Pagi ini cuaca mendung dan Cinta terpaksa menaiki Bus untuk bekerja. Sudah seminggu semenjak Bos nya itu mengatakan akan keluar Negri, dan sejak itu juga Cinta merasa ada yang aneh dengannya. Dia merasa tidak ada semangat untuk bekerja.
Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam untuk sampai ketempat kerjanya akhirnya Cinta bisa duduk didalam kubikelnya.Matanya tertuju pada sebuah kotak dan setangkai bunga. Cinta meraih bunga dan itu dan membaca gift card pada bunga itu." for you love." gumam Cinta pada dirinya sendiri. Dilihatnya setangkai bunga mawar merah itu dan melanjutkan mengambil kotak berwarna emas yang berada diatas keyboard komputernya.Saat dibuka ternyata sebuah jam tangan indah ada disana. Ada sebuah kartu ucapan juga dan Cinta mengambilnya. Meletakkan bunga dan kotak jam itu." aku akan senang jika kau memakainya. Setidaknya hargai pemberianku."
Cinta mengkerutkan keningnya. Sepertinya tidak mungkin jika Bian yang melakukannya. Kalau Bian, pria itu bisa saja melakukannya hari pertama saat pria itu tak masuk ke kantor ini. Tapi ini sudah seminggu.Cinta mengalihkan matanya lagi melihat kedua kartu ucapan itu dan memang tidak ada nama si pengirim. Tak ingin ambil pusing langsung saja Cinta meletakan bunga dan jam itu dilaci kerjanya.***
Setelah berkutat dengan pekerjaannya, akhirnya jam istirahatpun tiba. Cinta berjalan kearah pantry membawa kotak bekalnya. Saat akan ke pantry seorang pria yang dia kenal menyapanya.
" hai Cinta, kamu mau makan?"Cinta tersenyum dan mengangguk." iya pak, saya mau makan. Ini mau ke pantry."Pria itu melihat kotak bekal yang dipegang Cinta." mau temani saya makan?"
Tanya pria itu membuat Cinta kaget bukan main." ehm... Pak Kevin, tapi saya bawa bekal pak." kata Cinta sedikit tak enak.
" baiklah, kalau begitu besok saja bagaimana?"
Tanya Kevin penuh harap. Kevin menyukai Cinta saat dia melihat Cinta pertama kali bekerja diperusahaan ini. Senyum Cinta yang manis dan juga kepintarannya membuat Kevin semakin jatuh hati. Dan inilah pertama kali dia berani menyapa Cinta." bagaimana Cinta? Kamu tidak ada janji makan siang dengan yang lainnya kan besok?"
Cinta menggeleng dan masih mempertahankan senyumannya." tidak pak. Saya tidak ada janji."
" bagus. Kalau begitu besok mau ya?"
" ehm.. Baiklah pak."
" terimakasih Cinta. Sampai bertemu nanti."
Cinta melihat sosok Kevin yang pergi dan pikirannya mulai teringat akan bunga dan jam tadi pagi." apa pak Kevin yang memberikannya?"Pikir Cinta penasaran.******
Bian berdiam diri disudut kamar hotelnya. Dia menatap satu foto diponselnya, ' Cinta'.
Hatinya sepertinya sudah jatuh kepada wanita cantik ini. Tapi bagaimana bisa dia memiliki Cinta dengan kekurangannya. Sebenarnya Bian sudah kembali dari Jepang, tapi dia belum bisa masuk ke kantor karena menjalani therapy untuk kakinya di Singapura.Bian bukan hanya berdiam diri untuk menerima takdir dan keajaiban. Tapi dia berusaha semampunya untuk terus berobat dan menjalani therapy yang rutin setiap satu bulan sekali dia lakukan di Singapura. Sedangkan di Indonesia Bian terus melatih kakinya setiap jum'at sore dan minggu dengan instruktur yang dipilih omanya.Tapi selama lima tahun semua itu tidak ada kemajuan. Bian seolah lelah berusaha, dan dia hampir putus asa.
Mama dan Oma nya tidak pernah absen menemaninya menjalani semua therapy yang harus dia lakukan, seperti saat ini." Bian?" panggilan Oma nya membuyarkan lamunanya. Bian tersenyum melihat Oma nya.
" Oma tadi bertemu dengan Stevani. Tidak sengaja saat Oma di Lobby hotel."
