Share

6.Kado-Kado Misterius

Pagi ini cuaca mendung dan Cinta terpaksa menaiki Bus untuk bekerja. Sudah seminggu semenjak Bos nya itu mengatakan akan keluar Negri, dan sejak itu juga Cinta merasa ada yang aneh dengannya. Dia merasa tidak ada semangat untuk bekerja.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam untuk sampai ketempat kerjanya akhirnya Cinta bisa duduk didalam kubikelnya.

Matanya tertuju pada sebuah kotak dan setangkai bunga. Cinta meraih bunga dan itu dan membaca gift card pada bunga itu.

" for you love." gumam Cinta pada dirinya sendiri. Dilihatnya setangkai bunga mawar merah itu dan melanjutkan mengambil kotak berwarna emas yang berada diatas keyboard komputernya.

Saat dibuka ternyata sebuah jam tangan indah ada disana. Ada sebuah kartu ucapan juga dan Cinta mengambilnya. Meletakkan bunga dan kotak jam itu.

" aku akan senang jika kau memakainya. Setidaknya hargai pemberianku."

Cinta mengkerutkan keningnya. Sepertinya tidak mungkin jika Bian yang melakukannya. Kalau Bian, pria itu bisa saja melakukannya hari pertama saat pria itu tak masuk ke kantor ini. Tapi ini sudah seminggu.

Cinta mengalihkan matanya lagi melihat kedua kartu ucapan itu dan memang tidak ada nama si pengirim. Tak ingin ambil pusing langsung saja Cinta meletakan bunga dan jam itu dilaci kerjanya.

***

Setelah berkutat dengan pekerjaannya, akhirnya jam istirahatpun tiba. Cinta berjalan kearah pantry membawa kotak bekalnya. Saat akan ke pantry seorang pria yang dia kenal menyapanya.

" hai Cinta, kamu mau makan?"

Cinta tersenyum dan mengangguk.

" iya pak, saya mau makan. Ini mau ke pantry."

Pria itu melihat kotak bekal yang dipegang Cinta.

" mau temani saya makan?"

Tanya pria itu membuat Cinta kaget bukan main.

" ehm... Pak Kevin, tapi saya bawa bekal pak." kata Cinta sedikit tak enak.

" baiklah, kalau begitu besok saja bagaimana?"

Tanya Kevin penuh harap. Kevin menyukai Cinta saat dia melihat Cinta pertama kali bekerja diperusahaan ini. Senyum Cinta yang manis dan juga kepintarannya membuat Kevin semakin jatuh hati. Dan inilah pertama kali dia berani menyapa Cinta.

" bagaimana Cinta? Kamu tidak ada janji makan siang dengan yang lainnya kan besok?"

Cinta menggeleng dan masih mempertahankan senyumannya.

" tidak pak. Saya tidak ada janji."

" bagus. Kalau begitu besok mau ya?"

" ehm.. Baiklah pak."

" terimakasih Cinta. Sampai bertemu nanti."

Cinta melihat sosok Kevin yang pergi dan pikirannya mulai teringat akan bunga dan jam tadi pagi.

" apa pak Kevin yang memberikannya?"

Pikir Cinta penasaran.

******

Bian berdiam diri disudut kamar hotelnya. Dia menatap satu foto diponselnya, ' Cinta'.

Hatinya sepertinya sudah jatuh kepada wanita cantik ini. Tapi bagaimana bisa dia memiliki Cinta dengan kekurangannya. Sebenarnya Bian sudah kembali dari Jepang, tapi dia belum bisa masuk ke kantor karena menjalani therapy untuk kakinya di Singapura.

Bian bukan hanya berdiam diri untuk menerima takdir dan keajaiban. Tapi dia berusaha semampunya untuk terus berobat dan menjalani therapy yang rutin setiap satu bulan sekali dia lakukan di Singapura. Sedangkan di Indonesia Bian terus melatih kakinya setiap jum'at sore dan minggu dengan instruktur yang dipilih omanya.

Tapi selama lima tahun semua itu tidak ada kemajuan. Bian seolah lelah berusaha, dan dia hampir putus asa.

Mama dan Oma nya tidak pernah absen menemaninya menjalani semua therapy yang harus dia lakukan, seperti saat ini.

" Bian?" panggilan Oma nya membuyarkan lamunanya. Bian tersenyum melihat Oma nya.

