"Yaa, tapi 'kan, dua minggu lagi Nunna akan segera menikah. Lagian kak Harry tadi sangat tampan. Pasti anak kalian nanti imut sekali seperti diriku," jawab Daniel tanpa dosa.
"Ya Tuhaann ... kenapa aku memiliki adik seperti dia? Sudahlah pergi sana! Jangan membuatku semakin marah Daniell .... Kamu tahu sendiri 'kan, kalau aku lagi marah kayak gimana?" ujar Yura mengancam.
"Emmm, aku tahu. Kalau Nunna lagi marah kayak gimana. Kamu akan teriak-teriak dan menjambak rambutku sampai rontok," jawab Daniel polos.
"Waahh ... kamu semakin pintar juga ternyata adikku sayang. Apa kamu mau merasakannya lagi?" Yura berniat mendekati Daniel. Namun belum sempat Yura melangkahkan kakinya, Daniel sudah lari terbirit-birit keluar dari kamar Yura.
"Wahahaha ... Lihat bagaimana cara dia lari tadi? Sungguh menggemaskan sekali. Rasanya semua penatku terhibur dengan kelakuannya yang konyol." Yura tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya melihat tingkah lucu adiknya barusan. Setelah lelah tertawa, Yura segera berganti pakaian dan menuju tempat tidurnya, karena hari ini begitu melelahkan baginya. Tak menunggu waktu lama, Yura tertidur dengan begitu pulas.
*****
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Di mana semua manusia mengawali pagi hari dengan penuh semangat, karena di waktu pagi hari sangat cocok digambarkan dengan kesejukan, semangat, serta harapan baru bagi semua makhluk di bumi ini. Akan tetapi, semua makna pagi hari menjadi waktu yang sangat dibenci oleh wanita bernama Han Yura. Kenapa tidak? Di pagi hari itulah takdir yang begitu menyebalkan baginya akan dimulai.
"Han Yura, ayo cepatlah turun dan sarapan bersama-sama!" teriak nyonya Han.
"Yaa, Ma," jawab Yura yang sedang menuruni anak tangga. Makanan sudah tertata rapi di meja dan di sana juga sudah ada tuan Han Baek, Daniel, dan nyonya Han Hyemi.
"Tumben sekali semuanya sudah berkumpul dan sudah rapi, apa ada kabar bahagia?" tanya Yura heran.
"Yaa, memang ada kabar bahagia sekali. Kami sedang bahagia, Nak. Apa lagi mulai sekarang, kamu sudah ada yang menjaga di kantor. Dan sebentar lagi kita akan mempunyai cucu yang imut," ujar tuan Han dengan wajah bahagianya yang mampu membuat hati Yura tersayat dan membuatnya semakin tak berdaya untuk menentang perjodohan ini, karena dia tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa.
"Oh iya, kamu harus bersikap manis di depan Harry, agar dia jatuh hati kepadamu Yura. Dengar-dengar Harry Borison itu, tipe pria yang pendiam. Jadi, kamu harus aktif untuk mengajaknya ngobrol santai," lanjut tuan Han.
"Ciihh ... amit-amit aku harus bersikap manis kepadanya yang ada aku ingin menjambak rambutnya sampai botak," batin Yura kesal.
"Kenapa kamu diam aja, Nak?" tanya nyonya Han Hyemi melihat kegelisahan anaknya.
"Ohh, nggak apa-apa kok, Ma. Hanya saja, aku memikirkan gimana aku harus bersikap baik terhadapnya setelah mengetahui tentang perjodohan ini. Apalagi Yura tidak berpengalaman untuk bersikap manis ke pria." Bohong Yura kepada kedua orang tuanya.
"Ya, kamu harus mulai belajar dari sekarang apalagi dia akan segera menjadi suamimu." Nyonya Han Hyemi mencoba menasehati putrinya.
"Ya, Ma. Akan Yura usahakan," jawab Yura dengan malas.
Setelah selesai sarapan, Yura segera berpamitan kepada kedua orang tuanya dan bergegas menuju mobilnya untuk pergi ke kantor.
***
Pagi-pagi kantor sudah sangat bising sekali, karena para karyawan pada bergosip mengenai direktur baru sekaligus satu-satunya pewaris perusahaan ini yang akan datang memimpin perusahaan Rank Group mulai hari ini.
"Aku benar-benar tidak sabar melihat sang direktur muda. Astagaa ... pasti dia tampan," ujar salah satu pegawai.
