Share

Chapter 03: [Dia Penyelamat ku]

Haii, apa kabar?

SATU...

DUA...

TIGA...

Liora pun mendongak ke bawah dan ternyata yang ada di bawah sana adalah Riga ha? Sumpah demi apa? Riga!!!

"Aaaaaaa!!" teriak Liora dan refleks melempar gitarnya ke bawah lalu terdengarlah bunyi BUKHHSSSS!!

"Awsss! Sakit," ringis Riga sembari mengelus elus kepalanya yang tertimpa gitar.

"Oupsss maaf gak sengaja honey," Liora menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Dasar bad girl's, turun gak!! Sini lo buruan!!" nampaknya Riga tengah marah besar.

"Oke, oke, Liora turun," ucap Liora.

Dengan tergesah-gesah dan grogi membuat Liora kebingungan turun, sampai-sampai ia salah menginjak dahan al-hasil yang terjadi adalah...

"HONEY AWASSS!!!!" teriak Liora sebelum akhirnya ia jatuh menimpa tubuh Riga, BUKSSHHH!!

Cupss

Tak sengaja pula bibir mereka saling menyatu, mata Riga, dan Liora sama sama bulat, mereka berdua syok akan apa yang barusan terjadi.

"Haaaa!!" panik Liora saat menyadari posisi tubuhnya yang tengah menimpa  tubuh Riga. Buru-buru bangun dari posisinya dengan wajah yang bersemu merah.

"YA AMPUNNN!!!" teriak Riga tersadar apa yang baru saja ia alami, bibirnya bertemu bibir  Liora? Si gadis biang onar itu!. Riga segera bangun dari posisinya, merapikan seragamnya, dia berusaha untuk sebiasa mungkin padahal saat ini jantungnya berdetak 1000 kali lebih kencang.

"Aduh honey sakit ya? Maaf ya Liora gak sengaja," ucap Liora memecahkan keheningan.

"Lo fikir aja sendiri!, emangnya lo pikir gitar lo itu beratnya cuma seons? Badan lo itu beratnya cuma 2 kilo? Ya jelas sakit lah pake nanya lagi," rocos Riga, yang tampa sadar membuat Liora tersenyum geli, ternyata oh ternyata 'pacarnya' bawel juga.

"Iya makanya Liora minta maaf honey."

"Jangan panggil gue honey!!!" ketus Riga.

"Terus apa? Sayang? Oke iya makanya Liora minta maaf sayang!" ucap Liora lagi dan lagi membuat Riga syok.

"Lo....."

"Udh lah sayang gak usah protes! Oh ya Liora buru-buru mau cabut bye sayang," ucap Liora lalu melangkah meninggalkan Riga, sebelum ia berbelok ditelan tembok, Riga sempat berteriak.

"BESOK PULANG SEKOLAH TUNGGUIN GUE DI PARKIRAN MOTOR!, GUE GAK MAAU TAU! GUE GAK MAU ADA PENOLAKAN!, TITIK!!!" teriakan dari bibir mungil Liora sangat jelas didengar oleh Riga.

Riga hanya mampu menepuk jidat dan menelus dada, sambil bergumam

"NASIB!!! NASIB!!!"

Riga hendak meninggalkan sekolah itu, namun entah mengapa matanya tertuju pada gitar milik Liora, Riga mendekati gitar yang terpelanting saat berbenturan dengan kepalanya tadi, dan membawa pergi bersamanya.

****

Untuk kesekian kalinya waktu begitu cepat berlalu, kini jam pulang sekolah pun telah tiba, murid-murid yang sudah merasa jenuh dengan setumpuk aktifitas di sekolah membuat mereka bersemangat sekali untuk pulang.

Lain dengan siswa lainnya, di saat siswa-siswa pada umumnya memilih pulang dan menghabiskan waktu mereka di kasur pribadinya, justru hal itu tidak berlaku bagi Liora, Dhita, dan Amanda. Mereka semua sibuk dengan peralatan yang akan mereka bawa untuk menghadapi geng Daniel, kostum mereka pun sudah berubah dengan menggunakan celana jeans hitam sobek-sobek, dan jaket kulit mereka nampak leluasa untuk melakukan faithing nanti.

****

Mobil merah sport kesayangan Riga! Ya di sinilah Riga, dan kedua sahabatnya, mereka tengah dalam perjalanan untuk pulang.

"Ga, lo marah sama gue?" tanya Alden membuka pembicaraan.

"Menurut lo?" ucap Riga sambil terus memperhatikan jalan.

"Yaelah seminggu doang, Ga."

"Seminggu itu lama Al!! Lo tau gak itu cewe benar benar freak!! Lo gak mikirin apa nanti gimana nasib gue?" rocos Riga.

"Ya sudah deh sebagai permintaan maaf gue, mau deh disuruh apapun sama lo," Alden memberi penawaran.

Riga berfikir sejenak hukuman apa yang pantas diberikan kepada sahabat laknat seperti si borokokok ini!! Lama Riga berfikir dan akhirnya ia menemukan hukuman apa yang pantas untuk Alden.

