Beranda / Romansa / Luka Perselingkuhan / Cinta Tak Menyakiti

Share

Cinta Tak Menyakiti

Penulis: Maheera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 22:01:02

"Wanita adalah penipu ulung. Dia mampu menahan perihnya luka dan tetap tersenyum seolah-olah semua baik-baik saja."

----------------------

Pagi-pagi sekali Farida sudah bangun. Dia melihat ranjang di sebelahnya masih rapi, pertanda Nusa tak pulang lagi semalam. Sudah satu minggu sejak lelaki itu meminta izin untuk menikah lagi. Sejak saat itu, tak terlihat batang hidungnya pulang ke rumah. Padahal janji sudah lelaki itu ucap, tetapi Farida tahu lidah Nusa sudah terlatih berdusta setahun ini. Jadi, berbohong lagi bukan masalah bagi si lelaki.

Perempuan itu mengikat rambutnya dengan karet gelang, lalu bangkit hendak ke kamar mandi hendak bersiap-siap. Sejenak dia terpaku menatap pantulan seorang perempuan di dalam cermin yang digantung di dinding dekat jendela. Wajah kusam dengan lingkar hitam di sekitar mata. Bibirnya tak lagi seranum dulu, kini bagian yang dulu menjadi candu sang suami kering terkelupas. Pipinya yang tirus juga menunjukkan Farida banyak kehilangan bobot tubuh.

Dulu, dia gadis manis dengan wajah berseri bak purnama. Bibir manis selalu mengulas senyum malu-malu. Apalagi bila barisan gigi bak mutiara berjajar rapi terlihat, semakin membuat yang memandang terpesona. Bukan hanya lelaki, tetapi juga wanita. Banyak yang meminta Farida untuk dijadikan menantu. Dia adalah bungo desa yang wanginya semerbak hingga ke desa tetangga. Bahkan, para toke dari kota seberang juga terbuai oleh paras Farida.

Namun, kini dia tak ubahnya mayat hidup. Tubuh kurus seperti kurang gizi dan rambut kusam tak terurus. Farida terlihat jauh lebih tua dari umur sebenarnya yang menginjak dua puluh satu tahun. Harusnya, umur segitu perempuan sedang 'boneh-bonehnya'.

Farida mengusap wajah, sambil tersenyum tipis. Ada segumpal penyesalan bersarang di dada. Andai dulu dia mengalah dan mengikuti nasehat ayah dan bunda, tentu hidupnya tak akan sesukar ini. Sekarang hanya sesal yang dituai, setelah menebar benih pembangkangan kepada kedua orang tuanya. Merasa cukup menyesali kesalahan, Perempuan itu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini pertama dia masuk kerja setelah meminta izin satu minggu. Bukan apa-apa, Farida tak mau orang-orang melihat lebam di wajahnya, lalu bertanya-tanya ada apa. Kebanyakan tetangga yang bertanya bukan karena simpati, tetapi lebih mencari bahan untuk digibahkan dengan tetangga lain. Jadi, dia memilih menghindar dan diam di rumah.

*

"Gimana keadaanmu Farida?" Ratih, majikan Farida bertanya saat si perempuan sedang menyetrika pakaian sudah bertumpuk.

"Udah baikan, Buk," jawab Farida melirik sekilas saja. Dia tak mau bersitatap lama dengan perempuan kelahiran kota Bandung itu.

Ratih adalah pemilik toko baju gamis di Pasar Raya Padang. Menikah dengan lelaki minang, membawanya tinggal dan berniaga di kota yang terkenal dengan slogan 'Padang Kota Tercinta'.

Ratih menghela napas. Meski ditutupi, dia bisa melihat bekas kehijauan di tulang pipi Farida. Tidak hanya di bagian wajah, kadang perempuan berusia tujuh puluh tahun itu juga melihat tanda biru keunguan di lengan dan betis Farida, yang sudah bekerja padanya sejak satu tahun yang lalu.

"Farida, aku tak mau ikut campur urusan rumah tanggamu. Namun, tak seharusnya kau terus melindungi perbuatan suamimu. Itu kejahatan."

"Uda Nusa baik, kok, Buk. Dia tak pernah jahat padaku." Farida masih menutupi perbuatan sadis sang suami.

