekarang."

 

Dalam sekejap, layar ponsel pun berganti. tidak menampilkan informasi panggilan lagi. Tetapi, belum sempat Felix memasukan kembali ponselnya ke dalam saku. sebua notifikasi pun muncul, menampilkan sebuah pesan yang Lisa kirimkan.

 

"Cepat pergi dari sana, aku bosan! temui aku sekarang!"

 

"Bella aku..."

 

"Pergilah, aku sudah tidak membutuhkanmu." celetuk Bella memotong apa yang hendak Felix katakan datar.

 

"Sayang aku..."

 

Ponsel Bella bergetar, ia langsung mengintruksikan Felix agar tetap diam. seringai misterius Bella tercipta, sesaat setelah gadis itu membaca sebuah pesan dari dalam ponselnya.

 

"Haruskah aku menjemputmu, untuk bertemu?" isi pesan itu.

 

"Siapa dia? kenapa kau tersenyum setelah membuka layar ponselmu?" tanya Felix penasaran, di penuhi rasa curiga.

 

"Klien!"

 

"Klien apa?" tanya Felix mencecar.

 

"Klien misi."

 

"Misi apa?"

 

Bella menatap tajam kearah Felix sambil mengepalkan tangan dengan rahang yang mengeras, "Tentu saja misi untuk membongkar kelakuan busukmu, Brengsek!" sahut Bella di dalam hatinya.

 

"Kau diam lagi?" Felix semakin di buat tidak karuan, memiliki kekasih yang cantik tentu saja tak membuat hidup Felix berjalan tenang. kecemburuan Felix sering kali tak beraturan. tanpa unsur yang jelas, Felix selalu menuduh Bella melakukan hal yang bukan-bukan.

 

"Ini," Bella melempar ponselnya kearah Felix dengan sorot menantang, "Pesanan gaun pernikahan! Apa kau akan memberikan ponselmu, jika aku meminta hal itu sekarang?"

 

"Sial," Felix mengumpat, ia terpaku dengan bibir yang terasa kelu. bagaimana bisa Felix mengiyakannya, sedangkan pesan-pesan nakalnya bersama Lisa belum sempat pria tersebut bersihkan.

 

Dengan keterampilannya, Bella memang sudah menghapus pesan dari Lucas tanpa gadis itu balas. pertama kalinya Lucas mengirimkan sebuah pesan kepadanya, jadi Bella bisa dengan mudah dan cepat menghapusnya.

 

"Aku ingin memelukmu," Felix mengerucutkan bibir. merengkuh tubuh Bella tanpa meminta persetujuan darinya untuk mengalihkan topik pembicaraan.

 

"Tidak waras!" Bella memberontak, memukul bahu Felix dengan tenaganya yang ringan. "Lepaskan aku!" pekik Bella kesal, mencoba melepaskan dirinya dengan kasar.

 

"Tidak, kau tadi menjanjikan tidur bersama denganku! Ayo kita lakukan sekarang!" goda Felix manja, mengeratkan pelukannya.

 

"Menjijikan," Bella membatin, ia kembali di ingatkan dengan sebuah bayangan kotor tentang apa yang sedang Felix dan Lisa lakukan di dalam kamar. "Ia bahkan masih berani memelukku, setelah tidur dengan jalang itu," imbuh Bella memanas.

 

"Dimana kita akan melakukannya?" Felix mengelus tubuh Bella, membelainya dengan penuh cinta. "Apartemenku, butikmu, atau di hotel saja?"

 

"Aku tidak sudi tidur denganmu, sekalipun itu terjadi hanya lewat mimpi." pekik Bella penuh kekesalan, berusaha untuk melepaskan.

 

Tak habis pikir Felix kepada Bella. gadis itu sebelumnya pernah mengatakan, jika ia tak ingin bercinta sebelum Felix menikahinya. awalnya Felix tak percaya, dan berpikir jika cepat atau lambat keduanya akan tidur bersama. Nyatanya tidak, dua tahun bersama. Felix hanya bisa mencium dan memeluk Bella saja. setiap kali Felix memaksa, Bella terus menghardik sampai mengakhiri hubungan karena tersulut api kemarahan.