"Oke selama seminggu juga lo yang kerjain semua tugas sekolah gue."

"Gampang itu," ucap Alden mengentengkan, matanya melirik Devian mungkin ia berfikir bisa minta bantuan Devian padahal...

"Dan gak boleh dibantuin siapapun! Dan lo Dev kalau gue sampe tau lo bantuin dia, gue bikin lo jadi ayam geprek," imbu Riga.

"Ampun Ga, gue gak bakalan bantuin dia!!" spontan Devian.

Pupus sudah harapan Alden, sepertinya ia harus menanggung apa yang sudah ia perbuat.

"Pokoknya gue gak mau tau!!" imbu Riga Riga.

"Yaudah," pasrah Alden.

Saat ini mobil Riga memasuki jalan yang cukup sepi, entah mengapa perasaan Riga tiba-tiba menjadi tidak enak, hatinya gelisah, belum sempat ia mengutarakan kegelisahannya Riga terperangah mendapati beberapa orang dengan motornya memalang jalan, membuat Riga menghentikan mobilnya.

"Apa-apaan ini?" bingung Riga.

"Ga, putar balik aja lah yuk!" ajak Devian yang nampak mulai gemetar.

"Susah Dev jalannya sempit," ucap Riga.

"Apa kita turun aja?" tanya Alden.

"Lo cari mati?" jawab Riga.

"Ya kita hadapin aja kalau perlu," ujar Alden.

"Gak usah sok jagoan lihat noh mereka bawa senjata, kita bawa apa?"ucap Riga.

"Terus?" tanya Devian.

"Terus, terus MENTOK!!" serempak Alden dan Riga.

Sementara segerombolan yang terdiri dari empat orang itu mulai berjalan mendekati mobil Riga dengan memutar mutar gir yang diikatkan dirantai hal itu cukup membuat Riga dkk gentar, bagaimana tidak? Mereka hanya tangan kosong!!!

Dekat...

Dekat...

Dekat...

Tetapi dipertengahan jalan tiba-tiba saja langkah mereka terhenti, karena terdengar sura motor yg cukup bising, dan...

BRUMMMMMZZZZZZ

NGIKKKKSSSSSSXX!!!!

Motor itu melompati mobil Riga, bahkan malangnya saat ini, siempunya motor membuka helmnya terpampanglah wajah cantik dan rambut coklat kepirangan berterbangan ditiup angin.

.

.

Mata Riga terbelalak kaget melihat siapa yang ada di atas motor itu, ternyata adalah LIORA!!!

"Tapi itu beneran Lio? Kok bisa? Gila hebat banget dia ngeloncatin mobil lo, Ga," ucap Devian.

"Hufftt gue gak tau apa yang akan terjadi kalau dia gak ada, Ga," ucap Alden menghela hafas panjang, ucapan Alden barusan menyadarkan bahwa saat ini Liora sudah menyelamatkanku, iya si gadis biang onar itu.

"Kita turun yuk!!" ajak Riga pada Devian dan Riga.

"Haaa?? Lo gila, Ga?? Kita gak bawa apa-apa! Lo cari mati?" tanya Alden padaya.

"Tapi dia perempuan, Al!! Lo tega biarin dia ngelawan orang sebanyak itu? Sementara dia sendiri? Dan dia begitu karena nyelamatin kita!!" ucap Riga dan tanpa berfikir panjang aku keluar dari mobil sendirian.

Flashback on:

Motorku dan motor kedua sahabatku sedang menuju ketempat dimana kita akan tawuran, saat aku memasuki gang itu mataku membulat sempurna kala melihat mobil sport merah dengan plat yg aku kenal, aku menarik nafasku kuat, aku yakin sedang terjadi sesuatu disana.

Rahangku mengeras ketika dari kejauhan aku melihat gir yg diikat rantai naik turun ke udara, oh tuhan jangan biarka mereka kenapa-kenapa, batinku.

"Guys, gue harus nyelamatin seseorang," ucapku terbawa angin.

"Siapa?" tanya Amanda samar-samar aku dengar.

"Noh liat!" aku melepas stang dan menuju objek.

"Haaaaa DEVIAN ALDEN RIGA," teriak Dhita dan Amanda serempak.

Aku sudah tidak peduli lagi apapun resikonya dengan hati yang mantap ku siapkan diri untuk menggas motorku full, dan kugas motorku sampe mentok, aku mengangkat, dan memegang erat stangku sekuat tenaga saat meloncati mobil Riga, berhasil!!! Aku meloncatinya dengan jarak yang cukup sinkron ku rem motorku dengan kuat, sehingga posisi motorku memalang mobil Riga.

BRUMMMMZZZZ

NGIKKKKKHHHHXXXX!!!

kubuka helm ku, dan terkibaslah rambut coklat kepiranganku yang kini nampak terlihat berterbangan ditiup angin.

