Share

Hamil

"Kami saling mencintai, Wid."

Hatiku bagai disayat bambu mendengar kalimat itu. Namun, sekuat mungkin aku mencoba menahan untuk tidak menangis.

"Jiwa mudaku berontak saat itu, Wid. Bukankah laki-laki bisa menikahkan dirinya sendiri? Akhirnya aku tetap melangkah walau tanpa restu. Toh, Hana sudah mengalah dan menjadi muallaf. Namun, ternyata restu orang tua adalah kunci kebahagiaan hidup. Lima tahun menikah, kami tak dikaruniai keturunan."

Mas Zaki bangkit dan kembali duduk. Tangannya mengusap kedua mata yang kini merah. Baru kali ini aku melihatnya menangis.

"Hana tahu tentang pernikahan kita?"

"Ya. Dia datang saat akad, dan pulang di pertengahan acara resepsi."

Memoriku berputar. Kini aku tahu kenapa malam pertama kami baru berlangsung di hari kedua.

"Dia yang menelepon kamu di malam pertama kita?"

Mas Zaki mengangguk dan kembali meraih tanganku. Menciuminya berulang kali.

"Maafkan aku."

Aku memalingkan wajah. Menahan sesak yang menyumbat di dada dan seperti ingin meledak.

"Hana m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
widya terlalu bodoh dan lemot. g mencerminkan seorang mantan aktivis. pasif dan terlalu bergantung suami. lebih baik menghabiskan umur dg laki2 yg mencintaimu
goodnovel comment avatar
Darmawati Koto
sedih haru dan hancur luluh ... lanjuut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status