Bian mengangguk, sedih jika mengingat Stevani meninggalkannya. Tapi apa mau dikata, Stevani terlalu sempurna untuk menerima keadaannya." dia titip salam sama kamu. Dia juga terus meminta maaf sama Oma dan Mama kamu."
" lalu?" tanya Bian kepada Oma nya. Oma nya lalu duduk di tepi tempat tidur dan mengusap telapak tangan Bian dengan lembut.
" lalu apalagi, Oma bilang sama dia kalau semua sudah lewat. Dan kami memaafkannya. Ada satu lagi yang ingin Oma beritahu kepada kamu."
" apa?"
" Stevani bilang dia terpaksa meninggalkan kamu."
Bian hanya mengangguk, dia tahu apa maksus Stevani. Wanita itu pasti dipaksa ayahnya untuk meninggalkannya." apa kamu masih mencintainya?"
Pertanyaan Oma itu membuat Bian tersenyum miris." meskipun dihati Bian masih mencintainya, semua itu tidak ada artinya lagi Oma. Bian sudah mencoba menghapus semua perasaan Bian, dan semua itu berjalan baik. Hanya tersisa kenangan-kenangan yang belum bisa Bian lupakan."
Oma nya mengangguk mengerti." menghapus kenangan tidak mudah Bian. Itu jauh lebih sulit daripada menghapus nama seseorang dihatimu."
Bian tersenyum, Oma nya selalu bisa bijaksana menghadapi apapun. Dan yang pasti, Oma nya selalu memiliki solusi untuk semua keraguan dihatinya.Seperti saat pertama dia mengetahui Stevani membatalkan pertunangan mereka. Bian hampir gila saat itu. Dia depresi dengan semua yang menimpanya. Tapi perkataan Omanya mampu membuatnya mengerti dan menerima semua kepahitan itu." dia yang sanggup bertahan dan menerimamu apa adanya akan selalu ada disisimu, dan wanita seperti itulah yang harus kamu cari dan pertahankan."
*******
Cinta berlari kearah halte, dia telat bangun pagi ini. Jika harus naik sepeda bisa-bisa dia telat. Sudah menunggu sepuluh menit tapi tidak ada Bus yang lewat ataupun angkot, Cinta memicit keningnya karena pusing. Sebenarnya dia tidak enak badan dari sehabis pulang kerja semalam.
Karena putus asa tidak ada bus ataupun angkot, terpaksa Cinta menyetop taksi.
Selama dijalan dia berdanda dengan cepat. Perutnya terasa lapar tapi Cinta mengabaikannya.Sampai didepan kantor Cinta pun berlari keruangannya. Semua temannya heran melihat Cinta yang telat, diatas kubikelnya sudah setangkai mawar dan sebatang coklat. Cinta tak menghiraukan kedua benda yang sudah hampir dua minggu dia dapatkan. Tepukan dibahunya membuat Cinta menoleh." Cin.. Ayo. Rapat bulanan sudah akan dimulai." Tika teman satu devisi nya mengajak Cinta bergegas.
Saat memasuki Aula rapat yang selalu menjadi tempat rapat bulanan, Cinta sempat melihat kearah Bian yang juga melihatnya dengan tatapan datar. Tapi dihati Bian dia melihat wajah pucat Cinta.
Rapat dimulai, dan selama lima belas menit berjalannya rapat, tidak ada satupun yang bisa dicerna Cinta. Kepalanya terasa sangat pusing dan tubuhnya terasa sakit semua.
Dia permisi ingin ke toilet kepada Tika yang duduk disebelahnya dan Tika mengangguk. Dengan pelan Cinta berjalan ke pintu belakang aula agar tak mengganggu karyawan lainnya.Tapi Bian melihatnya, dan saat itu juga Bian langsung berteriak."Cinta...."
Cinta jatuh tak sadarkan diri, dan semua orang menoleh kebelakang. Beberapa pria membantu membawa tubuh Cinta.
Bian panik begitu juga Kevin yang belakangan ini mendekati Cinta. Kevin langsung mengambil tubuh Cinta untuk dibawa ke rumah sakit. Hidung Cinta mengeluarkan darah, sehingga tujuan Kevin adalah Rumah sakit.Bersambung....
Koment please... ππππππ mau double up gak ??
