Waktu terasa begitu lambat berjalan dan pandanganku mengarah ke pintu serta lampu yang berada di atas pintu ruang operasi. Kenapa terasa sangat lama sekali mereka berada di ruangan itu, rasa cemas membuat pikiranku semakin kacau.โKita berdoa untuk mama dan adik ya,โ bisikku pada Prilly, gadis kecilku itu mengangguk.Tanpa dikomando semua langsung berdiri saat pintu ruang operasi terbuka, terlihat beberapa orang keluar dari ruangan dan salah satunya dokter yang aku biasa panggil dokter Maria.โPuji Syukur Ibu dan anak selamat hanya masih memerlukan perawatan intensif jadi belum bisa ditemui.โ Perkataan dokter Maria sedikit membuat perasaan lega dan tenang, Alhamdulillah istri dan anakku selamat meski aku belum bisa melihatnya.โSeorang jagoan, anaknya laki-laki dengan berat dua koma tujuh dan panjang lima puluh tiga centimeter.โ Dokter Maria kembali menambahkan.โAlhamdulillah terima kasih Ya Allah, terima kasih dokter,โ ucapku yang sekarang diatara perasaan senang dan juga cemas.โS
Meeting selesai menjelang jam tiga sore, selama itu pula aku mengabaikan panggilan serta pesan yang masuk di ponselku dan meng silentnya. Aku baruakan membuka pesan setelah aku benar-benar selesai dan sudah kembali berada di mobil. Sepertinya banyak sekali pesan dan panggilan masuk sedari tadi, baru saja aku akan melihat panggilan serta pesan yang masuk ponselku bergetar dan nama mama terlihat di layar ponsel.Buru-buru aku mengangkat panggilan dari mama yang sepertinya merupakan panggilan untuk kesekian kalinya, aku sempat melihat di panggilan tidak terjawab mama melakukan banyak panggilan. Perasaanku tiba-tiba terasa tidak enak.โHallo assalamualaikum, Ma.โ Aku membuka percakapan dengan sebuah salam seperti biasanya.โWaalaikumsalam, Ryan kamu dimana?โ Suara mama terdengar bergetar dan tidak terdengar baik.โIni aku baru selesai meeting, Ma. Mama kayak lagi nangis, ada apa?โ tanyaku kemudian.โKayana โฆ Kayana.โ Mama kemudian benar-benar menangis dan menyebutkan nama Kay, istriku.โ
โPrilly yang bilang demikian, untuk apa aku membuat buat atau mengarang cerita.โ Mas Dipta masih bersikeras dan terus menyanggah. โBeneran Prilly yang bilang,โ lanjutnya lagi.โSudahlah, Mas. Sekarang tolong bawa Prilly ke mobil, atau aku sendiri yang akan bangunkan Prilly.โ Aku sudah semakin malas berbasa basi. Dan juga malas mendengar ocehan yang tidak jelas dari Mas Dipta.โPulanglah, biarkan Prilly di sini.โ Ekspresi wajah Mas Dipta mulai berubah tidak enak. Umur memang tidak menjamin kedewasaan seseorang, aku bisa merasakan Mas Dipta mulai kesal karena aku sedari tadi bersikap dingin kepadanya.โPrilly ikut aku pulang,โ paksaku lagi. โNggak bisa.โ Mas Dipta bersikeras menahan Prilly.โAku nggak ingin ribut, apalagi di depan Prilly. Ayolah Mas, bersikaplah sedikit bijak dan dewasa jangan seperti ini. Hal kayak gini nggak baik buat perkembangan psikis Prilly, harusnya Mas Dipta paham itu.โ Sebisa mungkin aku menahan diri karena kalau aku sampai emosi pastinya tidak akan baik un
โIya, Oma. Terima kasih banyak atas kepercayaannya,โ ucapku kemudian dengan senyum dan sedikit menurunkan kepala.โYa sudah, mau belanja lagi, borong buat cucu saya.โ Aku mengangguk dan masih tersenyum lebih tepatnya menahan tawa senang.โNis โฆ temanin kalau mau ambil ganti,โ ucapku pada Ninis. โPak, kalau masih ribut, bawa keluar toko saja, sudah menganggu kenyamanan belanja yang lain,โ perintahku pada Pak Puji.Aku tidak memperdulikan ocehan perempuan itu dan beranjak meninggalkan toko untuk kembali keruanganku. Sesampainya di ruangan aku meminta maaf pada Bu Rahayu yang telah menunggu sedari tadi dan kemudian menyelesaikan pertemuan hari ini.*Tetap saja perutku terasa kaku akibat kejadian tadi, meski aku bilang masa bodoh sedari tadi otakku terus berputar akan masalah tadi. Bukan sebuah kebetulan pastinya akan kejadian tadi, seperti sebuah hal yang memang disengaja dan direncanakan. Kalau mendengar ucapan perempuan itu, sepertinya tujuannya untuk menjatuhkan usahaku.Aku merasa
