Home / Romansa / Luapan Gairah Panas Ayahmu / Bab 39. Retakan yang Semakin Nyata. 

Share

Bab 39. Retakan yang Semakin Nyata. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-09-08 08:21:33

Matahari sudah tinggi, tapi rumah itu seolah masih diselimuti sisa malam. Sunyi, hening, hanya terdengar suara burung dari luar jendela dan denting sendok beradu dengan piring dari dapur.

Zira sudah bangun lebih dulu pagi itu. Rambutnya masih tergerai, wajahnya pucat dengan kantung mata samar—bekas semalaman tak bisa tidur. Pikirannya terus dihantui bayangan semalam: ayahnya di balkon bersama Alesha. Terlalu dekat, terlalu nyaman.

Ia tak ingin mengingatnya, tapi setiap kali menutup mata, bayangan itu muncul lagi.

Tangannya sibuk mengoles selai di roti, tapi hatinya terasa getir.

Suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Zira tak perlu menoleh untuk tahu itu ayahnya. Ia menahan napas sejenak, mencoba menjaga ekspresi tetap datar.

“Pagi, Nak.” Rayhan menyapa lembut, mengenakan kemeja biru muda dengan dasi tergantung longgar di leher.

Zira hanya menoleh sebentar lalu mengangguk. “Pagi, Pa.”

Jawabannya singkat, dingin.

Rayhan mengernyit sedikit, tapi tak banyak berkomentar. Ia melangk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 177. Overprotective

    ​Sepuluh menit kemudian, Rayhan kembali. Ia sudah berganti pakaian dengan kaus abu-abu longgar dan celana training hitam—pakaian rumahan yang sangat santai, yang membuat otot-ototnya terlihat lebih menonjol. Aromanya telah berganti dari desinfektan menjadi aroma cologne maskulin yang segar dan bersih.​Kehadirannya di meja makan adalah siksaan bagi Alesha. Malam ini, mereka duduk dalam skenario keluarga yang normal, tetapi di bawahnya, ada arus listrik yang membakar.​Alesha menghindari kontak mata. Ia hanya fokus pada piringnya.​Rayhan mulai beraksi. Tiba-tiba, ia meraih sendok sup dan menyendokkan sedikit sup ayam ke piring Alesha.​“Kamu kurang nutrisi, Lesh. Terlihat dari lingkaran hitam di bawah matamu. Pasti begadang lagi untuk skripsi,” ujar Rayhan, suaranya terdengar prihatin, tetapi ada nada kepemilikan terselubung di dalamnya.​Alesha terkejut. “Eh, t-terima kasih, Om. Tapi aku bisa ambil sendiri.”​“Tidak apa-apa. Kamu tamu kami,” balas Rayhan, menyendokkan potongan daging

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 176. Intensitas Dramatis

    Alesha mulai menghitung jam. Pukul delapan malam. Rayhan, sebagai dokter ortopedi senior di rumah sakit swasta, biasanya pulang sangat larut. Ia memiliki sedikit waktu untuk menikmati kebersamaan santai ini sebelum teror itu datang.​“Kenapa sih, kamu terlihat tegang?” tanya Zira, menyikut lengan Alesha. “Kayak kamu mau ketemu calon mertua aja.”​Alesha terbatuk, pura-pura tersedak cokelat panasnya. “Apaan sih, Ra! Enggak. Aku cuma pusing sama tugas kuliah yang menumpuk.”​Calon mertua … Alesha bahkan tidak berani memikirkan Rayhan dalam konteks itu. Hubungannya dengan Rayhan masih mengambang, terombang-ambing antara godaan, kontak mata yang terlalu lama, dan pesan singkat yang tiba-tiba datang di tengah malam. Semua terjadi secara rahasia, di belakang Zira.​Zira tidak tahu apa-apa. Bagi Zira, Rayhan hanyalah ayah yang sibuk dan protektif, dan Alesha hanyalah sahabat terbaiknya. Zira adalah peredam sempurna yang memungkinkan Rayhan dan Alesha untuk berada di ruang yang sama tanpa har

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 175. Malam di Bawah Satu Atap

    Rayhan mencoba memikirkan solusi: Bagaimana cara main aman?​Bertemu di luar kota? Terlalu berisiko, seperti yang sudah pernah terjadi.​Mengatur perjalanan bisnis palsu? Bisa, tapi hanya sesekali.​Menggunakan alibi rumah sakit? Itu sudah hampir habis masa pakainya.​Rayhan tidak menemukan solusi yang aman. Ia hanya menemukan kenyataan yang memberatkan: ia harus mempertaruhkan segalanya demi Alesha.​Amarahnya kemudian beralih ke sumber masalah awal: Livia.​“Ini semua karena Livia yang berulah!” Rayhan menggeram. “Wanita itu tidak pernah bisa melihatku bahagia! Dia memanfaatkan Arif, dia menggunakan Zira, dia menciptakan masalah di mana tidak ada masalah!”​Rayhan yakin, jika Livia tidak mengirim foto itu kepada Arif, dan jika Livia tidak menemui Arif di Padel, ia dan Alesha akan bisa menjalani hubungan rahasia mereka dengan lebih tenang. Livia adalah biang keladi dari semua tekanan dan risiko yang ia hadapi.​Rayhan menginjak pedal gas, melaju kencang di jalanan sepi. Ia harus pula

