Teilen

Bab 2

last update Zuletzt aktualisiert: 08.08.2025 11:59:20

Hari pertama Alana memulai aktifitas barunya sebagai karyawan di Cullen Corp. Mengenakan celana panjang navy, blouse putih dan outer berwarna senada dengan celana.

"Semangat, kamu pasti bisa!" Ucap Ayra.

Ya, di hari pertamanya ini Alana diantarkan oleh Ayra. Bukan Alana yang meminta, tetapi Ayralah yang memaksa untuk mengantarkan.

Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskanya kembali. Mengangkat kedua tanganya dengan jari-jari yang dikepal. "Semangat!"

"Aku turun ya, Kak. Dan kakak hati-hati di jalan!" Pesan Alana.

"Siap!" Jawabnya.

Alana melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi ini. Dia tersenyum pada karyawan lain yang sepertinya mereka pun baru tiba. Wanita cantik ini memang terbilang ramah dan sopan.

Memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dimana tim marketing bekerja. Alana tiba di lantai tujuannya, kini dia merasa bingung karena harus mencari kubikelnya.

"Hai, kamu Alana?" Tanya seorang wanita yang ntah dari mana asalnya ini.

Alana tersenyum dengan kepala yang dianggukkan.

"Aku Clara" ucapnya seraya menjulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Alana.

"Ayok, kubikel kamu ada di samping aku" lanjutnya seraya berjalan dan diikuti oleh Alana.

"Ini meja kamu" tunjuknya pada meja yang berada di samping kanan Clara.

"Terimakasih, Clara. Aku sedikit bingung mencarinya tadi"

Clara tersenyum. "It's ok. Kalau kamu merasa bingung jangan sungkan tanyakan saja padaku, ok!" ucapan Clara membuat Alana merasa hangat, karena di tempat baru ini dia bisa bertemu dengan seseorang yang asing namun terasa begitu nyaman.

Clara mengenal Alana dari Bu Loren. Beliau adalah ketua tim marketing. Dia sudah memberitahu Clara mengenai karyawan baru yang tak lain adalah Alana.

"Thank's, Clara!"

Clara mengacungkan ibu jarinya seraya mengedipkan satu matanya.

Sementara itu di ruangan berbeda ada karyawan baru pula seperti Alana, hanya saja berbeda jabatan.

"Kamu John karyawan magang kan?" Tanya kepala OB.

"Iya, Pak"

"Saya akan terangkan bagaimana pekerjaan OB, dengarkan baik-baik" kata kepala OB Pak Rian.

Pak Rian menjelaskan bagaimana pekerjaan OB kepada John, mulai dari pagi hari apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu, lalu siang hingga sore hari apa saja yang harus para OB kerjakan.

"Saat siang hari menjelang istirahat, kamu coba tanyakan pada para karyawan di lantai tempat kamu bekerja nanti mereka ingin makan siang apa. Biasanya mereka meminta kita untuk membelikan makan siang dan nanti kalau kamu beruntung mereka akan memberikan tips untuk kamu. Sekalian kamu pun beli makan siang untukmu, jangan hanya kamu belikan untuk para karyawan saja. Karena kita bekerja menggunakan tenaga, jadi jangan sampai kamu menahan lapar karena itu tidak baik untuk kesehatan. Bisa dimengerti, John?" Tanya Pak Rian memastikan.

Terlihat dari ucapannya sepertinya Pak Rian ini tipe penanggung jawab yang bertanggung jawab, tidak semena-mena terhadap bawahannya. Tetapi, masih tetap harus dipantau bagaimana kinerja pria paruh baya ini.

John menganggukan kepalanya tanda dia mengerti atas apa yang atasannya ini jelaskan. "Siap, saya mengerti, Pak!"

Pak Rian mengangguk-anggukan kepalanya. "Bagus, kalau begitu kerjakan pekerjaan pagi ini dengan benar" sambungnya.

"Dion, Dion!" Panggil Pak Rian.

"Iya, Pak" sahutnya.

"Ini Dion, dia teman kamu hari ini di lantai 15. Dion, hari ini kamu bersama John dia OB baru, jadi sekalian kamu kasih tahu dia" titah Pak Rian.

Dion menatap sekilas pada John lalu menganggukan kepalanya.

"Ayok!" Ajak Dion lalu diikuti oleh John.

Kedua pria yang terlihat seumuran ini berjalan menuju tangga darurat. Namun tiba-tiba John menghentikan langkahnya kala melihat Dion membuka pintu tangga darurat.

"Kita mau ke lantai 15 kan?" Tanya John yang membuat langkah Dion terhenti lalu membalikan badannya.

"Iya" jawabnya nampak tak bersemangat.

"Lalu, kenapa kita masuk ke tangga darurat?" Tanyanya kembali.

Dion menarik nafasnya sejenak lalu menghembuskannya kembali. "Lo berharap kita naik lift?" Tunjuk Dion pada lift yang tampak terlihat sepi.