 

"Kau jahat sekali," Felix memelas, ia bahkan masih berusaha untuk mendapatkan perhatian Bella dengan cara menggelitiki tubuh gadis itu lalu mencubit gemas hidung mancungnya.

 

Ponsel Felix terus saja bergetar. lantaran sebelumnya, Felix justru malah mengabaikan pesan Lisa tanpa membalasnya. sebuah panggilan masuk dari wanita itu terus saja Felix biarkan, hingga membuat Lisa murka dan tak henti untuk menelponnya sampai Felix memberikan respon berupa jawaban atau hanya sekedar membalas pesan.

 

"Sayang aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu." lirih Felix dengan ekspresi wajah serius.

 

"Hentikan Felix, lepaskan aku sekarang. bagaimana jika staf ku melihat apa yang sedang kau lakukan!" protes Bella, memberontak.

 

"Aku tidak perduli, mereka semua juga tahu jika kita adalah pasangan. bahkan jika kau tidak menolak ku terus-terusan, aku akan dengan senang hati memberitahukannya pada seluruh dunia. jika kau dan aku telah tidur bersama. agar tak ada pria yang bersedia mendekatimu lagi." ujarnya seperti sangat mencintai Bella, dan takut kehilangannya.

 

Bella mengerjap, ucapan Felix hanya semakin membuatnya muak. yang sedang Bella pikirkan sekarang adalah, bagaimana caranya membalas pesan Lucas sebelumnya. sedangkan saat ini, Felix terus saja mengunci pergerakan Bella dan tak melepaskannya.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love Shadows   Episode 69

    Lucas berlari menerobos pintu utama kediaman keluarga Bella. Pria itu terlihat sangat pucat, wajahnya mengatakan jika ia sedang tidak baik-baik saja. Lucas juga mengabaikan Nick yang sedang bersantai di ruang keluarga. Parahnya, sepertinya Lucas sama sekali tidak menyadari jika di sana terdapat sang Ayah Mertua."Lucas, kau..." Belum sempat Nick menyelesaikan ucapannya. Akan tetapi, langkah pria itu sudah sangat jauh dari pandangan matanya.Sampai detik ini, Nick sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tiga puluh menit berlalu, Rina sebelumnya sempat mengatakan padanya jika sang istri hendak membawakan rupa-rupa minuman hangat beserta cemilan untuk di suguhkan pada putri tercintanya."Bella..." Pintu terdorong kasar dari luar. Suara hentakannya sanggup membuat kedua orang yang berada di dalam ruangan cukup terkejut.Rina melirik ke ambang pintu, bersamaan dengan Bella yang saat itu la

  • Love Shadows   Episode 67

    Aneh, itulah yang sedang Luna rasakan. begitu banyak kiriman yang ia dapatkan, mulai dari bunga, kue, sampai manisan hingga perhiasan. dengan nama Maria sebagai pengirimnya.Berulang kali Luna memastikan, ia bertanya, benarkah paket tersebut Maria kirimkan untuknya. Lalu jika iya, apa maksud dan tujuan wanita paruh baya tersebut.Kali ini Luna kesulitan untuk membaca apa yang lawannya rencanakan. Maria sendiri juga tidak pernah datang, kenapa kiriman tersebut harus diberikan oleh campur tangan kurir? Kenapa tidak dia sendiri saja yang mendatangi Luna dan memberikan paket tersebut secara langsung padanya?Sungguh, Luna benar-benar khawatir. tidak biasanya, Maria berbuat baik dan perhatian sampai harus repot-repot mengirimkan sesuatu kepadanya. Apalagi benda tersebut terbilang cukup berharga dan ada nilainya."Kiriman lagi, Nyonya?" tanya Bibi Chan penasaran menghampiri."Iya, aku

