Share

Bab 3 Kenangan Tentang Sindy

***

Aluna sedang berada di Kontrakan kecilnya. Setelah mendengar rekaman suara, Sejenak Aluna terdiam dan langsung menyimpan alat itu di tempat asalnya. Aluna langsung melangkah keluar ruangan tanpa mendengar sepatah kalimat yang keluar dari bibir Marfel. Wajah Marfel terlihat bingung untuk berucap, saat melihat respon Aluna.

Tidak peduli dengan suara lemah Marfel yang berusaha memanggilnya. Tidak peduli juga dengan orang suruhan Marfel yang menatapnya iba. Air mata tanpa pamit keluar dari kelopak mata, wajahnya sudah sangat kusut.

Sekarang Aluna sedang berdiam diri di depan foto ibunya, yang terpajang di dinding rumah. di raihnya foto yang saat ini sedang ia tatap, "mengapa ibu tega menjodohkan aku dengan lelaki yang tidak aku kenal? Apa Ibu tidak sayang aku? Mengapa Ibu tega? Bagaimana mungkin ini akan terjadi padaku, Ibu?" ucap Aluna sambil mengusap, foto ibu telah berada di pangkuannya, ia membiarkan air mata membasahi.

Aluna masih terus menangis. Hingga tersadar saat terdengar bunyi dering telepon.

"Hallo, Fat!" kata Aluna setelah mengangkat telepon. Sebelum mulai berbicara, ia berusaha menetralkan perasaan.

"Al, kamu tidak ke Toko Kue? Orderan lagi banyak. Kamu di mana? Masa iya, aku mengerjakan semuanya sendiri?" tutur Fatma dengan suara cemprengnya.

Aluna menarik napas. Tidak ingin Fatma tahu jika ia sedang menangis. "Iya, Fatma. Aku sekarang di Kontrakan. Tadi sesudah ujian aku langsung pulang, ingin mengambil cetakan kue yang aku beli kemarin."

"Baiklah! Kamu cepatan ke sini! Aku kewalahan jika kerja sendiri," ucap Fatma dengan terburu-buru

"Okey! Aku segera ke sana!" ujar Aluna, sambil menghapus air mata yang tersisa di pipi, "masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan. Aku tidak boleh menangis terlalu lama. Semangat, Aluna!" teriaknya menyemangati diri.

Di tempat berbeda, Zolan sedang berada di ruang kerjanya. Wajah ia hadapkan ke jendela membelakangi meja. Tadi ia izin ke Marfel untuk ke Kantor. Ada yang ingin ia urus dan akan kembali lagi ke Rumah Sakit.

"BRO!" Fahmi mengagetkan Zolan yang sedang melamun.

"Hemm," respon Zolan acuh, memandang ke depan. Masih ingin sendiri, satu jam lagi ia akan kembali ke Rumah Sakit.

"Kamu kenapa tadi, main pergi saja? Kamu tahu kan kita lagi rapat penting? Kerjasama kita hampir saja dibatalkan. Tetapi tenang, si ganteng dan cerdas ini bisa mengatasinya," tutur Fahmi sambil duduk di meja kerja Zolan.

Tidak ada respon dari orang yang di ajaknya berbicara. Zolan tidak menggubris cerita dari Fahmi. Ia justru berdiri dan keluar dari ruangan itu.

"Woiii! Mau ke mana kamu?" teriak Fahmi saat Zolan berdiri meninggalkanya. Ia langsung mengejar Zolan. Kaki panjang Zolan terlalu cepat melangkah.

Tidak memperdulikan panggilan Fahmi, Zolan segera menuju lift. Fahmi masih mengejarnya hingga parkiran.

"Besok kamu yang pimpin rapat!" perintah Zolan. Tanpa menunggu respon Fahmi, ia langsung pergi menggunakan mobil hitamnya.

"Kamu mau ke mana? ZOLAAN!" teriak Fahmi.

Zolan dan Fahmi memiliki hotel yang di rintis bersama. Selain sebagai CEO perusahaan milik ayahnya, Zolan juga memiliki beberapa usaha. Tiga puluh menit lagi Zolan akan kembali ke Rumah Sakit. Ia menggunakan waktunya untuk pergi ke tempat pertama kali bertemu kekasih hati yang sampai saat ini belum tergantikan.

Sekolah SMA Pelita Bunda, di situ lah ia pernah menjalin kisah asmara dengan gadis manis bernama Sindy. Seketika ingatannya melayang pada momen terindah delapan tahun lalu.

"Sayang aku tidak suka bakso. Kenapa pesanin aku bakso?" ucap Sindy dengan suara manja. Ia menunjukan wajah sedang kesal pada Zolan.

"Kamu harus suka bakso sayang, karena aku suka. Kamu tidak ingin mencoba makan makanan kesukaanku? Nanti kalau jadi istriku, kamu yang akan selalu masak makanan buat aku. Tidak mungkinkan, kamu masak tanpa mencicipinya? Hahaha," Zolan berkata sambil tertawa. Ia sudah tahu bahwa kekasihnya itu tidak suka bakso. Hanya saja Zolan ingin menjahili. Hal terindah bagi Zolan, membuat Sindy kesal.

"Kamu, ihhh," sambil cemberut mengambil mangkok bakso di hadapannya. Sindy pun terpaksa mengikuti perintah Zolan.

"Sayang, Sebentar lagi kita akan lulus. Aku ingin kuliah di sini saja," lanjut Sindy.

"Iya, sayang! Aku juga akan lanjut kuliah di sini. Kita akan tetap bersama. Kamu tahu kan aku tidak bisa jauh-jauh dari kamu," balas Zolan dengan wajah sok manja pada Sindy.

"Apaan sih! Di ajak bicara serius malah bercanda," kesal Sindy.

"HAHAHA!" tawa Zolan terbahak-bahak, mengerjai kekasihnya adalah sesuatu yang indah bagi Zolan.

Zolan sangat menyayangi Sindy. Gadis ini belum pernah sekalipun marah pada Zolan. Sifat manja dan lucu, membuat Zolan selalu rindu padanya. Selama sekolah mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Hingga sindy menghilang tanpa kabar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status