Share

Love by Accident (Indonesia)
Love by Accident (Indonesia)
Author: Chrysalis

Lelaki Brengsek di Kafe

Setelah pulang sekolah, Lara dan kedua teman baiknya Chika dan Tara, tampak berjalan menuju ke sebuah kafe yang letaknya tidak jauh dari sekolah mereka. Ketiga sahabat itu memang sudah sejak minggu lalu merencanakan ingin pergi ke kafe yang baru buka beberapa bulan lalu itu. Dengan masih mengenakan seragam dibalut cardigan mereka bertiga langsung memasuki kafe tersebut.

Di depan pintu masuk mereka langsung disambut oleh pelayan kafe."Selamat datang di Ocean Cafe, untuk berapa orang?" Tanya si pelayan.

"Buat tiga orang mbak," jawab Lara dengan lugas.

"Oke"

"Eh iya mbak, tumben banget pake ditanya kayak begini biasanya juga enggak?" Ungkap Lara penasaran.

"Iya soalnya kafe kita hari ini sedang kasih banyak promo makanya pelanggannya tiba-tiba membludak."

"Oh... gitu."

"Yaudah Ra, kita cepetan cari duduk, capek nih dari tadi jalan. Mbak tunjukin mejanya dong," Chika dari raut wajahnya memang sudah menunjukan rasa lelah.

Lara dan kedua temannya itu pun duduk disalah satu meja yang masih kosong.

"Harap ditunggu sebentar pesanannya ya," ujar si pelayan yang baru saja selesai mencatat pesanan Lara dan teman-temannya.

"Iya Mbak," angguk Lara dengan ramah.

Sambil menunggu pesanan, Chika pun mengeluarkan ponselnya, karena seperti biasa dia pasti akan update di media sosial tentang kegiatannya saat ini. Sementara itu, Tara yang ternyata kebelet pipis sejak tadi minta izin ke kamar mandi. "Eh guys, gue ke toilet dulu ya...!"

"Oke," balas Lara. "Betewe Chik, lo lagi mau update status di instastory ya?"

"Enggak tuh, gue cuma lagi kepo aja sama unggahan storynya Cindy sama gengnya yang sok iyeh itu!"

Lara langsung memasang wajah masam mendengar nama itu. "Lo kenapa sih Chik, katanya sebel sama Cindy tapi kepo terus sama dia, aneh!"

"Yakan gue kepoin dia sengaja nyari celah biar bisa gibahin dia," ujar Chika tergelak.

"Pentingnya apa coba gibahin Cindy, terlalu banyak yang nggak gue suka dari dia," tutur Lara yang pada akhirnya ikut mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Lara terlihat mengecek pesan ponselnya.

"Cie... lagi ngecek chat dari Aa Gilang, nunggu di telepon ya?" Chika meledek Lara yang terlihat mulai galau karena sang pacar Gilang belum juga mengabarinya.

"Sok tau deh lo Chik!"

"Alah ngaku aja kali Ra, kelihatan banget lagian muka galau lo itu pasti karena lagi nunggu Gilang telepon iya kan?" Chika terus saja menggoda Lara.

"Terserah Chika Lestari deh!"

"Jiah... pacarnya Gilang ngambek nih ye," goda Chika lagi.

"Aku kembali! Eh belum dateng ya pesenan kita?" Ujar Tara yang baru saja kembali dari toilet.

"Belom, sabarlah duduk aja dulu," ungkap Lara menyuruh Tara agar sabar menunggu.

Tara pun duduk dan langsung mengeluarkan novel dari dalam tasnya. Berbanding terbalik dengan Chika yang anak medsos banget. Teman Lara yang satu itu memang lebih suka membunuh waktunya dengan membaca novel dibanding main medsos berjam-jam, maklum saja Tara kan memang kutu buku. Saat sedang menunggu pesanan, tiba-tiba datang segerombol laki-laki yang cukup dewasa berjumlah empat orang, penampilan mereka kasual namun tampak keren. Mereka berempat duduk di sebelah meja dimana Lara dan kedua temannya duduk. Chika yang dasarnya kepo pun langsung memperhatikan sekelompok laki-laki tersebut. "Gila! Ganteng-ganteng banget," gumam Chika. Lara yang disebelahnya pun dengar dan langsung bertanya. "Siapa ganteng banget?"

"Itu cowok-cowok yang baru duduk di sebelah meja kita," bisik Chika lalu menyuruh Lara menoleh kesebelahnya. Lara pun segera menoleh dan memperhatikan para pemuda yang dibilang tampan oleh Chika. "Ah gitu doang, gantengan juga Gilang, " ucap Lara yang kemudian kembali fokus menatap layar ponselnya.

"Gilang emang ganteng, tapi kalo dibanding yang ini, jelas gantengan yang inilah... apalagi yang pake jaket motif army itu, sumpah ganteng banget!"

"Eh guys, ganteng bet ya yang pake jaket motif army?" tutur Tara yang tak disangka juga ikut terpana.

"Tuhkan bener Ra, Tara aja bilang dia ganteng. Gantengan yang ini dibanding Gilang iyakan Tar?"

Tara mengangguk "Tapi mereka kayaknya anak kuliahan nggak sih?"

"Auk deh," balas Lara cuek menanggapi ucapan Tara.

"Yaelah Ra, gausah sewot gitu kali jawabnya cuma gara-gara kita bilang gantengan mas-mas itu dibanding Gilang," sahut Chika bisik-bisik takut kedengaran oleh laki-laki disebelah meja mereka.

