Share

2. Bidadari Tak Bersayap

Penulis: Sheila FR
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-02 23:49:38

"Mbak, aku mohon jangan terlalu cepat mengambil keputusan, aku ingin mas Hamdan kembali memikirkan keputusannya, karena sejujurnya aku pun enggan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Mbak dan mas Hamdan. Bagaimana juga dengan pandangan orang-orang tentangku, Mbak?" Tutur Salwa dengan rasa tak enak hati.

 

"Aku tidak terlalu cepat mengambil keputusan, adikku. Aku sudah memikirkan ini sejak setahun yang lalu. Ini takdir kita untuk menjadi istri-istri dari satu orang suami," Kata Najma menatap yang kulihat sednag menatap menatap kosong ke depan.  "Tak usah hiraukan perkataan orang, InsyaaAllah Mbak siap melindungi kamu jika mereka berbuat dzalim kepadamu," Pandangannya kembali beralih kepada Salwa disertai seulas senyum yang terlihat begitu tulus.

 

Saat ini, Aku sengaja meninggalkan mereka berdua untuk saling berbicara, karena Aku tak mau akhirnya terjadi pertikaian antara mereka, walaupun pertikaian itu tak bisa dihindari, karena dalam rumah tangga tak 'kan luput dari yang namanya masalah. Aku duduk di ruang tengah agar aku bisa mendengar apa saja yang mereka bicarakan. Sesekali mengintip mereka ketika tak lagi terdengar suara obrolan.

 

"Mbak, sungguh mulia hatimu. Maaf, maafkan aku yang telah menjadi duri dalam rumah tangga, Mbak. Maaf aku telah menciptakan luka di hati Mbak!" Salwa menunduk dengan kedua tangannya menggenggam tangan Najma.

 

"Jangan terlalu memujiku, aku hanya manusia biasa yang penuh dengan kekurangan."

 

"Mbak, aku mohon, aku mundur saja, aku tak ingin merusak kebahagian wanita sebaik mbak," Kini Salwa menatap Najma dengan linangan air mata. 

"Tidak, teruskan saja rencana ini. Lagian jika kamu mundur, apakah kamu yakin mas Hamdan bisa menghapus perasaannya buat kamu? Tidak akan, adikku. Karena aku tahu bagaimana selama setahun ini ia berusaha menghapus perasaannya kepadamu, tapi semua itu sia-sia. Aku yakin mas Hamdan itu suami yang setia, dia berusaha semampu yang ia bisa untuk menghapus perasaannya kepadamu demi kesetiannya kepadaku, tapi Allah menakdirkan hatinya untuk mencintai lebih dari satu wanita. Kita sebagai hamba Allah tak bisa menolak takdir itu, adikku."

Memang Najma mengucapkan itu dengan tenang, tapi begitu jelas terdengar gurat luka pada setiap kalimatnya. 

"Mbak, sungguh aku merasakan bagaimana terlukanya engkau selama setahun ini mengetahui suamimu mencintai wanita lain, jika aku jadi kamu, aku tak akan sanggup, Mbak."

"Adikku, seperti apapun badai yang menimpa kita, jika kita selalu mengingat Allah dan berusaha mendekatkan diri kepada_Nya, insyaaAllah, Allah akan melapangkan hati kita."

 

"Mbak, aku nggak mau menikah dengan mas Hamdan, Mbak. Aku tak sanggup melukai wanita berhati malaikat seperti, Mbak," Berulang kali Salwa menggelengka kepalanya dengan air mata yang berderai di pipinya.

 

"Aku ikhlas, Wallahi aku ikhlas, adikku."

Najma terlihat berusaha menenangkan Salwa.

Ya Allah, dari tanah bagian mana engkau menciptakan wanita se mulia Najma ya Allah. Sungguh beruntung aku memiliki istri seperti dia. Jahatkah aku bila aku menduakannya? Jahatkah aku bila menyakiti hatinya dengan mencintai wanita lain?

"Bolehkah aku memelukmu, Mbak?" Tanya Salwa.

"Kemarilah!"

Aku kembali mengintip kedua wanita yang sama-sama mengisi hatiku ini. Mereka berpelukan layaknya seorang kakak dan adik. Aku melihat, Salwa menangis di pelukan Najma. Entah apa yang di pikirkan wanita yang telah mencuri hatiku itu? InsyaaAllah Salwa juga wanita yang sholehah. Sebelum aku dan ibu datang untuk melamarnya, aku mencari informasi tentangnya kepada warga sekitaran sana. Alhamdulillah, komentar para tetangga sekitaran rumah Salwa semuanya positif, tak ada perangai buruk yang mereka lontarkan tentang Salwa, bahkan kata mereka, selain menjaga kedai, pada malam harinya Salwa akan mengajari anak-anak dari tetangga sekitar mengaji di musholla.

