"Kakaaaaaak!" Seru Alana begitu membuka pintu toko bunga.
"Kak Ayra" panggilnya lagi seraya berjalan menyusuri lorong mencari sang kakak. "Ya, ada apa?" Sahut Ayra yang berada di lorong kedua, ternyata dia tengah menyusun bunga-bunga. Sorot mata bahagia jelas terpancar dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna. "Aku diterima di Cullen Corp, Kak!" Serunya kembali lalu memeluk tubuh Ayra sambil sedikit melompat-lompat kegirangan. Ayra pun tak kalah senangnya dengan sang adik. Dia memeluk dan ikut melompat bersama. "Wah, Kakak senang sekali mendengarnya. Ini benar-benar kabar gembira dihari yang cerah" ucapnya. Keduanya melerai pelukan lalu saling menatap dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan. "Aku akan traktir Kakak makan siang, tapi nanti setelah aku mendapatkan gaji pertamaku" ucapnya. "Baiklah, Kakak akan menunggu satu bulan lagi agar bisa ditraktir oleh adikku ini, hm" jawabnya. Mereka pun tertawa bahagia. Sungguh, mungkin bagi Alana kebahagiaannya saat ini adalah Ayra, karena hanya Ayralah yang selalu mengerti dan memberikan kasih sayang padanya, dikala sang ibu tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian padanya. "Untuk siang ini, biarkan kakak yang akan mengajak kamu makan siang" kata Ayra dengan senyum lebarnya. "Wah, aku pun tidak akan menolaknya!" Jawabnya tentu dengan tawanya kembali. Kakak beradik ini pun menuju tempat makan yang tak jauh dari toko bunga Ayra, tempat dimana mereka sering makan siang bersama atau hanya sekedar menghilangkan kepenatan. Mereka sudah duduk di atas kursi sambil menunggu pesanan keduanya diantar. "Apa kamu sudah memberitahu Ibu?" Tanya Ayra meskipun dia tahu jawabannya. Alana menggelengkan kepalanya sambil tetap tersenyum. "Aku ingin memberitahu ibu secara langsung nanti di rumah" jawabnya. Ayra pun tersenyum mendengarnya. "Baiklah" Setelah makan siang dengan Ayra, Alana memutuskan membantu sang kakak di tokonya, dia akan pulang bersama kakaknya nanti, karena Erika pun masih berada di kantor, wanita paruh baya itu akan berada di rumah sore hari ini. Toko bunya Ayra cukup ramai hari ini. Alana sampai kewalahan melayani setiap customer yang datang. Memang toko bunga Ayra ini berada di kawasan yang strategis sehingga banyak pelanggan baru berdatangan. Pukul 16.00 waktunya tutup toko. Seharusnya tutup pukul 16.30, karena hari ini cukup ramai Ayra memutuskan tutup lebih awal. "Loh, ko sudah tutup, Kak?" Bingung Alana ketika melihat Ayra membalikan kata Open menjadi Closed yang tertempel di pintu. "Ramai sekali hari ini kamu pasti lelah juga kan, kakak pun merasa lelah. Lagi pula, kita harus tiba di rumah sebelum Ibu tiba, karena kabar gembira ini harus segera sampai pada Ibu" kata Ayra yang bersemangat kembali dan membuat Alana teringat akan dirinya yang ingin memberikan kabar bahagia ini kepada sang ibu. Mereka pun merapihkan toko, tak lupa mematikan lampu dan hanya menyalakan lampu depan toko saja. Ayra dan Alana bergegas menuju mobil Ayra terparkir. Tidak butuh waktu lama, kedua wanita ini pun tiba di pelantara rumah mewah sang ibu. "Sepertnya kita tiba lebih dulu dari pada ibu" kata Alana begitu melihat carpot masih kosong. "Tak apa, kita mandi dulu, mungkin Ibu sedikit pulang terlambat" jawab Ayra. Pukul 19.00 waktunya makan malam. Erika pun sudah ada di ruang makan. Ayra dan Alana baru saja turun bergabung bersama sang ibu di meja makan. "Loh, ibu sampai jam berapa tadi? Ayra kira ibu masih di kantor" kata Ayra yang merasa terkejut dengan adanya sang ibu di meja makan. Erika tersenyum hangat melihat putrinya tiba di ruang makan. "Ibu sampai setengah enam tadi, langsung ke kamar dan bersih-bersih, maaf tidak menyapa kamu ke kamar" jawabnya penuh kehangatan. Lantas Ayra tersenyum mendengarnya, "Tidak apa, Bu" jawabnya. Keluarga kecil ini mulai menyantap hidangan yang tersaji di atas meja. Semuanya menikmati hidangan makan malam ini dengan hening, hingga suara Erika mengintrupsi. "Bagaimana di toko hari