Home / Rumah Tangga / Luka Dalam Pernikahan / Bab 3. Bisakah Kita Kembali Seperti Dulu? 

Share

Bab 3. Bisakah Kita Kembali Seperti Dulu? 

last update Last Updated: 2024-11-27 00:39:56

“Apa kabar, Arkan? Lama nggak ketemu.” 

Arkan yang sejak tadi diam, tersentak mendengar suara yang sudah lama tak dia dengar. Manik matanya menatap ke arah wanita yang ada di hadapannya. Rambut lurus panjang. Bibirnya tampak seksi dengan lipstik merah yang membuatnya semakin memesona. Riasan make up tidak terlalu tebal, tapi tetap sangat cantik. Hal yang membuat Arkan hanya ingin menikmati keindahan yang ada di hadapannya. 

Arkan mengembuskan napas panjang, berusaha mengatur perasaan dalam dirinya. Dia ingin menyangkal sosok yang dia lihat ini, tapi semua itu tidak mungkin. Apa yang dia lihat ini nyata, tidak salah sama sekali. 

“Jadi, kamu yang menjadi model di sini?” balas Arkan, tak mengindahkan pertanyaan wanita bernama Reva. 

Reva mengangguk, dan mengulaskan senyuman terbaiknya. “Aku senang kita bertemu lagi, Arkan.” 

Hening. Suasana kembali sunyi saat keduanya mulai diam dan tidak membuka percakapan sama sekali. Keduanya juga tampak canggung karena sudah lama tidak bertemu. Arkan masih menenangkan degup jantung yang tidak karuan karena kehadiran Reva. Sementara Reva bingung harus memulai darimana. 

“Pak Arkan, Mbak Reva mau pemotretan,” ucap salah satu pegawai secara sopan pada Arkan. 

Arkan yang ditegur pegawainya langsung menyadari bahwa dia dan Reva tak bisa lama berbasa-basi. “Silakan, kalian lanjutkan.” 

“Kalau begitu, ayo Mbak kita mulai,” ucap sang pegawai pada Reva. 

Reva tersenyum menatap Arkan. “Aku pemotretan dulu, ya?” 

Reva hendak pergi, tapi tiba-tiba lengannya ditahan oleh Arkan. 

“Setelah selesai pemotretan, kamu ada acara?” tanya Arkan to the point. 

Reva semakin tersenyum mendengar pertanyaan Arkan. “Nggak ada. Apa kamu mau ngajak aku pergi?” jawabnya yang juga to the point. 

Arkan mengangguk. “Ya, kalau kamu nggak keberatan.” 

Reva menggeleng pelan. “Aku nggak keberatan sama sekali. Aku malah senang. Kamu tunggu aku di luar saja. Aku akan segera menemuimu kalau pemotretanku sudah selesai.” 

Arkan mengangguk setuju. Dia melangkah keluar dari ruangan tersebut dan menunggu di depan. Bahkan Arkan tidak segan menyuruh sang sekretaris yang biasa menemani untuk pergi. 

Sepuluh menit berselang. Arkan yang mulai tidak sabar mulai bangkit. Dia ingin sekali masuk dan menarik Reva agar keluar, tetapi dia khawatir kalau nantinya Reva akan mengalami masalah. Dia tak ingin sampai orang yang begitu dia pedulikan terkena masalah. 

Ya, Arkan sangat peduli pada Reva yang merupakan mantan kekasihnya. Wanita itu memang pergi meninggalkan dirinya, tetapi Arkan tidak menyalahkan sama sekali. Dia bahkan sampai depresi karena kehilangan Reva. Sampai dia berakhir tragis karena harus menikah dengan Andine. Padahal awalnya dia menerima perjodohan itu karena ingin melupakan Reva, tetapi nyatanya hal itu tidak berhasil. Hatinya masih terpaut dengan wanita yang meninggalkannya tanpa kabar.

“Arkan.”

Arkan menatap ke asal suara. Dia tersenyum manis saat mendapati Reva sudah ada di depannya. Jantungnya kembali berdegup keras saat wanita itu mendekat dan berhenti di dekatnya. Perasaan yang sama dengan getar yang tidak berubah.

