Share

BAB TIGA Will be soon

Aloha, Baby's!

Mr. & Mrs. Player update! 

Find me on: 

@r_quella99

@girlsknight.official 

Jangan lupa Bintang 🌟 kecil+penuhin in-line komentar, ya 👍

🔹🔹🔹

BAB TIGA

Will be soon

Maafkan aku Ara. Aku tidak bermaksud menyembunyikan kebenaran ini.

Hubungan kami sudah berjalan enam bulan sejak kau sibuk dengan baju-bajumu.

Kami akan menikah dua minggu lagi.

Shit! Arabella mengerang ketika matanya terjaga. Kenapa? Sudah bertahun-tahun pun mimpi buruk itu masih membayanginya?

Akibat mencintai terlalu dalam adalah patah hati yang juga semengerikan ini. Cinta? Hati seorang Arabella sudah mati rasa dengan kalimat itu. Tabu dan menyakitkan.

"Kau mimpi buruk lagi?"

Suara Keira mengembalikan kesadaran Arabella. Ia mengangguk lesu kemudian meraih segelas air putih di meja, menghabiskan dengan sekali tegukan.

Arabella tidak tahu kalau dirinya masih bereaksi ketika mendengar kabar mereka akan menikah. Meski dia tidak merasa sesakit dulu, tetapi perasaan kesal sekaligus marah masih menyelimuti dirinya. Atau karena memang sejak dulu dia tidak pernah berniat benar-benar menyelesaikannya?

"Aku masih penasaran siapa lelaki yang mengantarmu semalam. Biasanya pria-priamu lebih suka menaiki Ferrari atau Lamborghini. Tumben semalam berbeda?" tanya Keira lagi.

Arabella mendengkus ketika menyadari siapa lelaki yang Keira tanyakan. Ah, dan mengenai Keenan, Arabella sedikit bersyukur karena lelaki itu benar-benar mengantarkannya ke tujuan. Kalau tidak sudah pasti ia akan menjadi salah satu penghangat ranjang bajingan itu.

"Ara! Kau mendengarku, tidak?" sentak Keira membuat Arabella terkekeh pelan dan bergegas turun dari ranjang menuju kamar mandi.

"Jangan ungkit dia, Kei. Dia orang gila!" teriak Arabella dari dalam kamar mandi.

Keira mengernyit, mengekori Arabella dan berdiri di samping pintu kamar mandi sambil memperhatikan Arabella yang tengah menggosok gigi. "Orang gila mana yang mengendarai Limousine, Babe?" nada suara Keira sangat terdengar sarkastik, tetapi itu sama sekali tidak menjadi sesuatu yang perlu Arabella pikirkan.

Arabella berkumur lalu membasuh mulutnya. "Anggap saja dia orang gila kaya. Sudahlah, aku ada janji pagi ini." jawab Arabella sekenanya. Ia mendorong tubuh Keira lalu menutup kamar mandi, meninggalkan Keira yang menatap sebal pintu yang tertutup itu.

Setengah jam kemudian Arabella keluar dari kamar dan menghampiri kedua temannya di meja makan. Hanya tinggal ada Keira Sashenka dan Velove Agnieszka yang masih menjadi anggota inti Girls Knight di sini, karena Alessia Mikhayla sudah menikah bahkan sudah memiliki anak. Meski begitu mereka berempat masih sering bertemu dan bertukar cerita ketika weekend.

Pernikahan dan pertambahan usia bukan halangan yang bisa memecah belah persahabatan mereka yang sudah terjalin cukup lama.

"Morning, Girls." sapanya duduk di samping Velove.

Ketika Keira membuka mulutnya, Arabella lebih dulu menyela. "Kalau yang kau tanyakan masih seputar tadi. Lebih baik kau tidak perlu bicara, Kei-Kei."

Keira mendengkus. "Jangan panggil aku itu!"

Arabella menjulurkan lidahnya mengejek. "Itu memang dirimu, Babe." guraunya.

Inilah sosok Arabella sebenarnya. Manja, childish dan penyayang. Sikap nakal dan dinginnya hanya berlaku untuk orang-orang asing di sekitarnya. Kehangatan itu hanya milik Girls knight. Karena sejak malam petaka itu, semuanya berubah. Bukan hanya sikap tetapi juga pribadinya.