"Memang tak seharusnya aib suami kau umbar. Tapi, kau sudah kuanggap seperti putriku sendiri, kalian sepantaran. Perih hatiku melihat kau terus dianiaya. Serasa putri kandungku yang dizalimi," lirih Ratih, yang sedang merajut syal dari benang sutra di samping Farida.

Farida menghentikan gerakan tangannya. Dia memutar suhu di setrika menjadi rendah. Perempuan itu menunduk menyembunyikan mata yang berkaca-kaca. Kata-kata Ratih menyentuh jiwanya. Farida teringat kepada sang bunda, membuat kerinduan semakin mengebu-gebu. Namun, apalah daya ... ketakutan tak diterima dan diusir setiap kali keinginan untuk pulang hadir, menciut seketika.

"Uda Nusa hanya sedang capek, Buk. Dulu dia tak seperti itu."

"Mana ada suami yang tega memukuli istrinya setiap saat. Kau itu hanya dimanfaatkan. Sekarang, coba kau pikir dengan akal sehatmu. Kau ini istri, tempatnya di hati. Tapi, dia menempatkanmu di kaki, seolah-olah kau tak punya harga diri. Kau itu pintar Farida, kenapa tak tinggalkan saja lelaki biadab seperti itu? Tak ingatkah kau, aku yang mengantarmu saat kau pendarahan karna dibenturkan ke dinding? Sampai kau kehilangan janinmu. Apa dia tau itu?"

Emosi Ratih terpancing mengingat kejadian delapan bulan yang lalu. Saat itu, Farida mengetuk rumahnya malam-malam. Keadaan perempuan itu babak belur, sambil meringis menekan perutnya. Cemas terjadi sesuatu kepada Farida, Ratih membawa perempuan tersebut ke rumah sakit. Di sanalah dia mengetahui bahwa asisten rumah tangganya itu sering mengalami kekerasan. Yang membuat hati pilu adalah, saat Farida meraung kala diberitahu kehilangan janin yang berusia lima belas minggu.

Saat itu Ratih bermaksud melaporkan Nusa ke polisi sesuai saran dokter yang menangani. Akan tetapi, Farida memohon, sambil bersimpuh di kakinya agar tak memperpanjang masalah. Perempuan itu takut jika terjadi sesuatu kepada Nusa, lalu dia akan tinggal dengan siapa? Suatu pola pikir yang membuat Ratih mengelus dada.

Panas di mata membuat cairan bening berkumpul di kelopak mata Farida. Bila ingat kejadian itu, dadanya seolah-olah dikorek oleh belati berkarat. Ngilu sekali.

"Uda Nusa tak tau, Buk. Aku tak bisa memberitahu, bisa-bisa nanti aku yang disalahkan."

Ratih bangkit dari kursinya. Perempuan yang masih terlihat bugar dan awet muda dari usia sebenarnya itu, duduk di sebelah Farida.

"Kamu itu masih muda, Farida. Kalau kau pandai mengurus diri, lelaki lebih dari Nusa bisa kau dapat. Jangan sia-siakan hidupmu untuk laki-laki seperti itu. Apalagi kudengar dia menikah lagi. Benar itu?"

Farida mengangguk lemah, sementara tanganya sibuk mengusap air mata yang meruah di pipi.

"Farida ... Farida ...." Ratih memegang bahu si perempuan erat-erat, sehingga pandangan keduanya bertemu. "Baru kali ini aku berjumpa perempuan bodoh sepertimu. Ingat! Polos dan bodoh sangat tipis perbedaannya. Begitu juga cinta dan obsesi. Nusa itu terobsesi padamu!"

Farida menggeleng. "Tidak, Buk. Uda Nusa benar-benar mencintaiku." Dia bersikeras.

"Cinta tak menyakiti, Nak." Ratih melembut. "Cinta melindungi, cinta tak memaksa, cinta menguatkan bukan melemahkan."

Air mata Farida semakin menderas membentuk sungai kecil di pipinya. Bahu perempuan itu bergetar menahan sesak yang mengimpit jiwanya.

