Share

Bab 2. Perjanjian Kontrak Nikah

Bara mengecup kening Laura, sentak saja Laura kaget.Tubuhnya menegak kaku merasakan sensasi seperti tersengat listrik. Bara mengucapkan doa di ubun- ubun Laura.

Pernikahan mereka berjalan dengan lancar. DI depan panggung resepsi keduanya memasang senyum bahagia. Agar tamu undangan tidak curiga.

"Ternyata jadi pengantin capek juga cuy, berdiri seharian,'' keluh Laura duduk di kursi pelaminan sebentar dan memijat kakinya yang pegal.

''Perlukah saya antar kamu ke kamar,'' tawar bara melihat istrinya tampak kelelahan.

''Apa -apaan coba maksud dia, atau jangan -jangan dia mau ---- wah kudu di jelaskan nih sama orang,'' batin Laura mendongkrak ke atas.

''Gak. Gk perlu masih banyak lagi tamu undangannya," ujar Laura.

"Tapi ----"

"Ada apa nih?" tanya Mama Laura datang naik ke atas pelaminan.

"Ini ma Laura capek deh ma, namun saat Bara tawarkan ke kamar eh katanya masih banyak tamu undangan," Jawab Bara langsung Laura mendelik.

"Oh ya udah gih sana ke kamar, Laura tujukan kamar kamu. Urusan tamu undangan jadi urusan mama dan papa," kata mama Laura.

"pasti kalian udah capek seharian berdiri bersalaman tamu undangan." Laura jadi tidak protes dibuat mamanya.

"Ya ma," ucap Laura.

"Mama ke bawah dulu mau ngurus tamu undangan kalian cepatlah ke kamar biar buatkan cucu mama secepatnya hihihi." mama Laura turun dari pelaminan sambil cekikikan.

"KHem tuk kita ke kamar." bara berdehem sebab candaan dari Mama Laura membuat kedua tercegah tadi.

Tanpa banyak bicara Laura bangkit dan berdiri dia juga melepaskan sepatu miliknya. Mengangkat gaun pengantin dengan susah payah.

Bara membantu Laura mengangkat gaun Laura agar mempermudah jalan Laura.

"Silakan masuk," ucap Laura mempersilahkan bara masuk.

Bara masuk dan melihat sekeliling kabar milik Laura. Dia duduk di pinggir tempat tidur. Sedangkan Laura dia sibuk di meja rias entah menuliskan apa di kertas.

"Nih baca." Laura datang - datang menghampiri bara memberikan kertas yang tadi dia tulis di meja rias.

"Apa nih?" tanya bara mengkerut kan kening.

"Surat perjanjian Kontrak nikah, tinggal Lo tanda tangan aja," Jawab Laura melipat kedua tangannya di dada.

"Perlu kah," ucap Bara memastikan kembali.

"Sangat perlu sebab kita nikah bukan dasar cinta gue gak mau rugi dong. Di situ sudah ada poin satu sampai sepuluh kalau Lo langgar sudah ada sangsinya yaitu seluruh aset kejayaan Lo buat gue," ucap Laura.

Bara membaca seluruh poin tersebut. Bara tampak terseyum kecil."Baik lah dimana aku harus tanda tangan surat ini?"

"Sudah ada nama masing-masing ku buat tinggal di tanda tangani aja di nama tersebut," Jawab Laura.

Bara mencari pulpen." Ini pulpen nya." Laura memberikan pulpen ke bara.

"Nah sudah." bara memberikan kembali kertas surat perjanjian Kontrak nikah yang sudah ditanda tangani olehnya.

Laura mengambil surat tersebut dan melihat suratnya. Laura terseyum mekar. "Bagus tinggal gue tanda tangan juga." Laura merebut pulpen dari bara dan mendatangi suratnya.

"Nah gini kan gue gak khawatir lagi, gue mau ke kamar mandi dulu udah gerah banget nih. Setelah itu baru Lo yang bakal mandi." Bara mengaguk paham.

Laura mengambil baju piyama dan handuk setelah itu berjalan ke kamar mandi.

"Ya sekarang gue jalanin aja dulu deh sama tuh bocah." Bara memainkan hp miliknya sambil menunggu gantian dirinya mandi.