" Oma tadi bertemu dengan Stevani. Tidak sengaja saat Oma di Lobby hotel."

Bian mengangguk, sedih jika mengingat Stevani meninggalkannya. Tapi apa mau dikata, Stevani terlalu sempurna untuk menerima keadaannya.

" dia titip salam sama kamu. Dia juga terus meminta maaf sama Oma dan Mama kamu."

" lalu?" tanya Bian kepada Oma nya. Oma nya lalu duduk di tepi tempat tidur dan mengusap telapak tangan Bian dengan lembut.

" lalu apalagi, Oma bilang sama dia kalau semua sudah lewat. Dan kami memaafkannya. Ada satu lagi yang ingin Oma beritahu kepada kamu."

" apa?"

" Stevani bilang dia terpaksa meninggalkan kamu."

Bian hanya mengangguk, dia tahu apa maksus Stevani. Wanita itu pasti dipaksa ayahnya untuk meninggalkannya.

" apa kamu masih mencintainya?"

Pertanyaan Oma itu membuat Bian tersenyum miris.

" meskipun dihati Bian masih mencintainya, semua itu tidak ada artinya lagi Oma. Bian sudah mencoba menghapus semua perasaan Bian, dan semua itu berjalan baik. Hanya tersisa kenangan-kenangan yang belum bisa Bian lupakan."

Oma nya mengangguk mengerti.

" menghapus kenangan tidak mudah Bian. Itu jauh lebih sulit daripada menghapus nama seseorang dihatimu."

Bian tersenyum, Oma nya selalu bisa bijaksana menghadapi apapun. Dan yang pasti, Oma nya selalu memiliki solusi untuk semua keraguan dihatinya.

Seperti saat pertama dia mengetahui Stevani membatalkan pertunangan mereka. Bian hampir gila saat itu. Dia depresi dengan semua yang menimpanya. Tapi perkataan Omanya mampu membuatnya mengerti dan menerima semua kepahitan itu.

" dia yang sanggup bertahan dan menerimamu apa adanya akan selalu ada disisimu, dan wanita seperti itulah yang harus kamu cari dan pertahankan."

*******

Cinta berlari kearah halte, dia telat bangun pagi ini. Jika harus naik sepeda bisa-bisa dia telat. Sudah menunggu sepuluh menit tapi tidak ada Bus yang lewat ataupun angkot, Cinta memicit keningnya karena pusing. Sebenarnya dia tidak enak badan dari sehabis pulang kerja semalam.

Karena putus asa tidak ada bus ataupun angkot, terpaksa Cinta menyetop taksi.

Selama dijalan dia berdanda dengan cepat. Perutnya terasa lapar tapi Cinta mengabaikannya.

Sampai didepan kantor Cinta pun berlari keruangannya. Semua temannya heran melihat Cinta yang telat, diatas kubikelnya sudah setangkai mawar dan sebatang coklat. Cinta tak menghiraukan kedua benda yang sudah hampir dua minggu dia dapatkan. Tepukan dibahunya membuat Cinta menoleh.

" Cin.. Ayo. Rapat bulanan sudah akan dimulai." Tika teman satu devisi nya mengajak Cinta bergegas.

Saat memasuki Aula rapat yang selalu menjadi tempat rapat bulanan, Cinta sempat melihat kearah Bian yang juga melihatnya dengan tatapan datar. Tapi dihati Bian dia melihat wajah pucat Cinta.

Rapat dimulai, dan selama lima belas menit berjalannya rapat, tidak ada satupun yang bisa dicerna Cinta. Kepalanya terasa sangat pusing dan tubuhnya terasa sakit semua.

Dia permisi ingin ke toilet kepada Tika yang duduk disebelahnya dan Tika mengangguk. Dengan pelan Cinta berjalan ke pintu belakang aula agar tak mengganggu karyawan lainnya.

Tapi Bian melihatnya, dan saat itu juga Bian langsung berteriak.

"Cinta...."

Cinta jatuh tak sadarkan diri, dan semua orang menoleh kebelakang. Beberapa pria membantu membawa tubuh Cinta.

Bian panik begitu juga Kevin yang belakangan ini mendekati Cinta. Kevin langsung mengambil tubuh Cinta untuk dibawa ke rumah sakit. Hidung Cinta mengeluarkan darah, sehingga tujuan Kevin adalah Rumah sakit.

Bersambung....

Koment please... πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™πŸ™ mau double up gak ??


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status