"Kalau boleh memilih, aku juga ingin pergi, Buk. Tapi tak bisa. Masa kecilku amat suram. Saat bertemu Uda Nusa, jantungku berdebar kencang. Tak pernah sebelumnya aku seperti itu. Dia membuatku nyaman dan merasa dibutuhkan. Dia mampu membuat hatiku hangat setelah dingin yang membekukan. Sehingga aku menganggapnya sebagai rumah kedua. Kalau aku meninggalkan rumah kedua, lalu ke mana aku akan pergi? Sementara pintu rumah pertamaku telah tertutup.

Ratih tak mampu lagi berkata-kata. Dari tutur kata dan sinar mata Farida, dia mengerti, perempuan tersebut hanya ketakutan hidup sendirian, karena merasa hanya Nusa satu-satunya yang mau menerimanya. Satu doktrin sesat telah dihunjam si lelaki sejak tiga tahun yang lalu. Ratih melihat ada luka sangat dalam di labirin mata yang berusaha disembunyikan Farida.

*

Catki:

Boneh = segar/cantik

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indah Wirdianingsih
farida otaknya sdh di cuci sama si nusa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Luka Perselingkuhan   Menjemput Impian

    Fatma tak bisa membendung air mata saat nama Farida bergaung di dalam auditorium sebagai salah satu mahasiswi yang diwisuda. Bukan hanya selesai tepat waktu, tetapi putrinya juga tercatat sebagai salah satu peraih nilai terbaik di angkatannya. Semua doa yang dilangitkan di setiap sujud, dibayar lunas oleh Allah dengan keberhasilan putrinya itu.Terbayang semua jerih payah Farida untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya masalah akademik, tetapi badai kehidupan yang tak jemu menghantam. Namun, semua mampu dilewati oleh putrinya itu dengan kesabaran. Fatma sangat salut dengan ketabahan Farida. Benar adanya, ujian demi ujian yang diberikan Tuhan bukan untuk melemahkan, tetapi menempa pribadi menjadi lebih baik agar mampu memikul tanggung jawab yang lebih besar."Bunda ...." Suara Farida mengembalikan kesadaran Fatma yang melanglang buana ke masa lalu. Dia menoleh dan matanya menangkap sosok Farida telah berdiri di hadapan dengan memakai Toga. Senyum juga terulas di bibir sang

  • Luka Perselingkuhan   Membuka Hati

    "Aku ndak nyangka kamu serendah itu?"Sorot mata Elia terlihat marah saat mengatakan kalimat tersebut. Beberapa saat yang lalu, dia menghampiri Farida di kantin. Untung saja keadaan tempat tersebut tidak terlalu ramai."Maksud kamu apa?" tanya Farida dengan dahi berkerut. Teh es yang dia pesan tak jadi diminum karena Elia telanjur menyerangnya."Kamu itu munafik, Farida! Kamu cuek aja pas aku bilang soal Pak dokter. Kamu juga seolah-olah tak tertarik, ternyata kamu main belakang."Dahi Farida berkerut. Dia mencoba mencerna ucapan Elia. "Maksud kamu aku main belakang?"Elia melemparkan beberapa foto ke atas meja. Farida membeku melihat lembaran foto yang di dalamnya ada dia dan Iman. Sepertinya foto itu diambil dua hari yang lalu, saat mereka keluar dan mampir di lapak penjual jagung."Lihat! Betapa murahannya kamu. Meluk Pak dokter segala. Kamu tau aku suka sama dia, trus kamu pake cara licik untuk mendapatkan perhatiannya. Benarkan?"Farida menganjur napas perlahan. Suara Elia sangat

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Kedua

    Farida berkali-kali mengintip dari balik jendela. Dia menyingkap gorden putih penutup jendela dan melihat Iman sedang berdiri tepat di seberang jalan. Perempuan itu mendesis. Dia membaca kembali pesan yang dikirim si lelaki satu jam yang lalu. Farida pikir Iman sudah gila. Bagaimana tidak, dia mengajak, lebih tepat memaksanya menemani dokter muda itu ke suatu tempat. Belum sempat Farida menolak, Iman terlebih dahulu mengirimkan pesan susulan yang bertuliskan, jika menolak, maka lelaki tersebut akan datang menjemput langsung ke kos-an."Tinggal sepuluh menit lagi. Kalau kamu ndak datang, aku jemput ke kos-an."Mata Farida melebar membaca pesan yang baru masuk dari Iman. Dia kembali mengintip dan melihat si lelaki sedang tersenyum ke arahnya. Sepertinya sang dokter tahu sedang diintip."Mau ke mana? Kenapa harus ajak aku?"Farida mengirim pesan balasan kepada Iman."Nanti kamu bakal tahu. Ayo, di luar mulai dingin."Decak keras keluar dari bibir Farida. Dia berjalan menuju lemari, lal

