Home / Romansa / Luka Perselingkuhan / Lelaki Manipulatif

Share

Lelaki Manipulatif

Author: Maheera
last update Last Updated: 2024-07-03 22:00:35

"Sejahatnya lelaki adalah yang mempermainkan pikiran dan hati wanita untuk kepentingan pribadinya."

----------------------

Farida terbangun saat azan magrib berkumandang. Dia merasakan udara begitu dingin berembus masuk ke dalam kamar. Perempuan itu berusaha bangun meski kepayahan. Seluruh sendi tubuhnya terasa ngilu dan penat. Andai saja tak bertumpu pada kaki tempat tidur, tentu dia tak bisa berdiri dengan sempurna. Farida berjalan meraba-raba ke arah jendela yang terbuka. Dari sana rupanya udara dingin menyusup. Dahinya berkerut melihat cahaya di rumah-rumah tetangga begitu benderang. Namun, di tempatnya gelap gulita. Dia berpikir apa terjadi korsleting di rumahnya atau apa?

Pelan-pelan Farida mencari kontak lampu. Beberapa kali mencoba memencet, tetapi lampu tak juga menyala. Perempuan itu kembali tersandar ke dinding dengan napas terengah-engah. Sejak kecil Farida takut pada gelap. Dia merasa ada seseorang keluar dari kegelapan tersebut, lalu menerkamnya. Oleh karena itu dia selalu membenci kegelapan. Suatu hal sepele menurut Nusa, hingga selalu menjadi perdebatan. Pada akhirnya, Farida mengalah dan tidur dengan menghidupkan senter kecil. Cukup cahaya temaram saja, tetapi mampu membuatnya merasa nyaman.

Farida kembali berjalan mendekati jendela. Setidaknya, cahaya dari luar membuatnya aman. Mata perempuan itu memejam. Bayang-bayang masa indah bersama Nusa kembali melintas di benaknya. Setelah melarikan dari kampuang, menuju Kota Padang, Nusa mencari seorang ustad untuk menikahkan mereka secara siri. Akan tetapi Farida tak mau. Dia ingin pernikahan dilakukan di KUA. Dia takut sewaktu-waktu kedua orang tuanya datang menjemput dan memisahkan mereka. Dengan adanya kekuatan hukum, dia berharap pernikahan keduanya dilindungi oleh negara. Setelah mencari oknum petugas yang bisa disogok untuk membuatkan surat-surat resmi sebagai syarat agar pernikahan tersebut tercatat, dua anak manusia yang sedang mabuk kepayang itu menikah memakai wali hakim.

"Uda janji, kan, tidak akan pernah menyakiti aku?" tanya Farida waktu itu.

Nusa membelai rambut perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu, seraya tersenyum. "Uda janji. Bagaimana mungkin menyakiti perempuan yang Uda cintai. Bisa dilaknat Uda. Apalagi kamu sudah mau berkorban meninggalkan keluarga demi Uda."

Farida merebahkan tubuhnya ke dada bidang lelaki pujaannya. "Bagaimana kalau Ayah dan Bunda menemukan kita? Apa Uda akan tetap mempertahankan aku?"

"Tentu saja. Uda tak akan membiarkan kamu tersakiti seujung kuku pun. Bahkan, nyawa Uda adalah taruhannya. Terkutuk Uda kalau sampai menyakiti istri Uda yang cantik ini."

Air mata yang menetes di pipi Farida, mengembalikan kesadarannya. Sakit hati perempuan tersebut mengingat semua janji-janji manis Nusa. Ke manakah akal lelaki itu? Sekarang, dia tidak hanya menyakiti hati si perempuan, tetapi fisiknya juga. Sudah penuh raga sang istri lebam-lebam. Bekas di tubuhnya karena pukulan tak pernah habis, karena setiap tiga hari sekali, Nusa pasti meninggalkan maha karyanya. Entah di pipi, tangan, atau badan.

Pernah Farida mencoba pergi, tetapi dia bingung ke mana arah yang hendak dituju. Teman tak punya karena Nusa selalu melarangnya berinteraksi dengan orang lain, bahkan tetangga sendiri. Usai bekerja, perempuan tersebut harus segera pulang dan tak boleh ke mana-mana lagi. Telepon seluler yang hanya bisa untuk menelepon dan SMS saja diambil Nusa. Alasan lelaki itu, Farida hanya punya dirinya, jadi tak payah harus punya telepon segala.