Arabella mencoba bangkit menjadi orang lain. Mempermainkan banyak laki-laki hanya untuk membalas dendam atas pengkhianatan dua sampah di hidupnya. Arabella sudah lama kehilangan jati diri, mencoba baik-baik saja menjalani hidupnya meski masih ada banyak hal yang terus mengikutinya, mengganjal disetiap perubahan dirinya.

Arabella tidak benar-benar tumbuh berkembang karena luka masa lalu. Dia hanya berpura-pura menjadi lebih dewasa dan matang. Padalah, secara harfiah pemikiran Arabella masih jauh dari kata dewasa. Dia hidup dalam bayangan dan topeng player yang sengaja dia ciptakan untuk membangun sikap dan pondasi dalam pertahanan dirinya.

Tidak ada yang benar-benar tahu sosok Arabella sebenarnya. Dia terlalu mahir menyembunyikan jati diri. Dan terkadang hal itu tentu membuat mereka bertanya-tanya, tetapi tidak ada yang dapat mereka lakukan selain menjadi pendukung segala keputusan yang Arabella ambil.

"Kau terlihat berbeda pagi ini, Ara."

Ucapan Velove sontak membuat Arabella menaikkan satu alisnya. "Apa yang berbeda? Bukankah setiap hari aku memang begini?" kekehnya.

Melihat jam yang melingkar di tangannya, buru-buru Arabella menghabiskan sarapannya dan meminum jusnya hingga setengah. "Aku ada janji pagi ini, Girls. Aku berangkat. Bye-bye...." katanya seraya mencium pipi mereka bergantian sebelum benar-benar pergi.

Keira dan Velove hanya menatap punggung Arabella yang mulai menjauh. Mereka tentu tahu serapuh apa Arabella hingga mereka membiarkannya berlaku sesuka hati. Bukan mereka membiarkan pilihan salah Arabella, tetapi karena mereka tahu kalau apa yang Arabella lakukan hanyalah pelarian semata.

Tidak ada siapa pun yang dapat mengerti luka orang lain sebaik diri sendiri. Dan itulah yang mereka coba terapkan pada Arabella, memberinya ruang sekaligus menjaganya di kejauhan.

"Aku hanya berharap keputusan terbaik dari yang terbaik dari segala pelariannya."

"Semua orang mengharapkan hal itu, Kei."

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Arabella sampai di butiknya.

Setibanya di sana, dia bergegas menuju ruangannya sambil melirik meja sekretarisnya sekilas. "Jadwalku, Grace." katanya seraya membuka pintu ruangannya.

Wanita yang dipanggil Grace itu langsung mengekori Arabella sampai di ruangan hingga perempuan itu duduk di kursi kebesarannya.

"20 menit lagi klien yang meminta Anda secara langsung untuk membuat pakaiannya akan tiba, Ma'am. Siangnya, Mr. Walter mengajak Anda makan siang. Setelahnya Anda meminta untuk mengosongkan jadwal seperti biasa." jelas Grace membacakan jadwalnya dengan lugas.

Arabella sempat terdiam ketika mendengar satu nama yang terselip dari jadwal hariannya. Walter? Untuk apa pengkhianat itu membuat janji dengannya?

"Batalkan siangnya. Aku hanya akan menemui janji pagi ini setelah itu jangan menggangguku."

"I get it, Ma'am."

Arabella menyandarkan punggungnya kebelakang begitu Grace keluar dari ruangannya. Mendengar marga Walter dia tidak akan repot-repot mempertimbangkan. Kenangan yang menjadi mimpi buruknya sudah ia kubur dan Arabella tidak akan sudi membukanya kembali. Tidak untuk yang kedua kalinya.

Arabella mendesah panjang. Menarik beberapa proposal yang menggunung di mejanya dan mempelajarinya sebelum meninggalkan tanda tangan di sana. Akibat sering bermain-main pekerjaan Arabella sering kali terbengkalai. Untungnya, Grace mampu dengan cekatan membereskan itu hingga Arabella hanya perlu bertemu ketika janji temu dan rapat saja.

"Ma'am, tamu Anda sudah datang." Grace yang baru saja membuka pintu lantas menyingkir ke samping dan mempersilakan tamunya untuk masuk.