"Siapa yang marah?"

"Permisi ini pesanannya." Akhirnya pesanan ketiga siswi SMA Pramudya itu datang. Namun, saat menerima pesanan, ternyata menu untuk Lara tidak sesuai dengan yang ia pesan. "Yah mbak terus gimana dong ini?"

"Yaudah kalau gitu saya ganti aja ya kak," ucap si pelayan yang kemudian mengambil kembali menu tersebut untuk ditukar dengan yang sesuai pesanan Lara.

"Makasih mbak."

"Gue minum dan makan duluan ya Ra," ujar Chika yang sudah lapar.

Lara mengangguk dan menyuruh kedua temannya itu makan duluan saja.

"Eh guys sini deh," Tara tiba-tiba berbisik meminta Lara dan Chika merapat.

"Kenapa sih Tar?" kata Lara kepo.

"Eh gue perhatiin, dari tadi cowok jaket army itu kok ngelihatin lo mulu ya Ra?".

"Ah ngarang aja lo!"

"Ih beneran Lara, dia dari tadi ngelirik ke arah lo mulu."

Penasaran, Chika pun langsung melirik kesebelah. "Eh bener tau Ra, tuh cowok senyum-senyum cool gitu ngelirik elo. Jangan-jangan dia suka sama lo lagi."

"Hih kalian tuh sotoy banget deh! Udah ah, nanti malah tuh cowok beneran merhatiin kita yang dari tadi bisik-bisik gaje, mau lo pada?" Ungkap Lara, "Udah jangan ngomongin orang yang nggak dikenal."

Meski melarang kedua temannya, ternyata Lara juga ada sedikit penasaran dengan perkataan kedua temannya itu. Akhirnya ia pun melirik dengan ekor matanya, dan dirinya pun langsung dibuat kaget karena ia melihat lewat ekor matanya jika, sorot mata laki-laki itu mengarah padanya, alhasil Lara pun langsung menghindarinya. Ih apaan sih? Kok dia ngelihatin gue gitu banget? Ucap batin Lara karena shock.

"Woy! Ndra, ngapain lo ngelirik kesebelah mulu!" Ujar salah seorang teman dari laki-laki berjaket army. Lelaki berjaket army itu bernama Andra.

"Nggak apa-apa cuma teratarik aja," ujar lelaki berjaket army diikuti seringai di bibirnya.

"Alah bilang aja lu suka sama tuh cewek iya kan Ndra!"

Andra hanya tersenyum simpul.

"Tuh cewek cakep tapi kayaknya agak jutek ya?" celetuk salah seorang teman Andra.

"Jutek? Cewek mana berani jutekin gua?" Seloroh Andra dengan tampangnya yang super santai.

"Anjir... emang dah Andra don juan kita nggak ada matinya broh...," pungkas sahabat Andra yang lain.

"Lo pada mau taruhan?" Andra menantang teman-temannya bertaruh. Andra bertaruh jika dirinya mampu mengajak gadis itu jalan bersama hari ini juga, teman-teman Andra harus memberikan dua puluh juta untuk Andra. Tapi sebaliknya, jika Andra gagal maka dia yang harus membayar mereka.

"Oke deal!" Akhirnya teman-teman Andra sepakat bertaruh.

Andra yang suka tantangan pun langsung beraksi, dan kebetulan Lara saat itu tengah bangkit untuk memcuci tangan. Andra yang sudah siap dengan amunisinya, tiba-tiba bangkit dari duduknya sambil membawa segelas kopi. Dia dengan sengaja menabrakan diri pada Lara hingga kopinya tumpah dibaju Andra yang harganya mahal. Lara yang dibuat seolah salah pun jadi merasa tidak enak, ia pun langsung minta maaf. "Ya ampun, maaf ya mas maaf..."

Andra tersenyum miring. Andra  tiba-tiba langsung merangkul pinggang Lara dan berbisik. "Temenin aku jalan hari ini, maka aku anggap kesalahan kamu lunas." Mendengar hal itu Lara langsung tersinggung dan naik pitam, ia merasa dirinya telah dihina. Dirinya yang kesal pun langsung menyambar kopi di tangan Andra, dan menyiramkan semua isi cangkir kopi itu kebaju Andra. "Eh Mas! Denger ya, nggak semua perempuan itu kayak diotak situ! Masnya pikir saya perempuan apaan!" Semua pengujung pun dibuat kaget dan menyaksikan Lara yang tengah memaki Andra.

Hampir semua pengunjung yang lihat tentu saja membela Lara dan menyalahkan serta memaki Andra.

Dasar cowok otak mesum.

Gila ya tuh cowok!

Semua pengunjung yang ada di kafe terlihat saling berbisik menghina perangai Andra saat itu juga.

Sementara Lara yang sudah terlanjur marah pun langsung mengajak teman-temannya pergi dari kafe. "Chika, Tara yuk, kita bayar terus pulang! Males gue lihat cowok sok ganteng yang otaknya kayak comberan!" ujar Lara sambil menatap jijik pada Andra yang kini terdiam tanpa ekspresi. Setelah mengambil tasnya Lara dan teman-temannya pun pergi meninggalkan kafe.

Andra mengepalkan tangannya kuat-kuat, wajahnya datar, namun sorot matanya memperlihatakan kemarahan. Andra merasa harga dirinya telah diinjak-injak dan dipermalukan di depan umum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status