"Syad… itu apa yang kamu bawa?'Irsyad yang sedang fokus menyetir, sempat terdiam beberapa detik. Kedua tangannya menggenggam setir lebih erat. Ia tahu cepat atau lambat, Nur akan bertanya."Itu, Ma…"Irsyad menarik napas panjang, mencoba jujur. "Oleh-oleh buat Sandra. Aku beli lewat jastip. Barang-barang dari Paris."Nur menoleh, menatap wajah anaknya. "Jastip?"Irsyad mengangguk pelan. "Iya, Ma. Aku cuma ingin Sandra percaya ku keluar negeri seminggu untuk urusan pekerjaan. Makanya aku pesan barang-barang itu, supaya kelihatan nyata.'Nur terdiam cukup lama, lalu menghela napas panjang, dalam, berat."Ya Allah, Syad. Kamu sampai harus berbohong seperti itu?!"Irsyad menunduk sedikit, matanya redup. "Aku paling nggak suka bohong, Ma. Akan tetapi Sandra… kondisinya rapuh. Kalau aku jujur, aku takut dia makin kacau. Aku cuma pengen melindungi semua orang, Ma. Pengen Hana aman, pengen anakku aman, tapi aku juga nggak mau Sandra jatuh lagi."Nur menatap jalanan di depan, tapi pikirannya
Di teras rumah sederhana milik Bu Rum, suasana haru tak terelakkan. Hari itu, Irsyad dan Mama Nur harus kembali ke kota, meski hati mereka masih tertambat di desa tempat Hana tinggal.Mama Nur duduk sambil menggendong Ihsan, cucu kecilnya, erat sekali. Wajahnya basah oleh air mata, berkali-kali ia menunduk menciumi pipi dan kening bayi mungil itu seakan tak ingin melepas. Hana hanya bisa menunduk, menahan perasaan yang campur aduk antara sedih, pasrah, dan rela."Ma." suara Irsyad lirih, berusaha menenangkan ibunya, "kita harus berangkat sekarang."Mama Nur menggeleng pelan, suaranya bergetar, "Bagaimana mama bisa pergi, Syad…? Cucu ini masih kecil, ibunya pun tinggal jauh dari kita. Rasanya mama tak sanggup meninggalkan mereka di sini."Hana buru-buru meraih tangan mertuanya, mencium punggung tangan itu penuh takzim. "Mama jangan khawatir, insyaAllah Hana bisa menjaga Ihsan dengan baik. Mama juga jangan sedih, aku ingin Mama tenang di kota."Air mata Mama Nur semakin deras. Ia mengel
"Terima kasih, Hana. Memang tidak ada yang lebih baik darimu, istri yang selalu menuruti dan menyenangkan suami ya," ucap Irsyad lalu mencium kening Hana.Setelah cukup lama membujuk Hana, malamnya pun akhirnya Hana setuju untuk melakukan hubungan suami istri dengan Irsyad, tetapi Irsyad harus melakukan pelepasan di luar. Hana juga tak tega jika Irsyad harus menunggu sampai bulan depan, malam itu akhirnya menjadi puncak kemesraan mereka selama seminggu mereka bersama."Besok hari terkahir aku di sini, aku mau ke makam orang tuamu, boleh?" tanya Irsyad."Boleh, nanti kita sama-sama kesana," ucap Hana.Keesokan harinya.Pagi itu, udara desa masih segar. Kabut tipis menutupi jalan setapak yang dilalui Hana bersama Irsyad, Bu Nur, dan Bu Rum. Suasana hening, hanya suara dedaunan yang berbisik diterpa angin. Di tangan Hana ada sebungkus bunga tabur, sementara Bu Rum membawa kendi berisi air untuk menyiram pusara.Mereka berjalan menyusuri pematang, hingga akhirnya tiba di area pemakaman de
"Demi Allah, aku tidak seperti itu, Hana. Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" tanya Irsyad terkejut dengan ucapan Hana.Hana menghela nafas, menundukkan wajahnya mengingat awal pernikahan mereka. Irsyad begitu dingin, jangan kan untuk menyentuhnya, tidur sekamar pun tidak mau. "Dulu kamu begitu dingin dan enggan menyentuhku, lalu karena paksaan mbak Sandra kita melakukannya. Setelah itu pasti mbak Sandra sering nolak kamu, jadi kamu melampiaskan nya padaku," ucap Hana seraya memainkan kuku jarinya."Tidak seperti itu, Hana." ucap Irsyad, ia meraih tangan Hana dan menatap wajah istri keduanya dalam-dalam. "Saat awal pernikahan aku bersikap dingin karena aku belum terbiasa dengan kehadiran kamu, aku akui malam pertama kita terpaksa aku lakukan karena desakkan Sandra. Namun setelah itu ...."Ucapan Irsyad terhenti, hal itu membuat Hana menatap Irsyad dan mengerutkan keningnya. "Setelah itu?" tanya Hana."Di malam pertama kita aku merasakan hal yang belum pernah aku rasakan sebelumya
"Hana, bukankah lelaki ini sudah menyakiti kamu. Kenapa kamu malah mengizinkannya kembali kesini?!" tanya Hilman emosi."Mas Irsyad memang pernah berbuat salah, tapi aku memutuskan untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua untuknya," jawab Hana."Apa kamu tidak takut dilukai olehnya lagi?!" ucap Hilman dengan rasa kecewa bercampur khawatir."Jika dia melakukannya lagi, maka aku pastikan aku akan benar-benar hilang dari hidupnya. Sekarang melakukan semua ini demi anakku, Man." jawab Hana."Kalau kamu memikirkan anakmu, kenapa tidak cari ayah baru yang lebih baik saja untuknya?!" ucap Hilman membuat Irsyad dan Hana kompak melebarkan bola matanya.Belum sempat Hana atau Irsyad menjawab ucapan Hilman, tiba-tiba Bu Ratri datang dan menarik tangan Hilman dengan kencang hingga membuat Hilman terkejut."Ibu?!" "Kamu dari kota baru sampai desa ini, bukannya menemui ibu di rumah malah buat ribut di rumah orang. Malu-maluin aja!" ucap Ratri.Tanpa banyak bicara wanita paruh baya itu memb
"Harusnya aku yang bertanya, ada apa dengan perusahaan ini? Bagaimana cara kalian bekerja?! Aku menginvestasikan uang dalam jumlah besar, tapi progres perusahaan ini bukan maju malah mundur!" ucap lelaki tampan yang sudah lama menjadi investor perusahaan Sandra."Saat ini memang pemesanan berkurang, tapi kami sedang berusaha mengeluarkan produk-produk baru dan cara pemasaran baru agar pesanan kembali ramai," ucap Sandra."Aku tidak ingin mendengar alasan, dulu aku berinvestasi karena kalian menjanjikan bahwa produk kalian tidak pernah sepi pesanan. Sekarang kenyataanya apa? Kalau begini terus aku akan cabut investasi ku!" ucap Bayu.Sandra menelan saliva dan mengepalkan tangannya. Bayu adalah investor terbesar yang selama ini membuat keuangan perusahaan Sandra stabil, jika Bayu mencabut investasi nya bukan tidak mungkin para investor kecil lainnya mengikuti langkah Bayu. Jika itu terjadi maka perusahaanya akan bangkrut."Pak Bayu, tolong beri kami waktu setidaknya setengah tahun. Kami