"Aku juga tidak sabar, nih. Apakah dia memang benar tampan? Kalau memang iya, aku akan berusaha mendekatinya," ujar pegawai lain dengan gaya centilnya yang penuh percaya diri.
Berbagai gosipan para pegawai terdengar oleh telinga Yura yang membuatnya muak. "Benar-benar tidak waras mereka semua." Yura sangat kesal karena kebisingan ini sangat mengganggunya. Tak lama kemudian, suara manager Joo mengisi seluruh ruangan.
"Selamat pagi semua. Kurang lima belas menit lagi direktur muda akan segera tiba. Sebaiknya kita semua turun dan bersiap-siap menyambutnya," ujar Manager Joo.
Semua pegawai sudah ada di lantai satu untuk menyambut sang direktur baru mereka. Banyak di antara mereka yang merapikan kembali penampilannya agar terlihat lebih rapi. Sedangkan Yura, dia hanya terdiam. Tak tahu kenapa tiba-tiba saja dia ikut merasa gugup.
Tak lama kemudian, berbagai deretan mobil berhenti tepat di depan pintu utama. Semua pegawai langsung berbaris dengan rapi. Lalu muncullah rombongan orang memasuki kantor, membuat semua pegawai menunduk hormat. Rombongan tersebut berhenti tepat di depan semua pegawai. Kemudian salah seorang dari rombongan itu maju ke barisan terdepan menghadap ke seluruh pegawai. Dialah sang direktur muda Harry Borison pewaris perusahaan Rank Group perusahaan paling berpengaruh di Asia.
"Halo selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Harry Borison umur 29 tahun. Saya akan memimpin perusahaan ini mulai dari sekarang menggantikan papa saya direktur Park Jerry. Saya harap kalian semua bisa menerima saya dengan baik. Mohon kerja samanya, terima kasih." Sapa Harry kepada seluruh pegawainya dengan senyum tipis terkesan dingin yang begitu memancarkan kewibawaannya.
Semua pegawai wanita terpesona dengan ketampanan yang dimiliki direktur baru mereka tak terkecuali dengan Han Yura. Dia juga terpesona dengan penampilan Harry saat ini. Mata Yura tidak teralihkan dari sosok Harry, entah setan apa yang telah merasukinya kali ini. Sehingga membuat mata mereka berdua (Harry dan Yura) bertemu cukup lama tanpa ada yang mengetahuinya.
Tiba-tiba bisikan Lee Dongsun terdengar di telinga Harry yang membuat semua pikirannya kali ini terbuyarkan. "Sebaiknya kita langsung menuju ke ruangan anda direktur," bisik Dongsun.
"Oh ya baiklah," jawab Harry singkat. kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ruangannya yang diikuti oleh beberapa orang di belakangnya.
"Waaaww, apa benar itu direktur baru kita? Wajahnya benar-benar tampan seperti artis Hollywood. Seharusnya dia jadi artis saja aku yakin banyak yang akan mengidolakannya," ujar Luna kepada rekan-rekannya yang lain.
"Sayang sekali jika dia hanya menjadi artis. Wajahnya sudah sangat cocok sekali untuk menjadi direktur perusahaan berpengaruh di Asia. Dia benar-benar pangeran di dunia nyata," ujar pegawai lainnya.
"Han Yura kau lihat sendiri, kan, tadi? Direktur kita benar-benar tampan sekali," ujar Naemi di samping Yura.
"Ya, dia memang sangat tampan pagi ini," jawab Yura tanpa sadar akan ucapannya sendiri. "What? Apa yang barusan aku katakan? Bisa-bisanya aku mengatakan pria gila itu tampan. Ahh ... aku benar-benar sudah gila," batin Yura merutuki dirinya sendiri.
"Apa jangan-jangan kamu tertarik padanya. iya, kan?" Goda Naemi.
"Itu tak akan pernah terjadi dalam kamus hidupku," jawab Yura begitu yakin.
"Jangan terlalu yakin, nanti kamu terjebak dengan omonganmu sendiri. Tapi, sepertinya aku tertarik padanya. Yuraaa, gimana bisa kita mempunyai direktur tampan seperti dia?" ucap Naemi histeris.
"Haahh?" jawab Yura terkejut sekaligus bingung.