Mata Farida seketika terpejam ketika tiba-tiba ruangan menjadi benderang. Dia harus memalingkan wajah ke arah jendela yang kini terlihat kelam karena kalah oleh cahaya di dalam ruangan. Perempuan itu kembali menoleh dan melihat pintu terbuka perlahan. Sosok Nusa masuk, sambil menenteng satu bungkus nasi dan teh tawar di dalam kantong plastik bening.

"Uda tau kau lapar. Makanlah." Lembut nian lelaki itu berujar. Seakan tak pernah ada silap yang dia buat tadi sore.

Farida masih bergeming saat Nusa membuka nasi bungkus tersebut. Aroma ikan bakar laut dan gulai kapau, wangi menggoda selera. Namun, bagi Farida terlihat hambar saja.

"Ayo, makan. Uda suapin, ya?"

Farida kembali menangis. Selalu seperti itu. Setelah mengasari, menjadikan tubuhnya samsak hidup, lelaki tersebut akan kembali dengan sikap yang sangat manis. Dia pandai bagaimana meluluhkan si perempuan. Dia tahu sang istri memiliki hati yang lemah, jadi dia memanfaatkan itu.

"Aku tak berselera," balas Farida pelan, nyaris tak terdengar di antara isaknya.

Raut muka Nusa seketika mengelam. Farida memalingkan wajah dan menarik tubuhnya menjauh. Begitu takutnya perempuan itu, sampai perubahan air muka Nusa membuatnya menciut.

"Percuma aku beli makanan kalau kau tak mau makan!" Nusa menggebrak meja, hingga Farida berjengit, sambil memeluk tubuhnya.

"A-aku tak lapar. Uda saja yang makan," jawab Farida terbata.

"Kau memang perempuan tak tahu diuntung! Sukur aku masih perhatian sama kau. Lihat orang tuamu? Mana peduli sama kau. Sampai sekarang tak mencari bukan? Hanya aku yang peduli sama kau!"

Lagi, Nusa menusukkan racun ke dalam pikiran Farida. Dia mengatakan kalau orang tua sang istri tak mau lagi mengganggap sebagai anak. Pernah Nusa bercerita, dia bertemu Ayah Farida di Pasar Raya Padang, bertemu muka pula, tetapi tak bertanya perihal putrinya.

Selama tiga tahun Nusa selalu mendoktrin Farida, bahwa dia tak punya siapa-siapa lagi. Tak punya kemampuan apa-apa, bodoh, dan hidup hanya bergantung pada sang suami. Malangnya, kata-kata itu termakan oleh Farida. Dia menyakini semua ucapan si lelaki. Perempuan manis tersebut bagai kerbau dicocok hidungnya, menurut saja apa pun perkataan Nusa. Bahkan, saat lelaki itu sakit dan tak bekerja dalam waktu yang cukup lama, Farida merelakan diri menjadi babu tetangganya. Dari pagi sampai malam dia bekerja. Tak ubahnya kuda pembawa beban. Kaki ke kepala, kepala ke kaki. Semua dijalaninya demi mendapatkan uang agar dapur mereka tetap berasap, sewa rumah terbayar, dan sang suami bisa berobat.

Farida pikir, setelah Nusa Sembuh, lelaki itu akan bekerja lebih giat. Iya, dia bekerja dari pagi sampai malam, tetapi tak pernah penghasilannya dinikmati sang istri. Farida yang malang ... dia terlalu polos untuk bertanya haknya. Saat Nusa berkata tak punya uang, justru dia rela memberikan gajinya untuk lelaki itu.

Melihat racunnya masih berpengaruh pada sang istri, Nusa mendekat. Dia duduk berjongkok di hadapan Farida. Mengusap pipi sang istri yang berwarna biru keunguan.

"Uda sayang sama kau, Farida. Tak seperti orang tuamu itu. Takut mereka mengeluarkan hartanya untuk kau. Percayalah ... hanya Uda yang kau punya."

