"Yang keras!" seru Regan.
"Aku ini udah pakek tenaga dalam!" protes Fanya dengan nada kesal. Pasalnya, sejak tadi Regan selalu protes dengan pijatannya yang tidak terasa apa pun.
"Apa kamu tidak makan, tadi? Setidaknya gunakan tenagamu sedikit!"
Kesal sejak tadi diprotes, Fanya menekan punggung Regan dengan sangat keras. Hingga pria yang sejak tadi tengkurap itu membalikkan badan dengan cepat.
"Sengaja, ya kamu!" teriak Regan dengan melototkan matanya.
"Katanya tadi suruh nekan," ujar Fanya dengan menundukkan kepalanya.
"Sekarang kamu harus tanggung jawab."
"Kan udah, tadi."
"Kamu pikir punggungku gak sakit!" teriak Regan. "Sekarang sini, cepat sini!"
Fanya memajukan dirinya. Menatap Regan dengan wajah polosnya.
"Tidur sini," ujar Regan dengan menunjuk tempat tidur tepat di sisinya.
"Tidak apa-apa, aku masih betah tidur sofa, kok."
Melihat tatapan Regan yang semakin tajam, Fanya meringsut dan t
Mereka mengira akan lepas setelah Regan keluar dari rumah mereka. Ternyata tidak, kaisar kembali lagi setelah menutup pintu mobil Regan. Seharusnya mereka tau, pria itulah yang akan memberikan hukuman yang sebenarnya malam ini.Mereka tertunduk tanpa berani melirik Kaisar sama sekali. Jangankan melihat wajahnya. Mereka hanya bisa melihat ujung sepatu Kaisar yang mengkilat."Ambil kartu Nona Muda, dan kembalikan padanya sendiri. Sebelum kamu menggantinya, jangan berharap lepas dari saya. Dan untuk anda yang telah menyuruh Nona Muda bekerja di dapur, mulai saat ini semua pelayan di rumah ini saya liburkan dengan gaji normal atas saya yang akan menjamin mereka. Begitu pun sebaliknya, saya yang akan menentukan, kapan anda bisa mendapat pelayan rumah lagi."Bagi Sarah, ini adalah hukuman paling berat. Bahkan ini mimpi buruk. Ia tidak akan bisa membayangkan bagaimana membereskan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri.Memasak, yang padahal d
'Iya, iya, dia yang membuat kami seperti ini dan itu karena kamu!'"Ah, tidak. Dia tidak melakukan apa pun. Kita ke sini memang untuk minta maaf sama kamu."Tidak mungkin juga Raisa mengatakan semuanya. Bisa-bisa ia akan digantung di alun-alun kota nanti."Anya, maafkan Mama ya? Selama ini Mama sudah berlaku buruk padamu. Kami sungguh minta maaf," ujar Sarah dengan menundukkan kepalanya."Jangan membuatku sungkan dengan menundukkan kepalamu, Ma! Aku tidak apa-apa, sungguh.""Apa kita bisa memulai semuanya dari awal?" tanya Raisa.Cih. Sok baik sekali dia. Padahal Raisa pun tidak ingin meninggalkan dirinya yang sewaktu-waktu membutuhkan uang."Kenapa tidak? Kalian keluargaku. Kita bisa memperbaiki hubungan ini."Mendengar perkataan Fanya, hati Raisa seolah diguyur air dari kutub selatan. "Akirnya bank berjalanku masih aktif!" serunya dalam hati.Tuntas sudah tugas mereka hari ini. Minta ma
Tidak ada yang berbicara apa pun dari mereka. Puncak kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Fanya hanya meringsut di pojokan mobil dan memalingkan pandangannya."Aku tidak ingin pulang.""Baik, Tuan."Fanya sebenarnya ingin protes saat itu juga. Tapi mulutnya tertahan. Ia sudah menjadwalkan demo sampai Regan meminta maaf padanya. Kalu perlu ia akan berdiri mematung di rumah Regan, dan membawa poster bertuliskan, "Ceraikan aku."Mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah luxury hotel. Dan Fanya tetap tidak mau tahu. Sepertinya Fanya sudah memulai aksi protesnya."Turun, atau aku yang menyeretmu!"Pura-pura tidak dengar hanya akan menambah level kemarahan Regan. Mengalahkan pedasnya cabe level 15 belas."Aku bilang turun!" Regan semakin meninggikan intonasi.Jika tidak ada hukum KDRT, mungkin Fanya sudah ditarik-tarik seperti menyeret kambing liar sekarang.Oke. Gadis itu sepertinya benar-