John pun mengangguk. "Ya, gunanya lift untuk mengantarkan kita ke lantai atas kan?"

Gelengan kepala, Dion tunjukan. "Kita sebagai OB, jika mau naik ke lantai atas meskipun itu lantai CEO paling atas, ya, kita harus melalui tangga darurat ini. Tidak ada OB yang masuk lift dengan enaknya tinggal pencet-pencet dan tring sampai di lantai tujuan" jelas Dion yang membuat kening John mengkerut.

"Aturan dari mana itu?" Tanya John yang sedikit merasa kesal.

"Aturan dari ataslah" sahut Dion. Memang benar dari atas hanya saja John sedikit masih belum bisa mencernanya.

"Maksudnya, Presiden Direktur pemilik perusahaan ini, Pak Harist?"

Lagi-lagi Dion menggelengkan kepalanya. "Bukan"

"Lalu siapa?"

"Manager perusahaan ini" jawab Dion, "nanti gue tujukin orangnya kalau ketemu, kebetulan kita akan ke lantai 15, biasanya dia ada di sana"

"Manager perusahaan di lantai 15. Ngapain dia, bukankah ruangan manager ada di lantai 18?" Heran John.

Namun Dion yang lebih merasa heran. "Bagaimana lo tahu kalau Manager ada di lantai 18?" Bingung Dion karena John karyawan baru di sini.

John sedikit kebingungan untuk menjawab pertanyaan Dion. "Em, itu apa tadi gue dikasih tahu Pak Rian ruangan para petinggi di kantor ini ada di lantai mana aja" alibinya dan tentu saja Dion percaya dengan hal itu.

"Oh begitu. Ya udah, ayok kita cepat naik, biar cepat selesai pekerjaan pagi ini" ajak Dion.

John memejamkan matanya sesaat lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Orang gila mana yang membuat aturan payah ini. Membawa ember, sapu, pel-an dan masih harus naik tangga!" Gerutunya namun dia tetap menaiki setiap anak tangga yang ada.

"Lantai 15 masih di ujung langit kalau lewat tangga gini!" Gumamnya.

**

"Alana, proposal yang Bu Loren minta sudah selesai?" Tanya Clara.

"Sedikit lagi"

"Ok, jangan sampai kamu telat kirim emailnya, meskipun baik tetapi jika soal pekerjaan Bu Loren akan sangat tegas sekali" kata Clara memberitahu Alana sifat Bu Loren agar teman barunya ini tidak terkena semprot oleh sang penanggung jawab tim marketing.

Mereka kembali disibukan dengan pekerjaan masing-masing, tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 11.45 dan itu sudah mendekati waktu istirahat makan siang.

"Mau makan apa?" Tanya Clara kembali.

"Enaknya makan apa ya?" Tanya kembali Alana, karena jujur saja dia masih merasa bingung untuk makan siang dengan apa, ini tempat baru untuknya.

"Em, kamu suka soto?" Tanya Clara dan diangguki oleh Alana.

"Bagaimana kalau kita makan soto saja. Sepertinya segar" saran Clara.

"Boleh juga. Jadi, beli dimana?"

"Kita minta tolong OB untuk belikan. Sebentar lagi ada yang kesini, jadi kerjakan saja pekerjaan kamu yang belum selesai selagi menunggu makanan nanti"

"Oh, baiklah" jawab Alana dengan anggukan kepalanya.

Lies dieses Buch weiterhin kostenlos
Code scannen, um die App herunterzuladen

Aktuellstes Kapitel

  • Luka Cinta   Bab 5

    Malam hari di sebuah apartemen mewah dua pria sedang berbincang dengan sebuah dokumen di atas meja."Ini data yang lo minta" kata Arlo seraya menyodorkan sebuah dokumen ke atas meja.Arlo adalah asisten pribadi Shayne, jika berada di kantor, terlepas dari pekerjaan Arlo dan Shayne adalah teman dekat, mereka sudah berteman dari SMA. Arlo terlahir dari keluarga yang sederhana, selepas kuliah dia memasukan lamaran di Cullen dan perusahaan lainnya. Meskipun dua berteman dengan Shayne tetapi dirinya tidak mau mengandalkan koneksi dengan temannya itu. Dia ingin mencari pekerjaan dari hasilnya sendiri tanpa melibatkan orang dalam.Setelah menunggu beberapa minggu Arlo mendapatkan panggilan interview dari dua perusahaan dan salah satunya dari Cullen. Di perusahaan sebelumnya Arlo diterima sebagai Manager, namun dirinya memilih untuk bekerja di Cullen sebagai kepala divisi, dia ingin memulai dari bawah tidak ingin langsung memiliki jabatan tinggi karena dia belum memiliki pengalaman banyak.Se

