Share

Luka 74

Sebuah tangan merangkulku, aku menoleh. Mas Ryan memasang senyum manisnya, aku hanya nyengir. Memang dia tidak menanggapi. Tapi, entah kenapa aku ikut kesal padanya.

"Kamu tau Sayang, kamu terlihat begitu seksi kalau sedang cemburu," godanya padaku.

"Sampai di rumah, harus cerita siapa dia sebenarnya," ucapku kesal.

"Apa yang diceritakan? Aku nggak tau apa-apa Sayang. Ya, dia adik kelas memang, hanya itu." Mas Ryan memberi penjelasan.

Aku masih memanyunkan bibir. Ketika tangan Mas Ryan turun ke pinggang, gerakan jarinya membuatku menggeliat geli.

"Mas."

"Iyap."

"Jarinya."

"Senyum dulu," pinta Mas Ryan.

"Males," jawabku.

Sengaja dia menggerakkan jarinya lagi.

"Maaas …."

"Senyum dulu!" Paksanya lagi, aku memaksa menarik sudut bibirku sekilas. "Yang manis," tambahnya. Jarinya kembali beraksi.

"Iya …." Sebuah senyum kuberikan, yang justru membuatku tertawa. Apalah kami ini, seperti ABG saja. Kekesalanku hilang mendapati sikap manis dan absurd dari suamiku itu.

Sepanjang acara setelahnya,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status