Flashback off:

Segera aku menstandar motorku, dan turun dari atas sana, tangan ku mengepal, rahangku mengeras, mataku memerah, ternyata dugaanku benar benar yang memainkan gir itu adalah Daniel, musuh terbesarku!.

Prok....prok...prok...

"Hebat, hebat, hebat ternyata di sini ada super hero kesiangan," ucap Daniel, mengejekku lebih tepatnya, ingin rasanya aku menonjok mukanya saat ini tapi aku masih punya hati untuk tidak memulai terlebih dahulu.

"Ini udah sore goblok!!!" ketusku.

"Gk usah banyak omong lo!! Sini maju!!" bentak daniel padaku.

"Kalau gue maju nanti lo mundur lagi," seruku mengejeknya.

"LIORA!!!" teriakan itu membuatku tersentak, apa? Bagaimana bisa dia memilih untuk keluar di saat keadaan lagi genting seperti ini? Ini namanya cari mati!.

"MASUKLAH KE DALAM MOBIL DAN JANGAN KELUAR!!!" teriakku, tapi dia tak mengubrisnya sama sekalu justru ia terus berjalan ke arahku, dasar ganteng-ganteng dongo!!" batinku kesal.

"Lo gak apa-apa?" tanya Riga ketika ia sudah berdiri tepat di hadapanku.

"Gue gk papa kok," ucapku padanya.

"Tapi--" 

"Tapi apa? Gue gak papa lebih baik lo masuk sekarang ke dalam mobil!! Mereka biar gue yang urusin! Gue gak mau lo kenapa-kenapa," ucapku mencoba memberikan pengertian pada Riga.

"Gue gk bisa... Liora awas!" teriaknya membuatku kaget dan langsung menoleh, bersyukur aku dapat dengan sigap menggenggam gir yang hampir saja melukai bahuku.

Gir yang terhubung dengan rantai masih berada digenggaman Daniel, kutarik gir itu sekuat tenaga, sama sepertiku Daniel juga menariknya sekuat tenaga, sehingga kini tanganku mulai mengeluarkan darah segar karena tertusuk duri-duri dari gir itu.

"Masuk! Tolong lo dengerin gue," lirihku padanya dan akhirnya Riga menuruti kata-kata Liora.

Liora mulai melancarkan aksinya, ia memutar rantai itu melilit tangannya, otomatis jarak Daniel dan Liora cukup begitu dekat sehingga ini menjadi keuntungan untuk Liora.

Bukhhsss!!!

Aku menendang masa depannya amat keras, mungkin saat ini ia hanya bisa merasakan nyeri di alat fitalnya, aku sempat tertawa namun sial ketiga anak buahnya menyerangku, beruntung Amanda dan Dhita keburu dateng dan membantuku.

Kami bekerja sama untuk mengatasi semua ini, sehingga akhirnya mereka berempat merasa kewalahan dan angkat tangan dan kabur begitu saja, Daniel nampak lari terpongoh-pongoh saat ini yang ada dibenaknya antara nyeri dan takut.

"Cemen!!! Sama cewe aja kalah," umpat Dhita.

"Liora tangan lo berdarah," ucap Amanda sembari memegangi tanganku yang rata dengan cairan merah.

"Nyantai aja kali nanti di rumah gue obatin," ucapku enteng, luka seperti ini sudah biasa bagi seorang Liora Callistin Navriel!!

"Awas kalau kagak lo obatin gue gibeng lo!" ancam Amanda padaku.

"Iya bawel!!" ejekku

.

.

Kini Liora berjalan mendekati mobil Liora, sesampainya di sana Liora mengetuk kaca mobilnya, lalu dibukalah oleh Riga.

"Lo gaak papa?" tanya Liora.

"Gue gak papa, lo gimana?" tanya Riga pada Liora karena terbesit sedikit rasa peduli pada Liora.

"Gue selalu gak papa kok, oh yah sekarang kalau lo mau pulang boleh gih, tapi gue kawal dari depan, Amanda di tengah dan Dhita di Belakang, bukannya gue nyepelein kalian tapi gue tau betul gimana sifat mereka, jadi mau gak mau lo harus ikutin kata-kata gue!" ucap Liora panjang kali lebar.

"Oke." 

Riga hanya bisa pasrah.

"Iya udah Man, Dhit ambil posisi kita pulang sekarang!" perintah Liora.

"Oke!!" serempak keduanya.

Liora berlalu menaiki motornya, lalu memakai helmnya begitu juga dengan Amanda dan Dhita.

Kini mobil Riga dan motor geng Liora berjalan beriringan.

.

.

.

Gue gak pernah menyangka lo sebaik ini! Gue fikir lo gak lebih dari seorang gadis pembawa onar, dan bad girl's tapi ternyata lo punya jiwa penolong yang tinggi.

"Gue gak tau apa jadinya kalau lo gak datang, gue cuma bisa bilang terimakasih lewat batin gue, makasih karena lo udah jadi sang penyelamat buat gue," ucap batin Riga tak berkedip menatap punggung Lio, yang kini tengah mengawal mobil Riga dari depan.

To Be Continued

   

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status