โSiapa?โ tanyaku kemudian.โMaaf kurang tau,โ jawab Titin sambil menggeleng.โBu Rahayu, maaf permisi sebentar.โ Aku membalikkan badan dan bicara pada rekananku itu karena akan ke depan untuk melihat ada keributan apa.โOh iya, Jeng โฆ silahkan.โ Bu Rahayu mengangguk mempersilahkan.Aku segera beranjak menuju ke ruang toko tempat keributan terjadi. Terlihat seorang perempuan dengan balutan dress merah dan rambut pirang tengah berbicara dengan nada tinggi. Di tangannya terlihat beberapa pakaian bayi yang diacung- acungkan ke salah satu karyawanku.โApa apaan ini, baju kayak gini di jual. Belum juga dipakai jahitan pada lepas. Produk sampah kok dijual." Perempuan itu melempar baju baju tersebut ke arah Ninis, karyawanku dan mendorongnya.โMaaf, Bu. Tolong jangan kasar โฆ kalau ada yang ingin disampaikan bisa dibicarakan baik- baik, saya pemilik toko ini.โ Aku berdiri di depan perempuan berambut pirang tersebut.โBu? A โฆ apa panggil aku tadi? Bu, kamu kira aku setua itu.โ Nada suara peremp
โSelamat tidur anak papa.โSebuah kecupan Mas Ryan layangkan di kening Prilly, pria itu baru saja mengangkat tubuh mungil Prilly yang tengah tertidur masuk ke dalam kamar. Seperti yang sudah pria itu janjikan tadi kepada Prilly, mala mini kami membuat tenda di taman dan juga membakar jagung serta daging. Mungkin karena kecapaian dan mengantuk Prilly tertidur lebih dahulu.โAku lepas dulu tendanya,โ ucap Mas Ryan beringsut dari atas tempat tidur.โBesok aja, Mas. Dah malem juga kan, istirahat aja.โ Aku mendekati Prilly dan mengecup kening putri kecilku itu kemudian kembali berdiri.โYa udah โฆ lumayan capek, ngantuk juga.โ Mas Ryan terlihat menggeliat kemudian berjalan ke arahku yang lebih dekat dengan pintu. โTidur,โ ucapnya sambil merangkul pundakku.โHuum, ngantuk juga,โ timpalku sembari menguap, kantuk mulai mendekapku.โSayang, kalau bayi gini ikut bobo nggak ya kalau kita tidur?โ tanya Mas Ryan saat kami berjalan ke kamar sambil mengusap perut buncitku.Sebuah pertanyaan yang aku
โAda apa ?โ tanya mama yang ternyata sedari tadi memperhatikanku.โMas Dipta,โ jawabku tanpa bisa menyembunyikan ekspresi kesalku.โKenapa lagi anak itu?โ Kembali mama bertanya sambil mengangkat dagunya.โDia ingin mengambil Prilly.โโApa? Nggak waras itu anak.โ Suara mama terdengar sedikit emosi. โKalau itu masalahnya mama nggak bisa tinggal diam, enak saja mau main ambil. Atas dasar apa juga dia mau ambil Prilly, selama ini Prilly baik-baik dan aman-aman saja bersama kita. Bukan berarti karena dia ayah kandungnya bisa seenaknya main ambil.โSudah bisa aku tebak kalau respon mama akan seperti ini. Papa menepuk pelan lengan mama, sepertinya agar mama lebih tenang dan tidak terbawa emosi.โBiar papa nanti bicara sama Mas Herman, tidak perlu ada keributan atau sampai rebutan hakatas Prilly. Kita bisa bersama-sama dalam menjaga dan mengasuh Prilly,โ ucap Papa yang sedari tadi hanya diam. โNanti papa yang urus dan bicara pada mereka.โโSuka heran mama sama Dipta, kenapa sepertinya tid
โSemoga tidak menurun ke Prilly,โ harapku kemudian. Semoga hanya wajah rupawannya yang menurun di Prilly, tapi, tidak untuk sifat dan kelakuannya,โMama Papa Dipta mana?โ tanya Prilly yang baru turun dari tangga sambil melihat kea rah ruang tamu depan.โPergi sama Papa aja, tadi Papa Dipta ada urusan.โ Mas Ryan yang sedari tadi diam langsung angkat bicara.โYah โฆ kan sudah sering sama papa, kalau sama Papa Dipta kan jarang-jarang.โ Raut wajah kecewa nampak sekali di wajah Prilly.Aku memahami yang dia rasakan, bagaimanapun ikatan darah memang lebih kental. Masih sebuah hal yang wajar dan tidak berlebihan karena bagaimanapun Mas Dipta adalah papa kandung Prilly. Apalagi saat bersama Mas Dipta apa yang Prilly mau selalu dipenuhi oleh papa kandungnya itu. Sangat berbeda saat bersamaku yang selalu memiliki aturan untuk setiap hal yang dilakukannya.Sebenarnya tidak ada yang kurang dari kehidupan Prilly semua hal juga telah aku dan Mas Ryan penuhi. Hanya saja untuk hal-hal tertentu kami m
Mendengar aku dan Mas Dipta yang mulai saling berargumen Mama dan Papa juga Mama Jani beranjak meninggalkan kami bertiga. Aku, Prilly dan juga Mas Dipta masih berdiri di teras, bila menjemput Prilly, Mas Dipta memang jarang mau masuk ke dalam rumah. Keras kepala dan keegoisan pria itu tidak berkurang-kurang juga.โIya aku tahu, tapi, ini juga demi kebaikan Prilly juga nantinya. Karena semua hal yang dia ingginkan nggak semunya bisa dia dapatkan.โ Aku kembali menyuarakan apa yang ada dalam pikiranku.โKalau kamu nggak bisa atau nggak mau, biar aku saja yang mengurus Prilly, memberikan apa yang anakku mau.โโBukan begitu Mas, ah โฆ haarus seperti apa aku menjelaskan.โ Aku mulai merasa kesal. โKita nggak boleh memanjakan anak, menuruti semua kemauannya. Sedari kecil kita harus mendidiknya dengan baik agar tidak menjadi pribadi yang manja dan semaunya sendiri.โEntah apa yang ada dalam kepala pria di depanku itu, selama ini aku sudah mendidik Prilly dengan cara yang aku anggap benar dan b