Arabella tentu saja langsung menutup berkasnya dan mengulas senyum ketika mengangkat wajah. Tapi hanya sekilas, karena setelah itu senyumannya memudar tergantikan pandangan kesal melihat siapa tamunya pagi ini.

Keenan Maxfield di sana. Berdiri arogan dengan segala kesempurnaan tubuh atletis dan wajah tampannya. Lelaki itu tampak maskulin dan santai dengan setelan kaos abu-abu yang dibalut jas berwarna hitam lengkap dengan celana jeans berwarna senada. Dari segi mana pun, seorang Keenan memang terlihat sangat maskulin.

"Hay, Baby." sapanya mengambil duduk di depan Arabella sambil tersenyum menawan. Sayangnya senyuman itu tidak memengaruhi Arabella. Perempuan itu cuek-cuek saja dan meminta asistennya untuk keluar melalui gerakan matanya.

"Aku tidak tahu kalau waktumu terlalu senggang hanya untuk mengatur style fashionmu sendiri." cibir Arabella menatapnya malas.

Keenan hanya tersenyum miring. "Waktuku selalu senggang untukmu, Baby."

"Jangan panggil aku dengan itu!"

"Yang mana?"

"I'm not your baby."

"Will be soon."

"Tidak sudi." Arabella beranjak dari duduknya seraya menggerakkan tangannya—hendak mengusir Keenan yang malah tertawa kecil melihat binar kesal dari wajah oriental Arabella yang tampak cantik bagaimana pun suasana hatinya. "Pergi dari sini, Ken."

Keenan tersenyum jahil. "Kenapa aku harus?"

Arabella mencebik, menatapnya protes. "Pergi atau aku akan menghajarmu."

"Memukulku maka aku akan menciummu." katanya sambil menyeringai. Tampak puas menikmati setiap ekspresi yang Arabella tunjukkan.

Arabella berdecih malas. "Siapa peduli?" kekehnya menendang kursi Keenan yang malah membuatnya jatuh dipelukan lelaki itu karena Keenan menarik tangannya. Arabella sempat terkejut dan tidak menyadari kalau satu tangannya mendarat sempurna pada milik Keenan.

"Ah, jadi ini yang kau mau?" kekeh Keenan membuat Arabella mengernyit.

"Apa?"

"Menyentuh milikku." katanya sambil bersiul lengkap dengan mata cokelatnya yang berkilat jahil.

Arabella sontak melotot. "Mana ada—ahk! What the hell!" pekik Arabella melepaskan diri sambil menatap kosong tangannya.

Aku menyentuhnya?

Suara tawa Keenan mengudara, menyadarkan Arabella dari tingkah bodohannya. Sayangnya, Keenan terlalu hapal kalau Arabella memang jauh dari gelar player yang melekat dalam dirinya. Dia nampak masih terkejut dan pastinya wajahnya sudah memerah padam. "Kau nakal juga, Ara." kekehnya.

Arabella menggeleng panik. "Tidak-tidak! Kau salah paham. Aku tidak bern—"

Tunggu! Untuk apa dirinya mencoba menjelaskan?

Ini semua tentu saja bukan salahnya. Semua itu karena Keenan menariknya lebih dulu.

Keenan menyeringai seraya berdiri dari duduknya, menghampiri Arabella yang pastinya masih mengumpatinya dalam hati. Wajah kesal itu sangat kentara hingga Keenan tidak perlu repot meneliti respons perempuan itu.

"Sebaiknya kau tunjukkan saja rancanganmu. Aku tahu kau masih memiliki janji dengan pria-priamu." Keenan berjalan mendahului Arabella dan berhenti di sudut ruangan dengan patung pria dan wanita yang memakai gaun juga jas yang berwarna hitam senada.

Gaunnya cukup terlihat sangat elegan dengan pita di punggung belakang sementara bagian dada atas terdapat beberapa lubang berbentuk oval dengan hiasan manik-manik di sekitarnya. Sederhana namun mewah. Berikut juga jas pada patung laki-laki itu. Jas yang didesain dengan trendy itu terlihat sangat manly.

Well, ternyata rancangan Arabella memang benar-benar memiliki kualitas tinggi.

"Kurasa kau sedang membicarakan dirimu sendiri."

Keenan tersenyum, ia menoleh ke samping di mana Arabella berdiri tidak jauh darinya. "Aku? Mana mungkin aku berkencan di siang hari, Baby?" seringainya.