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 174. Penolakan dan Sikap Dingin Alesha

    ​Malam itu, meskipun pertengkaran kecil telah mereda dalam pelukan Rayhan, suasana hati Alesha tidak sepenuhnya pulih. Rayhan telah mencabut usulan jaga jaraknya, tetapi luka karena merasa ditinggalkan masih terasa perih.​Mereka duduk berdampingan di sofa setelah Rayhan selesai merapikan sisa makan malam. Rayhan mencoba meraih tangan Alesha, tetapi Alesha menarik tangannya perlahan.​“Jangan, Om. Aku masih kesal,” ujar Alesha, suaranya dingin dan datar.​Rayhan menghela napas. Ia tahu ini adalah hukuman karena ia telah mengusulkan pemisahan. Malam itu tidak ada sex. Hasrat Rayhan menggebu, tetapi ia menghormati penolakan Alesha. Ia tahu, keintiman fisik tidak akan menyelesaikan masalah emosional ini.​Waktu menunjukkan semakin larut. Rayhan harus segera pergi, risiko untuk tertangkap semakin besar jika ia berlama-lama.​“Aku harus pergi, Sayang. Besok aku ada operasi pagi,” Rayhan berbisik, mencoba mencari kontak mata.​Alesha hanya mengangguk, cuek, dan menatap lurus ke televisi yan

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 173. Pertengkaran Kecil dan Keputusasaan

    Alesha membiarkan pelukan itu sejenak. “Rindu yang hampir membuat kita dalam masalah besar, Om,” keluhnya.​Rayhan membalikkan Alesha, mencium bibirnya sekilas. “Tidak akan terjadi lagi. Aku sudah memikirkan alasan barunya. Jika Zira atau Arif bertanya lagi tentang jaket itu, katakan saja begini:”​Rayhan menjelaskan alibi yang lebih rumit: Ia sengaja menitipkan jaket kulitnya kepada Alesha karena Arif—Ayah Alesha—memiliki relasi dengan penjahit kulit eksklusif yang biasa ia gunakan. Jaket itu perlu perbaikan kecil pada resletingnya.​“Alibi ini melibatkan Arif secara tidak langsung. Itu akan membuat Zira lebih percaya, karena dia tahu aku dan Arif sering saling membantu urusan pribadi,” jelas Rayhan.​Alesha menghela napas, tampak sedikit lebih tenang. “Baiklah. Itu terdengar lebih meyakinkan daripada ‘lupa’.”​Mereka duduk dan mulai makan malam. Makanan kesukaan Alesha, suasana tenang, dan kehadiran Rayhan perlahan meredakan ketegangan Alesha.​Di tengah keheningan, Rayhan berbicara

  • Luapan Gairah Panas Ayahmu   Bab 172. Mengalihkan Fokus ke Kisah Cinta Zira

    ​“Sudahlah, jangan bahas mereka yang menyebalkan itu!” Alesha memotong dengan nada pura-pura marah. “Aku sudah malas mendengar dramamu. Sekarang, coba jelaskan padaku!”​Alesha mengubah ekspresinya menjadi cemberut. “Kapan kamu dan Revan jadian/berpacaran? Kenapa kamu tidak cerita padaku?! Aku sahabatmu, Ra! Kamu jahat sekali menyembunyikannya dariku!”​Taktik Alesha berhasil. Zira langsung melupakan jaket itu. Wajahnya berseri-seri, bersemangat untuk berbagi berita baik.​“Oh, ampun! Maafkan aku, Sayang! Itu terjadi baru-baru ini. Kami … kami sepakat untuk lebih serius,” Zira bercerita, matanya berbinar.​Alesha memainkan peran sebagai sahabat yang terluka namun bersemangat. “Astaga, Ra! Revan! Sejak kapan? Kenapa kamu tidak cerita! Aku kan harusnya jadi yang pertama tahu!”​Zira meraih tangan Alesha. “Aku minta maaf! Tapi kan kamu juga sulit ditemui, Lesh!” Zira berkelit. “Aku tahu kamu sedang sibuk skripsi, makanya aku tunggu sampai aku bisa bawa sarapan dan bicara langsung! Aku ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status