Share

Bab 4 Semangat Aluna

Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit di Sekolah SMA Pelita Bunda, Zolan mengendarai mobil menuju ke Rumah Sakit. Ingatannya masih tertuju pada Sindy.

Malam itu adalah ulang tahun Zolan, bertepatan dengan acara kelulusan. Zolan sedang menunggu di luar pagar, menunggu sang pujaan hati. Satu jam berlalu yang di tunggu belum juga nampak. Zolan berkali kali menghubungi Sindy, namun nomornya sudah tidak aktif. Tidak ingin penasaran, Zolan membuka pagar Rumah. Ternyata, Rumah minimalis berlantai satu itu telah kosong. Hanya ada lampu teras yang menerangi.

Zolan masih menaruh harapan, mungkin saja listrik rumah sedang bermasalah. Ia mengetuk pintu rumah. Tidak ada sahutan dari dalam. Tiga kali ketukan pintu sambil memanggil nama Sindy, tetapi masih tetap sama. Sepuluh kali ketukan, tidak berubah. Zolan duduk bersandar di depan pintu. Ia menunggu hingga jam satu malam. Pemilik rumah belum memunculkan diri.

Sampai sekarang ia tidak tahu di mana Sindy berada. Bukan hanya sekali ia menyuruh orang untuk mencari pujaan hatinya itu. Zolan tidak pernah lelah mencari Sindy.

"Sayang, besok aku akan menikah dengan perempuan pilihan ayahku. Aku sayang kamu dan akan tetap menjaga perasaan ini!" lirih Zolan. Matanya menatap lurus ke arah jalan.

***

"Fatmaa! Minta tolong liat kue yang ada di oven. Aku masih membungkus pesanan!" teriak Aluna dengan tangan sibuk membungkus kue.

"Iya. Tidak usah teriak, Buu! Aku juga bisa dengar," ucap Fatma.

"Fatma, jam empat toko kita tutup ya. Aku ingin keluar sebentar. Takutnya kamu kewalahan terima pesanan," pinta Aluna sambil menuju ke arah Fatma.

"Oh begitu. Iya boleh. Aku juga ingin belajar. Harusnya kalau jadwal ujian kayak begini, toko kue kita tutup sore saja. Jadi saat malam, kita bisa belajar. Kamu tahukan, aku tidak sepintar kamu. Dan kalau nilaiku ada yang error, ayahku pasti mengamuk," jawab Fatma sambil sibuk memeriksa kematangan kue.

"Saran kamu boleh juga Fatma. Mulai hari ini hingga ujian kita selesai, toko akan di tutup jam 4 sore."

Setelah percakapan itu, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sambil sesekali tetap bercanda di tengah banyaknya pesanan.

Toko kue AlMa itulah nama toko Mereka. Perpaduan Aluna dan Fatma, Nama yg bagus untuk dijadikan sebuah brand usaha. Mereka sudah akrab sejak pertama kali masuk kuliah. Aluna, gadis cerdas dan lembut. Dan Fatma, ia si gadis suara cempreng dan jail, ia anak orang kaya. Membantu usaha toko kue Aluna adalah pilihan Fatma sendiri. Semua modal usaha dari Fatma. Bagi Aluna, Fatma adalah sosok yang membuatnya, merasa masih ada orang yang menyayangi setelah ibunya pergi.

Dua jam lebih mereka sibuk membersihkan, Toko kue sudah terlihat rapi seperti semula. "Fatma, aku pulang duluan boleh?" tutur Aluna.

"Tumben minta izin, biasanya langsung menghilang!" ucap Fatma.

"Hahaha! Aku duluan ya," balas Aluna. Langsung mengambil tas dan melangkah keluar.

Lima belas menit kemudian Aluna telah tiba di kuburan ibunya. Ia berdiri lima menit, memandangi nisan. Air mata tak mampu tertahan, terus berjatuhan.

"Ibu, mengapa Ibu menjodohkanku dengannya? Aku ingin menikah dengan pangeran yang aku impikan. Kenapa harus dia yang tidak aku kenal?" lirih Aluna sambil duduk di pusara ibunya.

"Bagaimana hidupku setelah aku menikah nanti, Bu? Apakah dia bisa menyayangiku? Apakah dia bisa menjagaku? Ibu tahu, dari kecil aku tidak pernah mendapat kasih sayang dari Ayah. Bahkan melihat wajah Ayah saja, aku tidak pernah. Tahu siapa Ayah juga tidak, Bu. Aku tidak pernah mendapat kasih sayang dari lelaki! Apakah Ibu tega menjodohkan aku dengan lelaki yang mungkin saja setelah menikah, akan menyiksaku. Ini tidak adil, Ibu! Ini tidak adil!" Aluna terus saja terisak, "Mengapa Ibu tidak menyuruhku untuk memilih, dengan siapa aku ingin menetap? Mengapa seperti ini, Ibu? Aku ingin hidup bahagia, sampai kapan aku hidup seperti ini. Mengapa harus aku yang di uji seperti ini, Tuhan? Takdir ini tidak adil untukku! Aku menyerah! Sungguh! Aku tidak sanggup, ibu!" dengan suara terbata-bata Aluna terus meluapkan semua isi hati, seolah ibunya mendengarkan.

Tingg! bunyi chat handphone.

'Besok jam 10 kami akan menjemput anda di kontrakan, Pak Marfel meminta anda ke Rumah Sakit. Anda akan dinikahkan besok.'

Aluna terpaku membaca pesan pada layar benda yang di tangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status