  • Love Shadows   Episode 66

    Seminggu berlalu, Devan masih belum mendapatkan keinginan atas apa yang sudah Riana janjikan. gadis itu justru bertingkah seolah bak ratu, pekerjaannya hanya memainkan ponsel dan mendorong-dorong kursi roda milik Devan. Dengan ancaman yang ia jadikan senjata, Riana mampu hidup layak tanpa harus bersusah payah bekerja."Hey, kapan kau akan menepati janji mu?" tanya Devan dingin dengan mata memincing.Riana melirik ke sumber suara, dimana saat itu Devan sedang berada tepat di hadapannya. "Eummm, sekarang!" sahut Riana santai, setelah sebelumnya Riana memastikan waktu dan kondisi yang ia rasa sudah cukup memungkinkan.Riana bukannya tak ingin menepati janji, hanya saja. jika hal itu ia lakukan saat Maria dan Marco sedang berada di rumah. tentu yang akan Devan dan Riana hadapi hanyalah penolakan.Mungkin sekarang waktunya sudah tepat. saat keadaan rumah benar-benar sepi, dan hanya menyisakan Riana dan De

  • Love Shadows   Episode 65

    Alvin tentu tidak bisa menunggu lagi. tanpa berpikir panjang, ia langsung meninggalkan Luna begitu saja dan memilih untuk meminta pertanggung jawaban dari Marco dan Maria. Sumpah demi apapun, Alvin kini sudah benar-benar berubah. hidup dan matinya sudah Alvin serahkan pada Luna. jikapun harus memilih, Alvin lebih baik kehilangan segalanya dari pada harus berpisah dengan istrinya. Tidak perduli apa tanggapan orang lain yang akan Alvin dapatkan. pria itu sudah membulatkan tekadnya untuk menjebloskan ibunya ke dalam penjara. atas tuntutan percobaan pembunuhan. Padahal, Alvin sama sekali tak memiliki bukti apapun. Namun, kemarahannya sukses membuat pria itu kehilangan akal. untuk bertindak tanpa memikirkan dampak dan akibat. Bruak... Alvin mendorong kasar pintu utama kediaman keluarganya. langkah Alvin tak terkontrol, apapun yang Alvin lihat langsung Alvin lemparkan hingga sukses membuat kekacaua

  • Love Shadows   Episode 64

    Bencana, Alvin justru merasa jika nasihat ibunya sukses membuat pria itu merasa beban hidupnya bertambah. Bagaimana tidak? Mengontrol pikirannya agar segera melupakan Laura saja Alvin tak bisa. sekarang, Maria justru semakin menekan Alvin agar pria tersebut memanjakan Luna dan menghujaninya dengan penuh cinta. Ditambah permintaan untuk memiliki keturunan. Sudah cukup Alvin menuruti keinginan mereka yang semakin membuat pria itu merasa gila.Ayolah, Alvin tidak mungkin bisa melakukannya saat bayang-bayang Laura justru terus saja menghantuinya. Ini memang bukanlah pertama kali bagi Alvin. yang berarti, Luna bukanlah gadis satu-satunya yang akan pria itu tiduri. Namun, setiap kali melakukannya. Alvin justru melandasi hal tersebut dengan rasa ketertarikan. Ia hanya bisa memenuhi hal itu dengan adanya perasaan. Dalam kata lain, perasaan yang bisa di artikan atau di sebut cinta."Bibi Chan..." Luna memanggil wanita paruh baya tersebut, saat Bibi C

  • Love Shadows   Episode 63

    Bencana, Alvin justru merasa jika nasihat ibunya sukses membuat pria itu merasa beban hidupnya bertambah. Bagaimana tidak? Mengontrol pikirannya agar segera melupakan Laura saja Alvin tak bisa. sekarang, Maria justru semakin menekan Alvin agar pria tersebut memanjakan Luna dan menghujaninya dengan penuh cinta. Ditambah permintaan untuk memiliki keturunan. Sudah cukup Alvin menuruti keinginan mereka yang semakin membuat pria itu merasa gila.Ayolah, Alvin tidak mungkin bisa melakukannya saat bayang-bayang Laura justru terus saja menghantuinya. Ini memang bukanlah pertama kali bagi Alvin. yang berarti, Luna bukanlah gadis satu-satunya yang akan pria itu tiduri. Namun, setiap kali melakukannya. Alvin justru melandasi hal tersebut dengan rasa ketertarikan. Ia hanya bisa memenuhi hal itu dengan adanya perasaan. Dalam kata lain, perasaan yang bisa di artikan atau di sebut cinta."Bibi Chan..." Luna memanggil wanita paruh baya tersebut, saat Bibi C

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status