Arabella mencebik tidak peduli. "Aku hampir lupa kalau kau penjahat kelamin. Tentu saja kencanmu di malam hari." cibirnya.

Keenan berjalan mendekatinya, merundukkan kepala dan berbisik tepat di samping telinga Arabella. "Tapi kalau itu denganmu, aku tidak akan keberatan berkencan pada siang hari." bisiknya mesra.

Bulu kuduk Arabella meremang dengan nada yang lelaki itu gunakan. Sirat dengan bujuk rayu yang sangat kentara.

Well, trik lama. Arabella tidak akan terkecoh hanya dengan suara maskulin itu walau meski Arabella akui kalau pesona Keenan memang sulit dihindari. Ketika kau melihatnya, kau tidak akan puas hanya dengan meliriknya sekali saja.

Arabella berdeham. Mencoba mengendalikan dirinya dengan memasang wajah penuh ejekan. "Tidak tertarik. Siapa juga yang ingin berkencan dengan bekas banyak jalang? Syukur-syukur kalau kau tidak kena HIV." cibir Arabella sembari melipat tangannya ke depan dada.

Keenan menarik bibir, tersenyum miring. Tampak tidak tersinggung apa pun yang Arabella katakan padanya. "Kalau begitu kau bisa membuktikan kalau aku baik-baik saja." setelahnya Keenan meraih pinggang Arabella dan menciumnya—mencoba merayu bibir Arabella agar terbuka untuknya. Tetapi Arabella lebih dulu mendorong tubuh Keenan dan menamparnya. Ia mengusap bibirnya kasar sambil melotot.

"Kau—"

Ucapan Arabella terputus ketika Keenan kembali menciumnya—membuat Arabella lagi-lagi berusaha keras mendorongnya. Dan ketika Keenan melepaskan ciumannya, lelaki itu hanya tersenyum tenang menatapnya. "Sudah kukatakan kalau kau memukulku maka aku akan menciummu. Apa kau masih tidak mendengarnya, Baby?"

Arabella mendengkus kasar, hendak menampar Keenan lagi tapi kemudian ia mengurungkan niat—mengepalkan jemarinya menyadari apa yang Keenan ucapkan tidak pernah main-main. Melihat itu Keenan malah mendekatkan wajahnya sambil menunjuk pipinya sendiri sembari tersenyum. "Kenapa berhenti? Lakukan saja agar aku bisa menciummu lagi."

Dengan terpaksa Arabella menurunkan tangannya, gantinya ia menunjuk pintu ruangannya. "Cepat pergi sebelum aku benar-benar menghajarmu, Bastard!"

"Jangan galak-galak, Baby. Nanti wajahmu cepat tua."

"Keenan Maxfield! Keluar!!" teriak Arabella menggema di dalam ruangannya. Ini sudah di luar batas kesabarannya. Lelaki ini terlalu berbahaya untuk terus berada satu ruangan dengannya.

Keenan menunjukkan wajah terluka yang dibuat-buat. "Aku sedih kau mengusirku, Ara. Tapi karena aku baik maka aku akan pergi." tepat setelah mengatakan itu Keenan kembali mencium Arabella. Hanya kecupan ringan tetapi tetap saja membuat Arabella semakin memerah. Apalagi ketika melihat senyum menyebalkan lelaki itu.

"Urusan kita belum selesai." katanya sambil mengerling sebelum benar-benar hilang di balik pintu.

Astaga ... Bersama dengan lelaki itu selalu saja menguras tenaganya. Sepertinya lain kali Arabella harus menghindarinya saja.

Ya. Itu keputusan sempurna untuknya.

HOPE YOU LIKE! 

Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian, mohon untuk selalu support aku terus. Dengan cara like, coment and follow Ya!

Biar makin greget .. Ajak juga teman-temanmu, saudara, pacar, tetangga, kenalan atau bahkan mantanmu untuk baca babang Ken dan qaqa Ara. Sekalian juga kalian bisa share ke w*, i* story, F******k, Twitter ataupun postingan kalian yang lain. Ajak mereka join bareng kamu disini!

Sebelumnya Aku ucapkan terima kasih sangat atas partisipasi dan keikhlasan klean klean klean semua. 

TANGKYUUU and LOVE U Baby's 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status