Satu hari setelah pingsannya Cinta diruang rapat yang membuat kehebohan itu Bian tidak bisa tenang, dia terus memikirkan apa hubungan Kevin dengan Cinta. Wanita yang belakangan ini terus berada dipikirannya, bahkan Kevin meminta ijin saat jam kerja demi menjaga Cinta yang berada dirumah sakit. Setelah dibawa kerumah sakit ternyata Cinta demam terlalu tinggi, sehingga hidungnya mengeluarkan darah. Hari ini pun wanita itu wanita itu masih belum masuk kerja karena masih dirawat. Bian sudah mencari tahu keadaan Cinta melalui orang suruhannya dan kondisi Cinta sudah membaik. Saat dirinya masih memikirkan hubungan Cinta dan Kevin, ditempatnya Cinta juga memikirkan apa sebenarnya tujuan Kevin mendekatinya. Apakah pria ini memiliki perasaan untuknya? Kevin memang tampan, dan juga mapan. Tapi benarkah Kevin memiliki perasaan untuknya?? Seorang wanita yatim piatu dan miskin. Cinta melihat buket bunga dan juga buah-buahan yang tidak ada nama pengirimnya itu. Tapi
Cinta tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Dia berada disebuah helikopter bersama Bian, ntah kemana Bian akan membawanya. Setelah itu dia merasakan helikopter semakin turun dan mereka sudah berada didepan sebuah gedung putih. " kita dimana?" tanya Cinta penasaran saat akan memasuki pintu besar berwarna putih itu. "Ini rumah impianku." jawab Bian dan Cinta takjub. Ini rumah, dia pikir ini sebuah hotel atau museum karena tadi dari luar rumah ini begitu mewah. Dan saat masuk didalamnya Cinta juga kagum, sangat berkelas dengan gaya Eropa klasik yang memenuhi desain rumah ini. "Kenapa bapak membawa saya kerumah bapak?" tanya Cinta yang masih berjalan disebelah Bian. Sedangkan Bian berjalan menggunakan kursi rodanya. "Ntah la, saya hanya merasa butuh kamu saat ini." "Apa ini di Jakarta?" Bian menggelengkan kepalanya. "Jika di Jakarta kita tidak akan berlama-lama
Satu bulan kemudian.... Cinta sedang berjalan ke arah ruangan Bian, sudah sebulan ini hubungan mereka sangat baik, setelah kembali dari Bali bulan lalu Bian menunjukkan perhatiannya kepada Cinta. Bahkan Bian menampakan ketidak sempurnaannya kepada semua karyawannya saat mencari keberadaan Cinta di pantry kantor. Dan semenjak itu seluruh manusia di kantornya heboh akan kondisinya juga heboh dengan hubungannya dengan Cinta. Bian tidak lagi memperdulikan itu. Dia hanya ingin melihat senyuman Cinta dan menggenggam tangan wanita itu. Seperti saat ini. Cinta menyuapi Bian yang terlihat manja dan sesekali tawa mereka pecah secara bersamaan. Cinta begitu bahagia bisa bersama Bian, bukan karena harta atau ketampanan Bian. Tapi Bian mampu mengetahui segala sesuatu yang Cinta rasakan ataupun inginkan. Berbeda dengan Kevin yang juga mendekatinya tapi seperti terlalu memaksakan kedekatan mereka, dan dia tidak merasakan getaran aneh dihatiny
Oma dan Opa Bian memperhatikan wanita muda cantik yang dibawa Bian dan Bian mengatakan kalau wanita ini teman special bagi Bian. Karena penasaran Oma Evelyn mendekati Cinta yang terlihat ketakutan. " hei nona, kamu kenapa terlihat takut. Kami disini tidak akan menggigit atau memutilasimu." senyuman Oma Evelyn membuat Cinta sedikit tenang. " ayo duduk disini sama Oma. Kenalkan saya Oma Evelyn, Oma nya Bian." Cinta mengangguk dan menyambut tangan Oma itu dengan senyuman. " saya Cinta Oma. Saya teman dan karyawan nya pak Bian." Oma Evelyn mengangguk dan mengajak Cinta duduk didekatnya. Sementara mama Bian dan papamya melihat wanita yang dibawa Bian dengan penuh selidik. " kalian yakin hanya teman?" Pertanyaan tante Bianca membuat Bian menggelengkan kepalanya sementara yang lain menunggu jawaban dari Cinta. " benar bu, saya teman pak Bian." "ckckck.. Jangan panggil saya