ini, ramai?" Tanya Erika. Ayra dengan semangat menganggukan kepalanya. "Ramai sekali, Bu. Sampai kewalahan aku layanin customer, tapi untungnya ada Alana yang bantuin aku. Iya kan Alana?" Kata Ayra dengan bahagianya dia selalu menyebutkan Alana. "Ibu sudah bilang, carilah karyawan biar kamu ada yang bantuin di toko" "Hm, kalau untuk karyawan nanti saja dulu, aku belum terpikir ke arah sana, Bu" jawabnya. Memang sudah sering kali Erika katakan untuk segera merekrut pekerja agar Ayra tidak sendirian di toko, tapi selalu saja dia menolaknya dengan berbagai alasan. Bahkan Alana pun pernah mengatakan hal yang sama dan tetap saja Ayra tidak mendengarkan saran dari ibu dan adiknya itu. "Alana, bantu kakakmu di toko. Lagi pula kamu belum mendapatkan pekerjaan, melamar ke sana sini belum ada yang memintamu datang untuk interview kan!" Ucap Erika sedikit sinis dan memang selalu seperti itu. "Alana punya kabar gembira, Bu" kata Alana dengan senyumnya yang mengembang. Erika hanya menatap sesaat wajah Alana. Ayra memberikan kode dengan anggukan kepalanya agar Alana segera memberitahu sang ibu. "Aku sudah mendapatkan pekerjaan dan mulai besok aku sudah bekerja" ucapnya masih dengan senyum yang mengembang. "Baguslah, biar kamu sedikit ada usaha untuk hidup. Biar hidup kamu jelas" sinisnya dan itu sudah biasa bagi Alana. Namun kali ini Alana sedikit merasa kecewa karena bagi dia ini adalah kabar bahagia, setelah sekian lama dirinya mencari pekerjaan dan pada akhirnya dia mendapatkan pekerjaannya respon yang ibunya berikan seperti itu. "Bu!" Tegur Ayra, dia merasa sang ibu sudah kerterlaluan dengan segera Alana memegang tangan Ayra dan menggelengkan kepalanya. "Ibu sudah selesai" ucap Erika, lalu beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan meja makan. "Bu, bisakah ibu sedikit saja merasakan kebahagian yang sedang Alana rasakan. Alana adikku, Bu. Anak ibu juga" tegas Ayra karena respon yang Erika tunjukan membuat Alana merasa kecewa. Ayra bisa merasakannya dan terlihat jelas dari raut wajah sang adik. Erika menghentikan langkahnya dan terdiam mematung ditempat. Menolehkan sedikit kepalanya ke kanan lalu berkata. "Dia bukan anakku!" Singkatnya yang membuat Ayra shock mendengarnya. "Ibu!" Teriaknya karena Erika kembali melanjutkan langkahnya setelah mengucapkan kata-kata menyakitkan itu. "Kak!" Panggil Alana. Ayra pun membalikan badannya dan memeluk erat tubuh sang adik. "Maapkan ucapan Ibu tadi. Kamu adalah adik kakak, kamu adalah anak ibu" ucap Ayra menenangkan meskipun itu tidak bisa sepenuhnya menenangkan hati Alana. Alana mengangguk dalam pelukan Ayra dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk dan siap menetes kapan saja. Ayra melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah sang adik dan memberikan senyumannya. "Kamu adalah adik terbaik yang kakak miliki. Kamu punya kakak, apapun yang ibu katakan jangan kamu pikirkan. Kakak sangat bahagia memiliki adik sepertimu!"Malam hari di sebuah apartemen mewah dua pria sedang berbincang dengan sebuah dokumen di atas meja."Ini data yang lo minta" kata Arlo seraya menyodorkan sebuah dokumen ke atas meja.Arlo adalah asisten pribadi Shayne, jika berada di kantor, terlepas dari pekerjaan Arlo dan Shayne adalah teman dekat, mereka sudah berteman dari SMA. Arlo terlahir dari keluarga yang sederhana, selepas kuliah dia memasukan lamaran di Cullen dan perusahaan lainnya. Meskipun dua berteman dengan Shayne tetapi dirinya tidak mau mengandalkan koneksi dengan temannya itu. Dia ingin mencari pekerjaan dari hasilnya sendiri tanpa melibatkan orang dalam.Setelah menunggu beberapa minggu Arlo mendapatkan panggilan interview dari dua perusahaan dan salah satunya dari Cullen. Di perusahaan sebelumnya Arlo diterima sebagai Manager, namun dirinya memilih untuk bekerja di Cullen sebagai kepala divisi, dia ingin memulai dari bawah tidak ingin langsung memiliki jabatan tinggi karena dia belum memiliki pengalaman banyak.Se
