Mag-log inArif menyentuh gagang pintu, bersiap untuk pergi, botol vitamin itu tersembunyi aman di saku jasnya."Dan aku akan memastikan," tambah Arif, dengan suara mematikan. "Bahwa semua orang, mulai dari Zira hingga dewan direksi rumah sakit ini, tahu bagaimana seorang dokter ortopedi terhormat menggunakan kehamilan putrinya sendiri untuk memanipulasi situasi. Aku akan menghancurkan reputasimu. Pilihannya ada di tanganmu."Arif membuka pintu, meninggalkan Rayhan yang berdiri membeku di ruang kerjanya yang mewah. Ruangan itu kini terasa seperti penjara berlapis emas.Rayhan berlari ke pintu, ingin mengejar Arif, ingin berteriak bahwa dia tulus, bahwa dia bukan manipulator, bahwa dia hanya mencintai. Tapi ia tahu, setiap langkah yang ia ambil, setiap kata yang ia ucapkan, akan membahayakan Alesha dan anak mereka. Ancaman Arif adalah pedang bermata dua yang memaksanya untuk diam.Rayhan ambruk, bersandar di pintu. Ia meninju dinding di sampingnya sekali, dua kali, membiarkan rasa sakit fisi
Rayhan merasakan amarahnya memuncak. Darah mengalir cepat ke kepalanya. Ia ingin berteriak bahwa ia sedang berjuang demi cinta, bukan demi strategi."Aku pengecut? Aku merawatnya, Arif! Aku mengirimkan makanan, vitamin, memastikan dia aman di apartemennya. Aku melakukan semua yang bisa kulakukan untuk melindungi Alesha di tengah tekanan darimu, dari Zira, dari semua drama ini!""Melindungi? Dengan bersembunyi di balik kurir? Kamu dokter ortopedi yang cemerlang, Rayhan, menyelamatkan nyawa atlet setiap hari, tapi kamu adalah Ayah paling pengecut yang pernah kukenal! Kamu tidak berani menghadapi masalahmu sendiri!"Hinaan itu terlalu menyakitkan. Rayhan maju, mengikis jarak. Ia sudah kehilangan segalanya di mata Arif, kini yang tersisa hanyalah harga dirinya."Tarik kata-katamu, Arif!" desis Rayhan, matanya memerah. "Aku tidak pernah berniat menyakiti Alesha! Aku mencintai Alesha dan anakku!""Kamu sudah menghancurkannya!" balas Arif, suaranya naik tajam. "Kamu merusak masa depann
Rayhan baru saja menyelesaikan operasi rekonstruksi lutut yang rumit, menyelamatkan karier seorang atlet muda. Ia terlihat lelah tetapi puas, menikmati puncak profesionalisme. Namun, ketenangan itu hancur saat Dr. Rima, asistennya, menghampirinya di ruang ganti dengan wajah pucat dan mata melebar."Dokter Rayhan, ada Bapak Arif di ruang kerja Anda. Beliau terlihat sangat ... gelap. Saya sudah coba bicara, menanyakan apakah Anda sedang dinanti, tapi beliau hanya mau bicara dengan Anda," bisik Rima, suaranya dipenuhi ketakutan. "Beliau membawa aura yang sangat tidak bersahabat, Dok."Rayhan, sang dokter ortopedi terkemuka, merasakan kakinya lemas. Keringat dingin membasahi punggungnya. Operasi yang baru ia selesaikan tidak seberapa dibandingkan konfrontasi yang menantinya. Ia tahu. Konfrontasi ini jauh lebih buruk daripada pisau bedah yang meleset, jauh lebih menyakitkan daripada kehilangan pasien. Ia mencuci tangannya, menanggalkan jubah operasinya yang suci, dan berjalan perlahan
"Waktu yang tepat?" Arif mencibir. "Waktu yang tepat adalah saat kamu pingsan di kampus? Waktu yang tepat adalah saat kamu harus minum vitamin ini sendirian, bersembunyi di sini, dia takut dengan putrinya sendiri? Kapan waktu yang tepat bagi seorang pria untuk bertanggung jawab, Lesha? Setelah anaknya lahir? Setelah nama baikmu tercoreng?" teriak Arif, dia begitu marahnya terhadap Rayhan, Alesha dan keadaan yang semakin hari bukannya membaik malah menjadi lebih buruk dan membuat masa depan putrinya suram. Alesha menangis histeris. Ia tahu ayahnya benar. Mereka terlalu pengecut, terutama Rayhan, yang menyuruhnya untuk bersembunyi."Om Rayhan merawatku, Pa. Dia mengirim kurir, dia video call setiap malam. Dia memastikan aku aman," isak Alesha. Masih membela Rayhan dengan menepis semua tuduhan Arif pada ayah dari janin yang di kandungnya. Arif mendekat, dan tangannya menangkup wajah Alesha yang basah, memaksanya menatap."Rayhan merawatmu? Dengan bersembunyi? Itu namanya pengecut,
Dia membuka tutup botol. Isinya masih banyak.Arif membalik botol itu, dan matanya membaca deskripsi di label dengan mata membelalak:Prenatal G-Vit - Suplemen Khusus Ibu Hamil dan Menyusui. Mengandung Asam Folat Tinggi, Zat Besi, dan DHA untuk Perkembangan Janin.Dunia Arif seolah runtuh. Bukan oversized sweater, bukan makanan diet, bukan rujak, dan bukan pula Rayhan yang datang, yang menjadi masalah. Masalahnya adalah Alesha sedang hamil.Arif terduduk di tepi bak mandi. Pandangannya kosong, fokusnya hanya pada tulisan-tulisan kecil di botol itu. Seluruh sandiwara perpisahan, alasan pindah apartemen, pingsan di kampus, makanan sehat, pakaian longgar ... semuanya menjadi sangat jelas, sangat terstruktur, dan sangat menyakitkan.Dia merasakan gelombang emosi yang luar biasa: marah, kecewa, takut, dan terutama, perasaan dikhianati oleh Alesha dan Rayhan, dua orang yang paling ia cintai. Hamil di tengah skripsi, tanpa kejelasan pernikahan!Siapa ayahnya? Pertanyaan itu sangat bo
Kecurigaan Arif mencapai puncaknya saat Zira meneleponnya malam sebelumnya. Zira, dalam nada yang anehnya tidak marah melainkan khawatir, menumpahkan kecurigaan tentang kondisi fisik Alesha dan pesanan makanan sehat premium ke unit apartemen Alesha. Zira berkata, suaranya dipenuhi kebingungan, “Om, Alesha sakit apa? Kenapa dia pesan makanan mahal dan bergizi khusus? Dia sangat pucat. Dia selalu menolak bilang ada apa-apa.”Mendengar itu, mata Arif terbuka lebar. Alesha bilang ia memasak sendiri atau membawa bekal dari rumah, dengan alasan ingin berhemat dan fokus. Kebohongan itu, yang kini diperkuat oleh kesaksian Zira yang tidak terduga, adalah sinyal bahaya. Kebohongan kecil di sekitar hal-hal besar. Arif bertekad melakukan sidak mendadak. Bukan hanya untuk mengecek apakah Rayhan datang ke sana, tetapi yang lebih penting, untuk memeriksa kondisi kesehatan putrinya yang ia curigai sakit parah, atau menyembunyikan masalah yang jauh lebih dalam.Pukul 11.00 siang. Arif meninggalka