“Kita jadi minum kopi bersama?” tanya Reva. Bibirnya tidak berhenti menunjukkan senyum manis.

Arkan mengangguk dan berkata, “Aku bawa kamu ke restoran langgananku.”

***

Andine menatap foto pernikahannya lekat. Di sana, dia tersenyum bahagia bersama sang suami yang saat itu sedang mendekapnya erat. Terlihat tidak akan ada masalah di dalamnya. Saat perjodohan terjadi, Andine diperlakukan dengan cukup baik oleh keluarga Arkan, tetapi setelah menikah, semua berbanding terbalik. 

Sang mertua sering sekali melontarkan ucapan pedas yang membuatnya sakit hati. Bahkan, ucapan pagi tadi masih membekas di hati, membuatnya meneteskan air mata. Namun, dia sadar kenapa alasan mertuanya melontarkan kalimat pedas padanya. Semua bermula karena dirinya yang sakit kista, membuatnya kesulitan mendapatkan keturunan. 

Andine mendongakkan kepala, menatap ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Seharusnya sebentar lagi sang suami akan pulang. Dia mulai bangkit dan menuju ke arah dapur. 

Andine mengeluarkan bahan-bahan di kulkas dan mulai menyiapkan apa saja yang akan dimasak untuk makan malam. Sejenak, dia ingin menyingkirkan perasaan sakit dan fokus dengan tugasnya. Dia akan mengatakan semua yang dirasakan dengan sang suami saat pria itu kembali. 

Andine yakin, Arkan akan mendengarkannya. Meski sebelumnya pria itu tidak mengangkat panggilannya, tetapi dia yakin semua karena Arkan sibuk. Ya, kalimat itu yang selalu diyakinnya agar memiliki kekuatan untuk menjalani kehidupan rumah tangganya.

Andine mengusap air mata yang kembali membasahi pipi. Sesekali, dia mendongakkan kepala, menatap ke arah langit rumah agar air matanya tidak jatuh. Sekuat tenaga, dia ingin menyimpan lukanya saat ini.

Sementara di tempat lain, Arkan duduk berhadapan dengan Reva. Manik matanya tidak beralih sama sekali. Dalam hati, dia terus memuji wanita di hadapannya. Sungguh ciptaan Tuhan yang begitu indah.

“Arkan, kenapa kamu diam saja?” tanya Reva dengan senyum canggung. Wajahnya memerah karena Arkan yang terus menatapnya.

Arkan yang ditanya menggelengkan kepala sembari berkata, “Tidak apa.” Padahal jelas-jelas dia mengagumi wanita di hadapannya.

Hening. Suasana kembali tenang. Arkan dan Reva tidak lagi mengatakan sesuatu. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Reva.”  

“Arkan.”

Arkan dan Reva memanggil di waktu yang sama. Keduanya langsung tertawa kecil menyadari kedekatan keduanya yang masih sama. Pasalnya sudah lama mereka tidak bertemu. Perpisahan mereka tidak dengan cara yang baik-baik.

“Kamu duluan saja, Reva,” kata Arkan hangat. 

Reva menarik napas dalam dan membuang perlahan. “Sebenarnya aku malu untuk mengatakan ini, Arkan. Tapi aku benar-benar merasa tidak tenang sebelum mengatakannya. Setiap malam aku merasa bersalah. Aku minta maaf untuk semua kesalahan yang aku lakukan dulu. Aku meninggalkanmu tanpa mengatakan apa pun. Aku tahu itu salah, tapi aku tidak ada pilihan lain. Aku harus mengejar mimpiku menjadi bintang.”

Arkan yang mendengar permintaan maaf itu terdiam sejenak. Manik matanya menatap dalam, menemukan penyesalan dari sorot mana Reva. Sebelah tangannya beralih, menggenggam jemari wanita di hadapannya dan mengangguk perlahan.

“Tidak masalah. Semua sudah berlalu dan sekarang kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau. Kamu menjadi bintang yang begitu bersinar. Kamu memiliki banyak sekali job dan aku yakin banyak pria yang mendekati kamu,” jawab Arkan tenang. 

