Freya tersenyum, nampaknya sang putri salah sangka terhadapnya, tentu Freya tahu seluk beluk tentang gadis manis yang dekat dengan putranya. Awal mengetahui kedekatan Mirza dan juga Lily, Freya sempat bingung. Berkat Zayn yang menawarkan bantuan untuk menyelidiki gadis tersebut, Freya lumayan lega. Lily salah satu anak buah Olivia, sedikit dia tahu dunia hitam yang digeluti sang suami maupun Olivia. Zayn meyakinkan jika wanita tersebut adalah hasil didikan Olivia, maka Mirza salah satu lelaki yang akan beruntung, mereka bisa memimpin perusahaan nantinya secara bersamaan.
“Kau khawatir aku akan menolaknya, Sayang?” tanya Freya menatap dalam iris mata Stela.
Stela mengangguk malu, “Ah, mama seperti dukun yang tahu apa saja,” kata Stela.
Freya menghela napas dalam, “Aku hanya butuh melihat wanita yang dekat dengan putraku, apa pun hasilnya nanti, tentu aku, Marvel juga
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar, terima kasih sudah membaca Love Sugar Daddy
Stela masih berkutat dengan kertas, dan juga alat tulis lainnya, dia berada di balkon lantai dua kediaman Zeroun. Setelah siang tadi menghabiskan makan waktu di kediaman Zayn, papanya. Stela menutup mata, menerima angin yang berlalu menerpa wajah. Dia tersenyum, mengingat kembali tentang Lily siang tadi, ah, rasanya melegakan. Kedua orang tua Mirza tidak melarang maupun membatasi keinginan Mirza, hanya Zayn dan yang orang tua lain sepakat agar Mirza menuntaskan kuliahnya. Sekarang tinggal Lily apakah dia mau menunggu Mirza atau tidak. Sebuah sentuhan lembut mendarat di pundak Stela, wanita muda yang mengenakan dress setinggi lutut itu tersenyum. Aroma parfum maskulin khas sang suami menyeruak. Kecupan lembut mendarat di pipi Stela. Axelle berjalan satu langkah ke hadapan Stela lalu duduk bersimpu di lantai, merebahkan kepala di paha mulus sang istri. Stela menaruh pensil di atas meja, lalu beralih mengelus rambut Axelle. &n
“Mas!” pekik Stela ketika Axelle menarik lepas celana dalamnya. “Ah!” dia mulai mengerang ketika bibir Axelle menjelajah di area sensitifnya, membuat milik Stela benar-benar basah. “Kita kembali ….” Suara Stela tertahan ketika benda tumpul milik sang suami menyeruak masuk ke dalam miliknya. “Aku sangat menyukai setiap inci tubuhmu, Sayang,” ujar Axelle mengecup bagian perut lalu ke atas dan berlabuh di bibir Stela, mencubit dengan bibir sensualnya. “Kau ingat Sayang,” ujar Axelle menyentakkan miliknya agar masuk semakin dalam. Stela membuka mulut, tubuhnya tersentak. “Pertama kali kita juga melakukan di tempat ini, bukan,” ujar Axelle mulai menggerakkan tubuhnya, mengukung Stela dalam kenikmatan luar biasa. Stela pasrah saja dengan apa yang dilakukan Axelle, mereka menyatu dengan Stela menungging, sunyi sesaat ketika berganti posisi, kemudian terdengar kembali suara erangan menggema di lantai dua be
Lampu berkelap-kelip, kilauan bianglala memancar di bagian open deck terlihat menyala indah, memancar di antara pekatnya langit malam yang menyelimuti. Bintang berkelip malu di atas sana di mana sang candra menyembul, semburatnya, memancar, menghujani lautan, berkilat-kilat di antara desiran air yang nampak menghitam sebagian. Pesta mewah di sebuah kapal pesiar milik keluarga besar Andreas, tengah diselenggarakan, di mana, terdapat kolam renang, ubin kolam berwarna biru seperti laut, air beriak menyilaukan seperti kristal terpancar sorot lampu hias yang menerangi. Desau angin menyapa, dentuman musik, seirama teriakan Disk jockey yang mengumandangkan, sorak-sorai, berteriak lantang semakin menambah riuh lantai bagian atas kapal pesiar tersebut. Stela dan Axelle berjalan menaiki tangga menuju dek terbuka bagian atas, menghampiri Arsen dan Andreas untuk bertegur sapa. Wanita itu nampak cantik dalam balutan dress sifon warna ungu, setinggi l
“Kalian masih semangat!” teriak sang D.J yang merupakan seorang lelaki gagah dengan gaya casual, kaos oblong, celana jeans yang robek bagian lutut. “Mari bersenang-senang!” teriaknya lagi lantang, tangannya terlihat lincah memutar piringan hitam yang berputar. Dentuman musik masih bertalu-talu semakin semarak. Stela menatap ke arah pinggir kolam renang di mana para tamu undangan asik menari-nari seiring musik mengalun. Tua muda bersorak sorai tanpa mengenal usia, asik dalam menggerakkan badan. Stela tertegun, sempat berpikir apakah Axelle dan juga Zayn sang papa juga bertindak demikian ketika menghadiri sebuah pesta bangsawan. Wanita tersebut kembali menatap teman duduknya, melihat gelas yang mirip corong bening, yang dipegang Joy dengan sedikit menggoyangkan, hingga buah kecil yang berada di dalamnya ikut terguncang-guncang, Stela menatap binar. “Joy, air putih itu buat aku,” ujar Stela.