Semua perlakuan Regan solah menjadikan Fanya satu-satunya wanita di dunia. Bukan hanya sekedar mengobati wanita itu, tapi dia juga meminta Kaisar untuk menyiapkan semua baju dan makan malam untuk mereka.Tidak ada penolakan dari gadis itu sekarang. Tapi Fanya juga tidak berbicara apa pun padanya. Sampai Regan menyuapinya pun, Fanya tidak menolak dan juga tidak membuka mulut."Kamu pantas marah padaku. Tapi barikan aku kesempatan untuk memilikimu," ujarnya dengan memeluk tubuh Fanya.Fanya tetap diam. Memiringkan tubuh dengan membelakangi Regan.Regan tidak tahan didiamkan. Ia justru lebih suka Fanya yang marah-marah padanya. Ia lebih suka mendengar Fanya mengomel sendiri.Tidak apa-apa. Mungkin Fanya masih syok dengan perlakuan Regan. Pria itu hanya perlu bersabar sedikit lagi. Mungkin besok Fanya mau membuka mulut.Tidak ada obrolan apa pun hingga suara jarum jam terdengar begitu jelas.Tidak masalah. Tidak per
Kaisar melajukan mobilnya dengan cepat menuju kantor Rendi saat ini. Jika Mira tidak tahu, tidak ada orang lain lagi kecuali pria itu.Melihat kedatangan Kaisar, semua karyawan Rendi menunduk hormat. Wajar saja, Regan adalah pemegang saham tertinggi di sana."Ke mana Rendi?" tanya pada Sekretaris yang berada di depan ruangan CEO."Ada, Pak. Ada di dalam. Mari, silakan," ujar wanita itu mempersilakan dengan tangannya.Melihat kedatangan Rendi pun pria itu langsung berdiri tegak. Mempersiapkan diri, siapa tau ia mendapat pukulan tiba-tiba seperti kemarin."Ada apa anda sampai datang ke mari?""Jangan coba-coba membawa kabur Nona Muda!""Kabur? Jadi Anya kabur?"Rendi dengan cepat meraih ponselnya. Percuma saja, Rendi pun mendapat jawaban yang sama. Jika dilihat dari aplikasi yang bersimbol gagang telepon, ia terakhir mengaktifkan ponsel sejak tengah malam tadi."Apa yang kalian lakukan samp
Fanya resmi dinyatakan menghilang. Dan itu membuat Regan membawa kasus ini sampai ke pihak berwajib. Bahkan dia juga menyewa detektif khusus untuk menyelidiki hilangnya Fanya. Ponsel wanita itu tidak pernah aktif. Mobilnya pun masih tergeletak di depan salon dan Regan baru membawanya pulang malam ini. Seluruh CCTV di hotel sudah diperiksa, namun Fanya hanya terlihat melintas saja. Tidak terdeteksi dia pergi menggunakan apa, dan dengan siapa. Dan itu membuat Regan geram. Sampai tengah malam pun, tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Keluarga Atmaja pun juga tidak menelpon. Seolah Fanya tiba-tiba hilang ditelan bumi. Meskipun Regan tidak pernah mengucap kata rindu, tapi jelas dengan tingkahnya yang mendadak diam, baik Kaisar maupun Akbar tau kalau pria itu sangat kehilangan. Malam ini Kaisar tidak bisa meninggalkan Regan begitu saja. Pria itu terus terjaga dengan meletakkan ponsel dan juga laptop tepat di atas meja. 
Sudah sejak dua minggu setelah kejadian itu, Fanya belum juga ditemukan. Sejak itu juga Regan tidak tidak pernah bisa tidur nyenyak. Sepertinya, kebiasaan memeluk Fanya sudah menjadi candu. Ia hanya kelimpungan hingga sering terbangun tengah malam. Dan itu semua berimbas pada kesehatan Regan. Sarah pun sengaja tinggal di rumah anaknya demi untuk memantau kondisi anaknya. Takut-takut jika pria itu mendadak senewen sampai lupa dirinya sendiri. Apa lagi pihak berwajib sudah menghentikan pencarian dan menutup kasus. Fanya dinyatakan meninggal dan mayatnya tidak bisa ditemukan. "Jangan berhenti mencarinya Kai!" "Tidak akan Tuan. Kita hanya bisa mengandalkan orang-orang kita sekarang. Tapi saya yakin, Nona Muda pasti akan ditemukan." Kaisar merasa gagal dalam tugasnya. Hanya untuk mencari satu wanita, ia harus membuat pengumuman di setiap penerbangan. Nama Fanya sudah seperti teroris berbahaya di m
Erland Enterprises selalu sibuk dengan ribuan orang yang memeras keringat di dalamnya. Ribuan orang, yang akan mempertaruhkan tenaga sekaligus pikiran mereka untuk perusahaan terbaik di negara ini. Ada sedikit yang berbeda di lantai atas. Ketegangan, saat Kaisar berdiri di depan beberapa karyawan yang sudah di buatnya kaku.BUGHPukulan pertama mendarat di salah satu wajah mereka dari tangan Kaisar. Pria itu tersungkur dan langsung berdiri dengan cepat.Jangankan untuk melawan, mengelus lukanya saja ia tidak akan mungkin berani melakukannya. Wajah Kaisar masih memerah menandakan amarahnya belum tersalurkan semua."Apa kamu digaji hanya untuk tidur, hah?!"Menjawab pertanyaan Kaisar sama dengan menyerahkan nyawa. Jangan coba-coba membuka mulut, kalau masih ingin keluar dari Erland Enterprises dalam keadaan baik-baik saja."Saya tidak mau tau, dalam tiga bulan kedepan, White House harus beroprasi."