Salah satu kelebihan Nusa, dia tahu di mana titik lemah Farida. Suaranya yang dibuat lembut seperti buluh perindu, dan gurat sendu yang sengaja dipasang di wajahnya, membuat Farida luluh. Perempuan itu menangis tersedu-sedu.

"Mengapa Uda tega sama aku. Sakit hatiku, Uda."

"Maafkan Uda. Uda janji tak akan sakiti kau lagi."

Farida mengangkat pandangannya, menatap Nusa dengan mata yang basah. "Uda tak berdusta?"

Nusa menggeleng. "Asal, kau ijinkan aku menikah lagi. Perempuan itu sedang mengandung anakku. Kasihan dia. Aku akan tetap sayang padamu, meski ada dia."

Perih hati Farida mendengar permintaan Nusa. Lelaki itu masih saja berniat menduakannya. Namun, melihat pancaran mata sang suami yang memohon, Farida tak sanggup menolak. Lagi pula, kalau bercerai ke manakah dia akan tinggal? Sementara di otaknya, dia tak punya siapa-siapa lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indah Wirdianingsih
ya...Allah kok masih mau sih farida sama nusa mending pergi aja farida dr pd punya suami kayak nusa mending jd janda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Luka Perselingkuhan   Menjemput Impian

    Fatma tak bisa membendung air mata saat nama Farida bergaung di dalam auditorium sebagai salah satu mahasiswi yang diwisuda. Bukan hanya selesai tepat waktu, tetapi putrinya juga tercatat sebagai salah satu peraih nilai terbaik di angkatannya. Semua doa yang dilangitkan di setiap sujud, dibayar lunas oleh Allah dengan keberhasilan putrinya itu.Terbayang semua jerih payah Farida untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya masalah akademik, tetapi badai kehidupan yang tak jemu menghantam. Namun, semua mampu dilewati oleh putrinya itu dengan kesabaran. Fatma sangat salut dengan ketabahan Farida. Benar adanya, ujian demi ujian yang diberikan Tuhan bukan untuk melemahkan, tetapi menempa pribadi menjadi lebih baik agar mampu memikul tanggung jawab yang lebih besar."Bunda ...." Suara Farida mengembalikan kesadaran Fatma yang melanglang buana ke masa lalu. Dia menoleh dan matanya menangkap sosok Farida telah berdiri di hadapan dengan memakai Toga. Senyum juga terulas di bibir sang

  • Luka Perselingkuhan   Membuka Hati

    "Aku ndak nyangka kamu serendah itu?"Sorot mata Elia terlihat marah saat mengatakan kalimat tersebut. Beberapa saat yang lalu, dia menghampiri Farida di kantin. Untung saja keadaan tempat tersebut tidak terlalu ramai."Maksud kamu apa?" tanya Farida dengan dahi berkerut. Teh es yang dia pesan tak jadi diminum karena Elia telanjur menyerangnya."Kamu itu munafik, Farida! Kamu cuek aja pas aku bilang soal Pak dokter. Kamu juga seolah-olah tak tertarik, ternyata kamu main belakang."Dahi Farida berkerut. Dia mencoba mencerna ucapan Elia. "Maksud kamu aku main belakang?"Elia melemparkan beberapa foto ke atas meja. Farida membeku melihat lembaran foto yang di dalamnya ada dia dan Iman. Sepertinya foto itu diambil dua hari yang lalu, saat mereka keluar dan mampir di lapak penjual jagung."Lihat! Betapa murahannya kamu. Meluk Pak dokter segala. Kamu tau aku suka sama dia, trus kamu pake cara licik untuk mendapatkan perhatiannya. Benarkan?"Farida menganjur napas perlahan. Suara Elia sangat

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Kedua

    Farida berkali-kali mengintip dari balik jendela. Dia menyingkap gorden putih penutup jendela dan melihat Iman sedang berdiri tepat di seberang jalan. Perempuan itu mendesis. Dia membaca kembali pesan yang dikirim si lelaki satu jam yang lalu. Farida pikir Iman sudah gila. Bagaimana tidak, dia mengajak, lebih tepat memaksanya menemani dokter muda itu ke suatu tempat. Belum sempat Farida menolak, Iman terlebih dahulu mengirimkan pesan susulan yang bertuliskan, jika menolak, maka lelaki tersebut akan datang menjemput langsung ke kos-an."Tinggal sepuluh menit lagi. Kalau kamu ndak datang, aku jemput ke kos-an."Mata Farida melebar membaca pesan yang baru masuk dari Iman. Dia kembali mengintip dan melihat si lelaki sedang tersenyum ke arahnya. Sepertinya sang dokter tahu sedang diintip."Mau ke mana? Kenapa harus ajak aku?"Farida mengirim pesan balasan kepada Iman."Nanti kamu bakal tahu. Ayo, di luar mulai dingin."Decak keras keluar dari bibir Farida. Dia berjalan menuju lemari, lal