Sudah hampir 2 minggu John menjadi OB di Cullen, dia sudah mengetahui bagaimana pekerjaan OB dan juga karyawan lainnya. John sendiri adalah nama samaran yang Shayne gunakan agar identitas aslinya tidak diketahui oleh orang-orang di Cullen.Shayne Rafan Cullen dia adalah pewaris tunggal Cullen Corp. Pria tampan dengan tinggi 182cm ini baru saja menyelesaikan studinya di London. Sebelum dirinya mewarisi kursi CEO, dia ingin mengetahui secara langsung bagaimana para karyawannya bekerja, dia ingin turun langsung untuk memastikan kinerja karyawannya.Karena jika dia langsung menjabat sebagai CEO, maka semuanya akan bersikap manis padanya, semuanya akan terlihat normal dan patuh. Seperti saat ini, dia dan Dion akan menuju lantai 15 dan kali keduanya bukan hanya membawa pembersih kaca dan meja saja, tetapi alat pel beserta ember dan juga beberapa peralatan lainnya yang jika menaiki tangga akan terasa repot membawanya."Ngapain kita berdiri di sini, John. Kalau ketahuan Ibu Monika bisa habis
"Hai nona, butuh supir untuk antar pulang?" Tanya seorang pria yang sudah berdiri disamping Alana.Alana menolehkan kepalanya melihat si pemilik suara, namun wanita ini sama sekali tidak terkejut, nampaknya dia sudah mengetahui siapa pemilik suara ini."Dengan senang hati tuan Ezra!" Jawabnya.Saat ini Alana tengah berada di halte bus dekat kantornya. Dia sedang menunggu bus untuk mengantarkannya pulang.Ezra mengembuskan nafasnya kasar, dia merasa kesal karena tidak bisa mengejutkan sahabatnya ini."Ayolah, Al, susah sekali membuatmu terkejut" protesnya.Alana hanya tersenyum manis mendengarnya. Bagaimana tidak kesal, setiap kali Ezra ingin membuat kejutan untuk Alana, wanita itu akan selalu mengetahuinya. Hanya dari suara Ezra saja Alana sudah bisa mengenalinya."Lain kali aku akan berpura-pura terkejut, tuan" candanya."Ah, sudahlah. Ayo, masuk mobil" ajak Ezra.Tanpa basa basi Alana segera berjalan dan membuka pintu mobil, dia pun segera masuk ke dalam disusul oleh Ezra.Mobil hit
Hari pertama Alana memulai aktifitas barunya sebagai karyawan di Cullen Corp. Mengenakan celana panjang navy, blouse putih dan outer berwarna senada dengan celana."Semangat, kamu pasti bisa!" Ucap Ayra.Ya, di hari pertamanya ini Alana diantarkan oleh Ayra. Bukan Alana yang meminta, tetapi Ayralah yang memaksa untuk mengantarkan.Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskanya kembali. Mengangkat kedua tanganya dengan jari-jari yang dikepal. "Semangat!" "Aku turun ya, Kak. Dan kakak hati-hati di jalan!" Pesan Alana."Siap!" Jawabnya.Alana melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi ini. Dia tersenyum pada karyawan lain yang sepertinya mereka pun baru tiba. Wanita cantik ini memang terbilang ramah dan sopan.Memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dimana tim marketing bekerja. Alana tiba di lantai tujuannya, kini dia merasa bingung karena harus mencari kubikelnya."Hai, kamu Alana?" Tanya seorang wanita yang ntah dari mana asalnya ini.Alana tersenyum den
"Kakaaaaaak!" Seru Alana begitu membuka pintu toko bunga."Kak Ayra" panggilnya lagi seraya berjalan menyusuri lorong mencari sang kakak."Ya, ada apa?" Sahut Ayra yang berada di lorong kedua, ternyata dia tengah menyusun bunga-bunga.Sorot mata bahagia jelas terpancar dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna."Aku diterima di Cullen Corp, Kak!" Serunya kembali lalu memeluk tubuh Ayra sambil sedikit melompat-lompat kegirangan.Ayra pun tak kalah senangnya dengan sang adik. Dia memeluk dan ikut melompat bersama."Wah, Kakak senang sekali mendengarnya. Ini benar-benar kabar gembira dihari yang cerah" ucapnya.Keduanya melerai pelukan lalu saling menatap dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan."Aku akan traktir Kakak makan siang, tapi nanti setelah aku mendapatkan gaji pertamaku" ucapnya."Baiklah, Kakak akan menunggu satu bulan lagi agar bisa ditraktir oleh adikku ini, hm" jawabnya.Mereka pun tertawa bahagia. Sungguh, mungkin bagi Alana kebahagiaannya saat ini adalah Ayra, k