Semua pegawai kembali ke tempatnya masing-masing, begitu juga dengan Yura dan Naemi. Suasana di kantor kembali seperti biasanya. Para pegawai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Sedangkan Harry di ruangannya sedang memeriksa berbagai dokumen yang harus dipelajarinya. Dia dibantu dengan sekretarisnya Lee Dongsun. Namun, Harry yang pikirannya sedang fokus, tiba-tiba terganggu dengan bayangan Yura tadi pagi. "Sebenarnya ada apa dengan diriku? Ini sungguh nggak benar. Kenapa wajah Yura tiba-tiba muncul di pikiranku?" batin Harry gelisah. Dongsun yang melihat kegelisahan pada muka Harry segera menghampirinya. "Apa yang sedang kamu pikirkan Harry? Sepertinya kamu tidak fokus." Pertanyaan Dongsun sebagai sahabat bukan sebagai sekretarisnya. "Entahlah, Dongsun. Sepertinya aku harus pergi ke psikiater. Aku merasa otakku sudah nggak beres," ucap Harry gelisah. Dongsun yang mendengar penuturan Harry merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. "Apa ka
Harry yang sudah berada di ruangannya, segera merebahkan tubuhnya pada sofa yang ada di ruangannya. Entah mengapa dia memegang dadanya yang bergemuruh hebat saat ini belum lagi ditambah dengan kemunculan Dongsun secara tiba-tiba yang semakin membuat Harry terkejut dibuatnya. "Yaaakk. Astagaaa ... kamu nggak bisa mengetuk pintu dulu? Kenapa kamu selalu saja muncul di hadapanku secara tiba-tiba? Dan itu selalu membuatku terkejut. Untung saja aku tidak mempunyai jantung." Bentakan Harry pada Dongsun. "Kenapa IQ-mu sekarang jadi menurun drastis begini? Lagian mana bisa kamu hidup kalau kamu tak punya jantung." Jawaban Dongsun mampu membuat Harry berpikir ulang tentang apa yang diucapkannya barusan. "Kenapa sekarang aku jadi bodoh gini? Semua itu gara-gara wanita jadi-jadian itu. Bisa-bisanya dia sudah meracuni otakku yang berlian ini." Perkataan Harry dalam hatinya. Sedangkan Dongsun menatap Harry dengan mata menyipit seolah-olah dia akan menerkamnya. "Kenapa kamu meliha
Sudah dua jam berlalu, akhirnya meeting kali ini sudah selesai. Direktur beserta sekretarisnya meninggalkan ruangan meeting. Dari semua tim ada yang merasa senang karena rancangannya diterima dan juga ada yang kecewa karena rancangannya ditolak mentah-mentah. Seperti halnya yang terjadi pada tim pemasaran, wajah mereka sangat kusut setelah keluar dari ruang meeting. "Mengapa bisa direktur menolak mentah-mentah rancangan kita tanpa harus mempertimbangkannya lagi?" tanya salah satu rekan Yura. "Entahlah. Sepertinya, direktur kita kali ini sangat tegas dan tidak bisa menerima toleransi," tambah yang lain. Sedangkan Yura hanya diam saja memikirkan bagaimana dia bisa menyelesaikan laporan selama tiga bulan dalam waktu satu hari karena besoknya sudah harus diserahkan kepada direktur. "Dasar pria menyebalkan, gila. Aisshhh (meremas dokumen yang dibawanya)." Yura merasa begitu kesal. Hari sudah sore, waktunya semua pegawai untuk pulang. "Han Yura ayo pulang!"