Cinta memarkirkan sepeda nya dan langsung menuju ke kubikelnya. Rutinitasnya setiap pagi di kantor kembali dia lakukan, hanya saja pagi ini dia tidak langsung mengantarkan bekal bos Bian nya, dia menunggu sekertaris bosnya itu datang agar bisa dia titipkan, Cinta sudah memikirkan semua ini semalam. Setelah semalam dia melihat Bain marah, dia tidak lagi mau berhubungan terlalu jauh dengan pria itu. Jika teman, maka ayo lakukan layaknya seorang teman.Setelah kantor mulai ramai, Cinta menaiki lift untuk keruangan Bian. Disana dia melihat Desi sekertaris Bian yang cantik itu sedang memeriksa beberapa berkas. "Hai Des," sapa Cinta sambil tersenyum."Eh Cinta, loe mau ketemu pak Bian ya? Pak bos ada sih, tapi lagi ada tamu." Cinta mengernyit mendengar kata tamu, sepagi ini ada tamu. Siapa?? Pikir Cinta penasaran."Yang gue tau sih, itu mantan tunangan pak bos. Loe mau nunggu atau ntar gue kasih tau kalau wanita itu
Saat pintu tertutup, sunyi menerpa Cinta. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Bian dengannya, saat kursi roda pria itu berbalik Cinta menanti apa yang akan dikatakan pria itu."Ayo duduk, kita makan bersama." Bian mengambil bekal makan yang dibuatkan Cinta untuknya, dengan satu tangannya pria itu sudah membawa bekal itu kearah sofa. Tapi dia berhenti dan melihat tidak ada gerakan dari Cinta. Bian membalik tubuhnya melihat wajah Cinta yang menatapnya seperti memohon. "Ada apa?" Cinta mulai terlihat sangat panik."Pak bisakah saya kembali ke ruangan saya? Saya banyak pekerjaan pak." Bian mengeraskan rahangnya mendengar apa yang disampaikan Cinta. Wanita ini benar-benar ingin membuatnya hilang kendali."Apa kau ingin menjauhiku?" Cinta diam tak bereaksi, dia menunduk dengan tangannya yang saling bertautan."Ah.. Ya,
Hujan melanda ibukota Jakarta, Cinta yang biasa bersepeda kini harus menaiki bus untuk pergi ke tempat kerjanya. Cinta tidak suka naik bus, dia lebih suka berpanas-panasan dengan sepedanya dari pada harus berdesak-desakan dengan orang-orang yang ada di dalam bus. Seperti saat ini, dia harus menunggu sekitar lima belas menit lagi untuk sampai di halte tempatnya bekerja. Berjalan kaki sebentar lalu sampailah dia di perusahaan Jayker's grup ini. Cinta menutup payung saat dia tiba didepan lobby kantor, dan disana pak bos tercinta sudah menunggu dirinya. Bian tersenyum melihat Cinta-nya datang pagi ini dengan wajah yang ceria meski langit sedang mendung. "Hai my preety, kamu bahagia sekali?" Bian dan Cinta lalu berjalan beriringan menuju lift kantor. Bian dengan kursi rodanya, dan Cinta yang berjalan sambil menenteng semua barang bawaannya. Tempat bekal, payung, tas kerja, dan berkas pekerjaannya
Sebulan berlaluCinta sibuk mengerjakan pekerjaannya yang menumpuk karena dia baru mengambil cuti selama satu minggu kemarin. Dia menemani Bian untuk menjalani perobatannya, dan Bian masih diluar negri untuk kesembuhannya.Semua urusan perusahaan ditangani oleh Brian sebagai penggantinya.Tiba-tiba Kevin mendekatinya sambil memeriksa berkas yang diserahkan Cinta tadi pagi."Ta, kamu gak salah dengan perhitungan biaya ini ?"Tanya Kevin yang membuat Cinta terlonjak kaget."Aduh..ya ampun,"kata Cinta sambil memegang arah jantungnya."Maaf pak, bagian mana ya ?" Cinta berdiri dari duduknya dan melihat bagian yang ditunjuk oleh Kevin."Saya akan cek ulang pak, bapak bisa tunggu diruangan saja. Saya akan kerjakan secepatnya."Kevin mengangguk dan tersenyum lembut kepada Cinta .Cinta duduk dan memeriksa berkasnya, dia menarik nafas lelah. Ponselnya bergetar dan dia melihat