“Tapi, aku merasa tidak ada yang cocok, Arkan. Aku hanya merasa kalau bersama kamu aku merasa nyaman,” ungkap Reva jujur. 

Seketika, Arkan langsung terdiam. Kedua matanya melebar penuh rasa terkejut, sekaligus tidak menyangka Reva akan mengatakan hal tersebut padanya. Detak jantungnya kembali berdetak tak karuan. Pikirannya benar-benar tak bisa berikir jernih. Hingga sentuhan di punggung tangan terasa, membuat Arkan tersentak kaget.

“Arkan, apa masih ada kesempatan untuk kita bersama lagi?” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 55. Reva yang menghasut Arkan 

    Arkan tak bisa tenang memikirkan perkataan Dimas. Pria tampan itu sejak tadi mengumpat kesal, karena Dimas terlalu ingin ikut campur dalam urusannya. Jika saja Dimas tak ikut campur, maka dia tidak akan seperti ini. Tatapan Arkan teralih pada foto pernikahannya dengan Andine di atas meja. Dia meraih bingkai foto itu, dan menatap penuh arti foto itu. Rasa kesal semakin timbul di dalam dirinya. Dia segera menyimpan foto itu ke dalam laci meja kerjanya. “Kenapa harus mikirin ucapan Dimas?” gerutu Arkan kesal pada dirinya sendiri. Tanpa mau lagi berpikir lebih, Arkan memutuskan bangkit berdiri seraya menyambar kunci mobil dan ponselnya. Lantas, dia hendak meninggalkan ruang kerjanya, tetapi seketika langkahnya terhenti di kala ada yang menerobos masuk ke dalam ruang kerjanya. “Pak, maaf, Bu Reva maksa masuk,” ucap sang sekretaris buru-buru, dengan nada panik. Hal yang membuatnya ketakutan adalah karena tadi tepat di kala Dimas pergi, Arkan berpesan padanya agar tidak membiarkan orang

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 54. Rencana Jahat yang Mendapatkan Dukungan 

    Arkan duduk di kursi kebesarannya seraya membubuhkan tanda tangan yang diberikan oleh asisten pribadinya. Banyak project baru membuatnya harus berhati-hati dalam membaca laporan yang diberikan oleh asistennya itu. Sebab, jika salah langkah sedikit, maka semua akan kacau. “Laporan sudah selesai aku tanda tangani. Kau boleh selesaikan pekerjaanmu yang lain,” ucap Arkan dingin, seraya menyerahkan dokumen di tangannya pada sang asisten. “Baik, Pak. Saya permisi.” Sang asisten menundukkan kepala, lalu pamit undur diri dari hadapan Arkan. Arkan menyandarkan punggungnya seraya memejamkan mata singkat. Umpatan pelan lolos di bibirnya. Pria itu kesal pada diri sendiri yang belakangan ini memikirkan Andine. Entah, dia tak mengerti ada apa dengan dirinya sendiri. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, Arkan langsung berdecak tak suka. Padahal dia sudah mengatakan pada sang asisten untuk tidak mengganggunya. Namun, masih saja ada yang mengganggunya. “Masuk!” seru Arkan memberikan perintah

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 53. Kamu Kenapa, Andine?

    Andine sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Beruntung dokter kandungan mengizinkannya. Sungguh, dia tak tahu bagaimana jadinya kalau sampai dokter kandungan tak mengizinkannya pulang. Jika dirinya berada di rumah sakit, maka pasti Arkan akan tahu tentang kondisi yang menimpa dirinya. Andine masih belum ingin menceritakan pada Arkan tentang kehamilannya. Wanita cantik itu ingin tetap merahasiakan lebih dulu. Bukan tak ingin bercerita, tetapi karena dirinya masih memilih untuk merahasiakan semua ini untuk sementara waktu. Andine bersyukur dirinya mendapatkan pertolongan dari Dimas. Dia tak tahu bagaimana dirinya jika tidak ada Dimas yang membantunya. Bukan hanya membantu saja, tetapi Dimas juga merahasiakan kehamilannya sesuai apa yang diinginkannya. Malam itu, Andine berkutat di dapur membuatkan makanan untuk dirinya dan Arkan. Dia tak terlalu banyak memasak, karena takut kelelahan. Menu makanan hanya sederhana. Cukup tiga menu saja, itu pun belum tentu Arkan akan maka