  • Luka Cinta   Bab 4

    Sudah hampir 2 minggu John menjadi OB di Cullen, dia sudah mengetahui bagaimana pekerjaan OB dan juga karyawan lainnya. John sendiri adalah nama samaran yang Shayne gunakan agar identitas aslinya tidak diketahui oleh orang-orang di Cullen.Shayne Rafan Cullen dia adalah pewaris tunggal Cullen Corp. Pria tampan dengan tinggi 182cm ini baru saja menyelesaikan studinya di London. Sebelum dirinya mewarisi kursi CEO, dia ingin mengetahui secara langsung bagaimana para karyawannya bekerja, dia ingin turun langsung untuk memastikan kinerja karyawannya.Karena jika dia langsung menjabat sebagai CEO, maka semuanya akan bersikap manis padanya, semuanya akan terlihat normal dan patuh. Seperti saat ini, dia dan Dion akan menuju lantai 15 dan kali keduanya bukan hanya membawa pembersih kaca dan meja saja, tetapi alat pel beserta ember dan juga beberapa peralatan lainnya yang jika menaiki tangga akan terasa repot membawanya."Ngapain kita berdiri di sini, John. Kalau ketahuan Ibu Monika bisa habis

  • Luka Cinta   Bab 3

    "Hai nona, butuh supir untuk antar pulang?" Tanya seorang pria yang sudah berdiri disamping Alana.Alana menolehkan kepalanya melihat si pemilik suara, namun wanita ini sama sekali tidak terkejut, nampaknya dia sudah mengetahui siapa pemilik suara ini."Dengan senang hati tuan Ezra!" Jawabnya.Saat ini Alana tengah berada di halte bus dekat kantornya. Dia sedang menunggu bus untuk mengantarkannya pulang.Ezra mengembuskan nafasnya kasar, dia merasa kesal karena tidak bisa mengejutkan sahabatnya ini."Ayolah, Al, susah sekali membuatmu terkejut" protesnya.Alana hanya tersenyum manis mendengarnya. Bagaimana tidak kesal, setiap kali Ezra ingin membuat kejutan untuk Alana, wanita itu akan selalu mengetahuinya. Hanya dari suara Ezra saja Alana sudah bisa mengenalinya."Lain kali aku akan berpura-pura terkejut, tuan" candanya."Ah, sudahlah. Ayo, masuk mobil" ajak Ezra.Tanpa basa basi Alana segera berjalan dan membuka pintu mobil, dia pun segera masuk ke dalam disusul oleh Ezra.Mobil hit

  • Luka Cinta   Bab 2

    Hari pertama Alana memulai aktifitas barunya sebagai karyawan di Cullen Corp. Mengenakan celana panjang navy, blouse putih dan outer berwarna senada dengan celana."Semangat, kamu pasti bisa!" Ucap Ayra.Ya, di hari pertamanya ini Alana diantarkan oleh Ayra. Bukan Alana yang meminta, tetapi Ayralah yang memaksa untuk mengantarkan.Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskanya kembali. Mengangkat kedua tanganya dengan jari-jari yang dikepal. "Semangat!" "Aku turun ya, Kak. Dan kakak hati-hati di jalan!" Pesan Alana."Siap!" Jawabnya.Alana melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi ini. Dia tersenyum pada karyawan lain yang sepertinya mereka pun baru tiba. Wanita cantik ini memang terbilang ramah dan sopan.Memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dimana tim marketing bekerja. Alana tiba di lantai tujuannya, kini dia merasa bingung karena harus mencari kubikelnya."Hai, kamu Alana?" Tanya seorang wanita yang ntah dari mana asalnya ini.Alana tersenyum den

  • Luka Cinta   Bab 1

    "Kakaaaaaak!" Seru Alana begitu membuka pintu toko bunga."Kak Ayra" panggilnya lagi seraya berjalan menyusuri lorong mencari sang kakak."Ya, ada apa?" Sahut Ayra yang berada di lorong kedua, ternyata dia tengah menyusun bunga-bunga.Sorot mata bahagia jelas terpancar dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna."Aku diterima di Cullen Corp, Kak!" Serunya kembali lalu memeluk tubuh Ayra sambil sedikit melompat-lompat kegirangan.Ayra pun tak kalah senangnya dengan sang adik. Dia memeluk dan ikut melompat bersama."Wah, Kakak senang sekali mendengarnya. Ini benar-benar kabar gembira dihari yang cerah" ucapnya.Keduanya melerai pelukan lalu saling menatap dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan."Aku akan traktir Kakak makan siang, tapi nanti setelah aku mendapatkan gaji pertamaku" ucapnya."Baiklah, Kakak akan menunggu satu bulan lagi agar bisa ditraktir oleh adikku ini, hm" jawabnya.Mereka pun tertawa bahagia. Sungguh, mungkin bagi Alana kebahagiaannya saat ini adalah Ayra, k

Weitere Kapitel
Entdecke und lies gute Romane kostenlos
Kostenloser Zugriff auf zahlreiche Romane in der GoodNovel-App. Lade deine Lieblingsbücher herunter und lies jederzeit und überall.
Bücher in der App kostenlos lesen
CODE SCANNEN, UM IN DER APP ZU LESEN
DMCA.com Protection Status