  • Luka Perselingkuhan   Curiga

    Sepanjang perjalanan tak sepatah kata dua insan itu berbicara. Hanya suara merdu Ari Lasso membawakan tembang lawas dari grup band Dewa 19 yang berjudul 'Cinta'kan membawamu kembali' menemani keduanya membelah jalan raya di pagi hari. Iman sesekali mencuri pandang ke arah perempuan yang selalu tampak cantik di matanya. Lelaki itu terkadang menertawakan diri sendiri, mengapa bisa begitu bucin kepada Farida? Dia seperti menjelma menjadi sosok yang lain bila berhubungan dengan perempuan tersebut.Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di otak Iman, hanya Farida dan Farida. Mungkin dia sudah terkena tulah dari ucapannya sendiri. Mengatakan perempuan itu tak pantas, tetapi justru sekarang dia yang mengejar-ngejar. Ingin memulai pembicaraan, tetapi lidahnya tak mampu bergerak, seolah-olah diimpit beban puluhan ton.Begitupun Farida. Sejak naik ke mobil Iman, dia menghindari bersitatap. Dia mencoba terlihat setenang mungkin, padahal jantungnya sudah seperti orang berparade di dalam sana. Dari

  • Luka Perselingkuhan   Taktik Mendapatkan Cinta Kembali

    Hari demi hari dilalui Farida dengan belajar demi mengejar ketertinggalannya. Cuti selama satu semester membuatnya harus ekstra bekerja keras. Lagi pula hanya dengan cara itu dia bisa melupakan Iman. Lelaki itu masih terus menghantui ingatannya. Tak mudah melupakan apa yang terjadi di antara mereka. Kisah bersama Iman telah meninggalkan lubang besar di dada, menyarangkan luka serta kerinduan yang kerap membuatnya menangis sendirian di tengah malam. Kadang, bila rindu itu tak terbendung, dia menatap foto-foto saat masih bersama yang tersimpan di galeri teleponnya. Lalu dia akan tertidur dalam keadaan telepon masih menyala.Pagi ini, Farida tak terganggu sama sekali dengan celotehan teman-temannya, yang mengabarkan ada dosen baru yang akan masuk ke kelas mereka. Dia lebih suka membenamkan diri ke dalam diktat setebal 457 halaman. Dia juga tak peduli saat semua teman sekelasnya grasak-grusuk duduk di kursi masing-masing. Keadaan yang tadi riuh, mendadak sepi. Farida mengangkat pandangan

  • Luka Perselingkuhan   Hati yang Terusik

    "Saya sangat senang melihat perkembangan Farida. Semangatnya untuk bisa berjalan normal, luar biasa," puji dr. Wahyu yang selama ini menangani Farida. Matanya sesekali mengamati si perempuan yang sedang duduk di ruang tunggu. Ruang kerjanya disekat kaca transparan, sehingga bisa melihat keadaan di sekitarnya.Pujian itu disambut Fatma dengan senyum lega. Memang, Farida selalu bersemangat setiap kali jadwal terapi. Dia berusaha mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dokter atau pun perawat. Meski awalnya terlihat sulit, seringpula melihat sang putri meneteskan air mata karena kepayahan dan sakit menerjang otot dan tulang kaki, tetapi Farida tak menyerah. Dia akan berhenti saat terapi tersebut selesai."Jadi putri saya bisa berjalan seperti biasa lagi, dok?" tanya Fatma bersemangat, karena selama ini Farida berjalan dengan menyeret kakinya."Kali ini saya berani menjamin. Dibutuhkan sekitar dua kali terapi lagi. Sekarang saja sudah terlihat perubahannya. Jadi, tak butuh waktu lama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status