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 52. Hasutan dari Reva 

    Reva bersembunyi di balik dinding, melihat Dimas yang kini melangkah. Hatinya mulai merasakan penasaran luar biasa. Detik itu juga, yang dilakukannya mengikuti Dimas, mengawasi dari kejauhan agar Dimas tak melihat keberadaannya. Namun, seketika raut wajah Reva berubah melihat Dimas masuk ke dalam ruang dokter kandungan. Kening wanita itu mengerut dalam, penasaran dalam dirinya semakin menjadi, menimbulkan kebingungan yang melanda. “Kenapa Dimas ke dokter kandungan?” gumam Reva bingung. Beberapa menit Reva tetap memilih menunggu di balik dinding, dia ingin menunggu sampai Dimas keluar dari ruang dokter kandungan. Hatinya benar-benar menjadi penasaran. Jika Dimas mememui dokter umum, maka dia tidak akan mungkin sampai menunggu Dimas seperti ini. Tak selang lama, Reva melihat Dimas keluar dari ruang dokter. Buru-buru, dia semakin bersembunyi, agar tidak ketahuan Dimas. Dia tak mau sampai Dimas melihat dirinya. “Pak, kondisi Bu Andine sebenarnya kurang baik. Kandungannya lemah. Teka

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 51. Kehamilan Andine 

    Reva mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Kedua tangannya memegang kemudi dengan erat, membuat otot di tangannya tercetak dengan jelas. Emosinya juga meningkat saat tadi Arkan yang awalnya ingin istirahat di rumahnya, malah memilih untuk pergi, dan dia yakin besar kemungkinan Arkan pulang ke rumah bukan ke kantor. Reva masih menatap jalanan dengan tatapan dingin, dan tersirat memancarkan emosi yang berkobar di dalam diri. Sungguh, dia ingin sekali memberi tahu Andine, tentang hubungannya dengan Arkan, tetapi semua itu tidak akan bisa dia lakukan. Bukan karena takut, tapi karena dia tak ingin nanti menimbulkan sebuah masalah. Reva mengumpat dalam hati, dan berusaha untuk tetap berjuang menenangkan emosi di dalam dirinya. Wanita itu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Emosi di dalam diri, membuatnya memilih untuk mengebut di jalanan. Namun tiba-tiba … Brakkkk … Reva menabrak trotoar di kala dirinya tak mampu mengendalikan kemudi. Dia langsung merutuki d

  • Luka Dalam Pernikahan   Bab 50. Andine Pingsan  

    Arkan mengendarai mobil dengan sangat cepat. Pikirannya cukup kacau karena Andine mulai berani menentang dirinya. Padahal sebelumnya itu istrinya adalah sosok yang sangat penurut, dan tidak berani menentang dirinya. Namun entah kenapa sekarang istrinya mulai berani padanya. Hal paling tergila adalah Arkan mulai memikirkan Andine. Seharusnya dia tak peduli sama sekali pada Andine, tapi dia tak mengerti kenapa belakangan ini dia memikirkan tentang Andine. Bahkan di kala istrinya itu mendiaminya saja, dia sangat tidak suka. “Shit!” umpat Arkan seraya memukul setir mobilnya. Pria tampan itu melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, guna menangkan segala pikirannya yang kacau. Tiba-tiba sesuatu hal muncul dalam benak Arkan. Pria itu langsung memutar balik, dan kini menuju rumah Reva. Dia ingin mencoba menenangkan dirinya dengan bertemu dengan Reva. Dia harap setelah bertemu dengan Reva akan membuat emosi di dalam dirinya terkendali. Tak selang lama, mobil yang dilajukan Arkan mulai tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status