"Apa kamu sedang bersama seorang pria?" tanya salah satu rekannya yang melihat ada jas di samping kursi Yura. Belum sempat Yura menjawab, tiba-tiba suara Jian (salah satu rekan Yura) mengagetkan semua orang yang ada di sana. "Ohh ... direktur," ucap Jian terkejut melihat Harry yang datang dari arah toilet. Sedangkan Harry sangat terkejut melihat beberapa orang yang tak lain adalah pegawainya sendiri sudah berada di tempat duduknya dengan Yura. Yura yang melihat kemunculan Harry mulai panik. Sedangkan rekan-rekannya berdiri melihat keberadaan direkturnya itu dengan rasa canggung. Harry yang masih berada di tempatnya ragu untuk melangkahkan kakinya. Dia mulai panik alasan apa yang akan ia katakan nanti kepada para pegawainya. "Direktur, silakan bergabung bersama kami (mendekati Harry)." Jian mengajak Harry yang masih terbengong. "Ohh, iya," jawab Harry sedikit panik. "Apa nggak ada kursi lagi?" tanya Naemi sambil mencari kursi. "Itu ada
Yura menoleh ke belakang dan ia terkejut kalau sekarang dirinya sedang diperhatikan oleh rekan-rekannya. "Gawat ..." ucap Yura segera melesat masuk ke dalam mobil Harry. Sedangkan Harry segera menghidupkan mobilnya dan melaju meninggalkan kafe. Untung saja kaca mobilnya gelap sehingga dia tidak harus tertangkap basah sedang bersama Yura. "Huuhh... hampir saja kita ketahuan." Yura merasa lega sambil memegang dadanya yang masih berdetak kencang. Harry yang melihatnya hanya tersenyum dan kembali fokus mengemudi. "Harry ...." panggil Yura pelan dan tidak berani menatap pria di sampingnya. "Heemm," jawab Harry yang masih fokus menyetir. "Terima kasih untuk traktiran makannya tadi," lanjut Yura menundukkan kepalanya karena malu. "Hei, ada apa dengan dirimu? Biasanya kamu selalu memakiku, kenapa kamu sekarang jadi bersemu merah begini?" goda Harry sengaja. "Yaakk, siapa juga yang bersemu merah? Mungkin ini efek dari kegugupanku tadi," bantah Yura kes
Keesokan harinya, Yura yang berada di tempat duduknya di mana tempat ia bekerja hanya tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian semalam. Dia ternyata sudah bangun saat Harry membawanya ke kamar. Tapi, dia enggan untuk membuka matanya. Dia juga mengetahui semua yang Harry lakukan padanya, termasuk ucapan isi hati Harry dan juga ciuman di keningnya. Wajah Yura langsung memanas seketika dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Hingga suara ponsel menyadarkannya. From: Crazy Borison Nanti jam istirahat kutunggu kamu di parkiran, karena kita nanti akan fitting baju pengantin. "Astaga ... laporanku saja belum juga selesai dan sekarang dia malah mengajakku keluar. Apa yang harus aku lakukan?" Yura hanya menatap ponselnya. Belum sempat dia membalas pesan Harry, ponselnya berbunyi lagi. From: Crazy Borison Jangan banyak mikir. "Dasar pria gilaa ... kenapa dia selalu saja memaksaku? Aku tak akan membala
Beberapa menit berlalu, mobil Harry akhirnya sampai di depan sebuah butik terkenal di Korea Selatan. Harry dan Yura segera memasuki butik tersebut. Ketika Harry baru membuka pintunya, dia langsung disambut oleh semua pelayan yang membungkuk hormat ke arahnya. Harry yang melihatnya tidak begitu terkejut karena butik ini adalah salah satu aset milik keluarganya. "Sebegitu terkenalkah seorang Harry Borison sehingga mampu membuat semua orang tunduk padanya?" batin Yura tidak melepaskan seinci pun pandangannya dari sosok Harry. "Jangan terlalu lama memandangiku! Nanti kamu akan terjerat oleh pesonaku," bisik Harry pada Yura. "Ciihh, amit-amit. Aku nggak segampang itu untuk bisa menyukai pria," ketus Yura. "Jadi, kamu selama ini menyukai sesama wanita gitu maksudnya." Harry langsung mendapatkan pukulan dari Yura. "Dasar menyebalkan ..." Yura langsung meninggalkan Harry "Kamu begitu keras kepala Yura. Tapi, itu yang membuatmu semakin menarik," batin
Yura yang merasa diperhatikan menolehkan wajahnya. "Apa kamu lihat-lihat?" tanya Yura sinis kepada pegawai wanita itu. "Dasar nggak sopan." Pegawai wanita itu mengomentari Yura. Belum sempat Yura membalas perkataan pegawai itu, Harry sudah menyela. "Sudah cukup, sekarang kamu boleh keluar dari ruanganku." Tegas Harry kepada pegawai wanita itu sebelum terjadi pertengkaran di antara keduanya. Pegawai wanita itu langsung pergi dengan penuh kekesalan. Harry segera menutup pintu ruangannya dan duduk di hadapan Yura sambil bersedekap tangan. "Jangan bertanya apa-apa kepadaku, karena aku lagi malas bicara. Aku hanya ingin mencari tempat yang tenang tanpa ada gangguan dari rekan-rekanku yang terus bergosip tentang hubunganku denganmu. Dan aku rasa tempat ini paling cocok untuk menyelesaikan dokumen-dokumen ini." Yura langsung membuka dokumen-dokumennya di depan Harry. "Baiklah, tapi ini nggak gratis," jawab Harry menatap Yura. "Oke, nggak masalah," uc