Share

Gio mabuk?

Apa sih yang dicari ketika berpacaran? Bahagia? Keren? Atau hanya nafsu belaka? 

Rasanya, semua itu bukan jawaban dari arti kata cinta. Tapi, terlalu naif pula jika kita mencintai tanpa nafsu. 

Hei! Semua makhluk di dunia ini punya nafsu, tapi cinta dan nafsu tidak selalu berdampingan. 

Ketika mencintai, sudah pasti ada nafsu. Tapi ketika nafsu, tidak selalu ada perasaan cinta. 

Dunia ini fana, dosa-dosa yang dilakukan juga sangat manis. Tidak peduli nanti bagaimana. Itulah sebabnya penyesalan akan memainkan perannya di akhir cerita.

~~~ 

Gio merangkul Erina yang sedang duduk melamun. Erina mengepalkan jari-jarinya yang mengeluarkan keringat dingin. 

“Kamu kenapa sih Er?” tanya Gio. 

“Tidak apa-apa Gio. Hanya saja, aku sedikit tidak nyaman dental tempat ini.”

“Udahlah .... Sini!” Gio mengajak Erina duduk di sofa yang sedikit agak kotor. 

Rumah yang disebut tempat berkumpulnya Gio Dan teman-temannya itu, sedikit berantakan. Banyak puntung rokok berserakan di mana-mana, juga ada beberapa botol bekas minuman beralkohol. 

“Ini tempat apa sebenarnya Gio?” tanya Erina. 

“Ini tempat aku dan teman-temanku berkumpul. Ya .... Semacam rumah singgah bagi kami, kenapa emang Er?” 

“Ah, enggak apa-apa Gi.”

Gio pergi ke belakang sebentar, sementara hand phone nya tergeletak di atas meja yang penuh dengan abu rokok. 

*Satu pesan masuk*

(Astrid: Hai Gio, besok sore jadi ketemu kan?) 

Terlihat dari atas later hand phone Gio, pesan dari nomor yang bernama Astrid. Tidak sengaja Erina membaca isi pesan teks itu. 

Saat Gio kembali, dia bertanya mengapa wajah Erina mendadak cemberut. Erina kesal, tapi ia mencoba berpikir positif pada kekasih yang baru saja dia anggap pacar itu. 

“Ngomong-ngomong, besok sore apa kita bisa ketemu lagi?” tanya Erina. 

“Ehm-- besok? bisa kok, karena sesibuk apa pun waktu ku, kamu tetap nomor satu dihatiku,” Gio menggombali Erina. 

Gio mengambil hand phone nya di atas meja dan membaca pesan teks dari Astrid. Erina yang duduk di sampingnya itu, sedikit melirik ke arah Gio. 

“Sayang ....,” sahut Gio. 

“Iya, ada apa?” 

“Ehm-- besok memang mau ketemu di mana?”

“Ya .... Mungkin kita pergi nonton bioskop?” Erina tampak kebingungan mencari alasan pada Gio. 

“Gimana, kalau besok kita tunda dulu untuk pergi ke bioskopnya?”

“Loh .... Kenapa?” tanya Erina. 

“Besok ... Aku lupa sayang ada janji main futsal bareng Erik.”

“Oh, bagus dong. Aku sama Dinda kan bisa ikut nemenin kalian bermain.”

“Enggak gitu sayang, maksud aku, besok anak-anak juga enggak ada yang bawa pacar. Nanti aku malah enggak enak sama mereka.”

‘Kenapa Gio sampai berbohong padaku?’ suara hati Erina. 

Suara motor datang

Gio pergi ke luar karena baru saja ada yang datang laki-laki bersama seorang wanita. Erina melihat mereka dari balik jendela. Kemudian masuklah mereka bertiga. 

“Sayang, sini!” teriak Gio pada Erina. 

Erina berjalan menghampiri Gio dan teman-temannya. 

“Kenalin, ini Yoga dan juga pacarnya Mila.”

“Hai .... Aku Erina.”

“Wah, ini pasti cewek baru Lo ya Gi?” Yoga menepuk pundak Gio yang sedang berdiri di sampingnya. 

Erina tersipu malu ketika Yoga berkata seperti itu. Sementara Gio hanya tertawa kecil yang penuh dengan banyak makna di dalamnya.

Mereka duduk berkumpul di sofa. Lalu Yoga mengeluarkan dua buah botol minuman dari tas nya. Yoga membuka satu botol dan menuangkannya ke dalam gelas yang berada di atas meja itu. Dia memberikannya pada Gio dan juga untuk dirinya. 

Gio dan Yoga meminumnya, sementara Erina dan Mila hanya melihat mereka asyik mengobrol dengan memegang segelas bir di tangan mereka. 

Yoga menyodorkan minuman itu pada Mila, namun kekasihnya itu enggan meminumnya. Entah karena tidak suka minum, atau ia malu dengan Erina. 

Erina terkejut saat mengetahui Gio suka minum. Hampir setengah jam mereka mengobrol, Yoga terlihat sudah mulai mabuk. Ia mengajak Mila masuk ke dalam sebuah kamar yang berada di rumah itu.

“Bentar, ya Gi.”

“Oke Bro,” sahut Gio. 

“Mau ke mana mereka?” tanya Erina. 

“Oh, biasalah sayang,” Gio merangkul Erina. 

Gio menyulut rokok lagi, entah itu rokok ke berapa yang dia sulut. Ia menghisapnya dengan tenang. Sementara Erina memakan cemilan dan memainkan sebuah permainan di hand phone nya. 

Lima menit kemudian, terdengar suara desahan lembut dari dalam kamar yang ditempati oleh Yoga dan Mila. Entah mereka sedang berbuat apa. Erina yang tidak tahan dengan suara itu, Ia meminta Gio untuk mengantarnya pulang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status