  • Luka Perselingkuhan   Curiga

    Sepanjang perjalanan tak sepatah kata dua insan itu berbicara. Hanya suara merdu Ari Lasso membawakan tembang lawas dari grup band Dewa 19 yang berjudul 'Cinta'kan membawamu kembali' menemani keduanya membelah jalan raya di pagi hari. Iman sesekali mencuri pandang ke arah perempuan yang selalu tampak cantik di matanya. Lelaki itu terkadang menertawakan diri sendiri, mengapa bisa begitu bucin kepada Farida? Dia seperti menjelma menjadi sosok yang lain bila berhubungan dengan perempuan tersebut.Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di otak Iman, hanya Farida dan Farida. Mungkin dia sudah terkena tulah dari ucapannya sendiri. Mengatakan perempuan itu tak pantas, tetapi justru sekarang dia yang mengejar-ngejar. Ingin memulai pembicaraan, tetapi lidahnya tak mampu bergerak, seolah-olah diimpit beban puluhan ton.Begitupun Farida. Sejak naik ke mobil Iman, dia menghindari bersitatap. Dia mencoba terlihat setenang mungkin, padahal jantungnya sudah seperti orang berparade di dalam sana. Dari

  • Luka Perselingkuhan   Taktik Mendapatkan Cinta Kembali

    Hari demi hari dilalui Farida dengan belajar demi mengejar ketertinggalannya. Cuti selama satu semester membuatnya harus ekstra bekerja keras. Lagi pula hanya dengan cara itu dia bisa melupakan Iman. Lelaki itu masih terus menghantui ingatannya. Tak mudah melupakan apa yang terjadi di antara mereka. Kisah bersama Iman telah meninggalkan lubang besar di dada, menyarangkan luka serta kerinduan yang kerap membuatnya menangis sendirian di tengah malam. Kadang, bila rindu itu tak terbendung, dia menatap foto-foto saat masih bersama yang tersimpan di galeri teleponnya. Lalu dia akan tertidur dalam keadaan telepon masih menyala.Pagi ini, Farida tak terganggu sama sekali dengan celotehan teman-temannya, yang mengabarkan ada dosen baru yang akan masuk ke kelas mereka. Dia lebih suka membenamkan diri ke dalam diktat setebal 457 halaman. Dia juga tak peduli saat semua teman sekelasnya grasak-grusuk duduk di kursi masing-masing. Keadaan yang tadi riuh, mendadak sepi. Farida mengangkat pandangan

  • Luka Perselingkuhan   Hati yang Terusik

    "Saya sangat senang melihat perkembangan Farida. Semangatnya untuk bisa berjalan normal, luar biasa," puji dr. Wahyu yang selama ini menangani Farida. Matanya sesekali mengamati si perempuan yang sedang duduk di ruang tunggu. Ruang kerjanya disekat kaca transparan, sehingga bisa melihat keadaan di sekitarnya.Pujian itu disambut Fatma dengan senyum lega. Memang, Farida selalu bersemangat setiap kali jadwal terapi. Dia berusaha mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dokter atau pun perawat. Meski awalnya terlihat sulit, seringpula melihat sang putri meneteskan air mata karena kepayahan dan sakit menerjang otot dan tulang kaki, tetapi Farida tak menyerah. Dia akan berhenti saat terapi tersebut selesai."Jadi putri saya bisa berjalan seperti biasa lagi, dok?" tanya Fatma bersemangat, karena selama ini Farida berjalan dengan menyeret kakinya."Kali ini saya berani menjamin. Dibutuhkan sekitar dua kali terapi lagi. Sekarang saja sudah terlihat perubahannya. Jadi, tak butuh waktu lama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status