Di kamar mandi Laura kesusahan membuka gaun pengantin. Di mana ada lesiting baju di belakang sulit di gapai oleh Laura.

"Aduh... gimana sih nih bajunya kok susah amat di buka," gerutu Laura.

"Ah hufff nyerah aku," ucap Laura sudah kesal sedari tadi tidak bisa membuka resleting belakang gaun.

"Masa iya aku harus meminta tolong dia? Aaarhh jangan sampai." mengeleng cepat kepala, menepuk kedua pipinya.

"Tapi dipikir- pikir mau sampai kapan aku berada di kamar mandi. Terpaksa deh minta bantuan dia." Di bukanya pintu kamar mandi, tapi tidak semua.

Hanya kepada saja Laura keluarkan."Syuuut ....Syuuut... syuuuut."

Bara mendengar ada suara mencari sekeliling. Di lihatnya kepala Laura sambil tangannya mengkode agar dirinya menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Laura.

Laura membelakangi Bara."Bantu gue bukain ini gaun susah karena resletingnya ada di belakang."

Bara membukanya dengan satu tarikan. Namun setelah terbuka justru Bara terpaku sesaat menikmati pemandangan yang luar biasa hanya dirinya yang boleh lihat.

"Mulus amat di punggung, putih dan tak ada cacat sama sekali," batin Bara menenguk sakivanya.

Entah keberanian dari mana Bara justru mengecup punggung Laura. Sang empu melotot dan merinding merasa sensasi yang belum dia rasakan.

"Dasar gila! gue nyuruh Lo untuk buka bukan mengecup," maki Laura menutup pintu sangat kasar.

BRAK

Bara terkejut bunyi pintu tertutup sangat kuat sampai dia kaget. "Aisss apa yang ku lakukan? ini mulut main nyosor saja." menabok mulut lalu kembali ke tempat tidur memainkan hp.

20 menit kemudian Laura selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi tanpa melihat Bara. "Pergilah mandi aku sudah selesai," kentus Laura memasang wajah jutek.

Bara hendak mau menjelaskan sudah terlebih dahulu Laura berbaring tempat tidur. "Sebaiknya aku mandi saja." Bara pun mengambil baju piyama dan handuk. Setelah itu berjalan ke kamar mandi.

Tak lama kemudian Bara keluar dari kamar mandi. Rambutnya yang basah membuat makin hot saja penampilan Bara. Bara menggosok- gosok rambut sampai tak ada air yang menetes dari rambutnya.

Bara mutuskan menyusul Laura tidur di samping Laura. Mereka tidur saling membelakangi.

Pagi pun tiba, cahaya matahari masuk dari cela jendela. Membuat tidur Laura terganggu." Apa ini keras," batin Laura masih mata terpejam.

Namun tangan menyentuh sesuatu.Di buka matanya betapa terkejut nya dia, posisi mereka kini saling tidur berpelukan. Entah tadi malam siapa yang mulai sampai mereka tak menyadari tidur saling berpelukan.

"AAAARRRRggg!" teriak Laura.

BUG

Satu tendangan langsung membuat Bara tersungkur ke belakang. "Aaakgg sakit banget pinggang ku!" pekik kesakitan Bara memegang pinggangnya yang sakit akibat tendangan Laura.

"APA - APAAN KAU HAH! SEENAKNYA JIDAT MU MENENDANG ORANG LALU BERTERIAK!" bentak Bara sudah sangat kesal dengan ulah Laura.

Dia duduk di pinggir tempat tidur. Laura terdiam dia tersentak kaget, matanya berkaca-kaca sebab bentakan Bara. Laura tertunduk terisak - isak.

Bara menghela nafas panjang."Maaf aku membentak mu, habis kamu keterlaluan tahu pagi- pagi udah berteriak nyaring sampai bikin kaget orang tidur. Di tambah lagi aku di tendang. Sudahlah jangan menangis lagi." Bara menghapus air mata Laura.

Walau pun menahan rasa sakit di pinggang nya setia dirinya bergerak. Laura mendohrak ke depan." Apakah pinggang Lo sakit?" tanya Laura.

"Hah?"

HAPPY READING 📖📖🤓📖🤓📖🤓

Jangan lupa kawan like, komen dan vote oke 😉

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status