Axelle dan Andreas berjalan beriringan menuruni tangga menuju tempat pesta berlangsung. Axelle berusaha profesional, Andreas juga telah meminta maaf dengan tulus atas hal tidak menyenangkan yang dia lakukan terhadap Joy. Bintang tamu undangan pada pesta yang diselenggarakan lelaki tua tersebut atas saran Arsen kali ini Joy. Sebagai permintaan maafnya. Axelle terlihat mengedarkan pandang, menatap bar yang berada di antara riuhnya pesta. Stela masih duduk manis terlihat kesal, mungkin Joy atau Arsen menjahilinya, begitu pikir Axelle. Bhum! Duar! Duar! Suara ledakan berbunyi sekali, semua orang menjerit, musik dj berhenti mendadak. Argh! Aaaah! Teriakan mereka bersaut-sautan. “Tenang jangan panik, itu kembang api, pertanda acara inti akan segera dimulai.” Suara DJ menenangkan para tamu undangan, alunan musik berganti instrumen romantis. Para hadirin kompak, mereka melongok, menyaksikan kembang api menyala di atas langit hitam pekat.
Axelle tergesa menarik tangan Stela melewati kerumunan orang-orang. Mereka berjalan memasuki dek bagian kamar penumpang. Brak! Axelle membuka pintu secara kasar lalu gegas menutup dan menguncinya. Stela mengedip-kedipkan mata melihat tingkah sang suami yang membuatnya berdebar. Axelle menatap dengan naps kembang kempis, dia meraup wajah Stela lalu mencium bibir itu kembali sebelum Stela membuka suara untuk bertanya. Yah, bagi Axelle pertanyaan Stela tidak terlalu penting, yang lebih penting saat ini adalah desakan junior yang menuntut. Tidak peduli pesta di luar sana masih berlangsung. Axelle merapatkan tubuh, membuat milikinya di bawah sana yang menonjol terasa ketika bersentuhan dengan paha mulusnya. Ciuman Axelle terkesan lebih menuntut, yah si pencium yang handal, membuat Stela kepayahan mengikuti. Nampaknya Axelle begitu menikmati jika sang istri terlihat tidak berdaya dalam kungkungannya. Bibir Axelle menjauh dari bibir
Zayn menyesap minumannya kemudian menoleh ke arah sang istri yang tengah asik menikmati asinan lelaki itu tersenyum kemudian menarik tubuh sang istri ke dalam pelukan. Freya membalas pelukan sang suami. Keduanya terhanyut dalam kemesraan. Wanita itu mendongak sedikit, mengecup puncak hidung Zayn yang mancung. Zayn mengecup bibir Freya antara rasa asin, manis dan asam melekat di bibir wanitanya. Sesekali Zayn menelusupkan lidah, menelusuri bagian dari bibir dan saling memainkan lidah. Ciuman berakhir dengan beberapa kecupan setelahnya. "Bayi kita benar-benar nakal," keluh Zayn terkekeh. Lelaki itu mengelus perut sang istry yang mulai membuncit. Freya terkekeh, keduanya kemudian menautkan kening, embusan napas terasa hangat menyapa pipi. Aroman mint dari bibir sang suami, bau tubuh itu menguar, mengusik Freya. “Kau sudah menghubungi anak buahmu
Stela menghela napas, dia membaringkan tubuh telanjangnya di ranjang dengan tengkurap. Badanya lengket, berkeringat, tubuhnya kelelahan setelah di gempur habis-habisan oleh sang suami. Axelle beringsut naik ke atas ranjang, lelaki tersebut mengecup pundak sang istri kemudian mengelus rambut panjang Stela. “Kau, baik-baik saja, Sayang?” tanya Axelle. “Tubuh saya rasanya remuk, pinggang saya benar-benar pegal. Mas mempermainkan saya, lalu menggempur dengan kekuatan penuh, bagaimana saya tidak tumbang,” keluh Stela. “Maaf, kau sangat menggoda, Sayang,” bisik Axelle, “bisa kita lakukan lagi?” pinta Axelle. “Saya lelah, Mas, kita tidur,” kata Stela. “Baiklah mari kita tidur.” Axelle mengecup pucuk kepala sang istri. Wanita itu membalikkan badan telentang, tidak sengaja