Ibuku awalnya tak setuju dan teramat marah saat mengetahui aku mencintai wanita lain dan saat Najma meminta ibu untuk melamar perempuan itu. Namun, setelah Najma menjelaskan semuanya akhirnya dengan berat hati ibu setuju. Walaupun butuh beberapa waktu untuk meyakinkannya.

  "Bagaimana pandangan orang kepada ibu, jika kamu menikah lagi? Ibu takut mereka berfikir ibu gagal mendidik kamu, ibu takut mereka mengira ibu yang memintamu menikah lagi. Ibu takut di anggap mertua yang dzolim kepada Najma," kata ibu kala itu sambil menangis karena mendapat kabar aku yang mencintai wanita lain.

"Ibu, Najma yang akan katakan kepada orang jika ini bukan salah ibu. Ibu nggak salah sama sekali, ini permintaan Najma, Bu. Ibu adalah mertua terbaik yang Najma punya. Kita tak usah dengarkan perkataan orang lain, Bu," kata Najma kala itu berusaha menenangkan hati ibu.

"Kamu wanita yang begitu baik, Nak. Entah kenapa putra ibu dengan teganya mencintai wanita lain, padahal di sisinya ada wanita yang begitu mulia. Dimana dia simpan otaknya sehingga tak berpikir dengan benar."

 

Masih terbayang tangisan ibu kala itu yang begitu merasa tak berguna sebagai orang ibu yang menurutnya telah gagal mendidik putranya. Beliau begitu menyayangkan akan diriku yang menyimpan rasa pada wanita lain. 

"Ibu, Mas Hamdan tak salah, ini takdir untuk rumah tangga kita, Bu. Mas Hamdan sudah berusaha melupakan wanita itu selama setahun ini, tapi tak bisa, Bu. Allah sudah mentakdirkan Mas Hamdan untuk tak hanya mencintaiku, tapi juga wanita itu. Aku tak ingin mas Hamdan terus zina fikiran karena memikirkan wanita yang bukan mahramnya, Bu."

 

Aku yang hendak menikah lagi, tapi Najma lah yang berusaha meyakinkan ibu bahwa ini adalah takdirnya. Seolah wanita itu tak merasakan luka sama sekali. Begitu pandainya Najma menyembunyikan apa yang dia rasakan dari orang lain. 

"Kamu akan terluka, Nak. Jika membiarkan suamimu menikah lagi," kata ibu menatap penuh iba kepada istriku.

"Luka itu pasti ada, Bu. Namun Najma punya Allah yang akan selalu menguatkan Najma. InsyaaAllah Najma akan ikhlas, Bu. Percayalah pada Najma, Bu." Senyuman itu tak pernah luntur dari wajah istriku. Entah seluas apa hati yang di milikinya, sehingga dia begitu lapang menerima takdir ini.

 

"Pernikahan kalian baru enam tahun, tapi sudah ada perempuan lain yang akan memasuki rumah tangga kalian," ibu menangis terisak di pelukan menantunya.

"Abah, mari makan dulu, aku sudah masak banyak untuk kita semua," Najma menyentuh pundakku membuat aku membuka mata dan tersadar dari lamunanku. Najma sudah berada di belakangku diikuti Salwa yang menundukkan pandangannya.

 

 

"Mari, kalian sudah selesai mengonbrolnya?" Tanyaku kepada kedua wanita yang ada di hadapanku.

"Sudah, Abah." jawab Najma.

Sedangkan Salwa ia hanya menunduk tak berani menatapku. Bahkan tadi saat aku menjemputnya dan mengatakan jika istriku ingin bertemu dengannya, ia hanya menatapku sekali. Ia menolak ikut karena hanya berdua denganku, tapi aku memaksanya dan memintanya duduk di jok belakang jika memang merasa risih.

"Ya sudah, yuk!"

Kami bertiga menuju meja makan, di sana sudah terhidang berbagai jenis lauk-pauk yang menggugah selera karena memang masakan istriku sangat menggiurkan. Kami makan dalam diam tanpa adanya percakapan.

Ya Allah, akankah kita akan tetap akur saat bersatu nanti? Aku takut jika istri-istriku kelak akan sering berselisih faham dan saling terluka karena cemburu. Bagaimana aku akan menghadapinya jika hari itu tiba, ya Allah?

*****

"Umma, bagaimana perasaan Umma saat ini?" Tanyaku kepada istriku yang kini sedang tiduran di dada bidangku.

Tadi selesai makan malam, aku dan Najma mengantar Salwa pulang. Awalnya Najma hanya memintaku untuk mengantar Salwa, tapi Salwa memaksa Najma untuk turut serta mengantarnya karena ia tak mau hanya berduaan saja denganku.

"Umma baik-baik saja, Abah,"

"Umma, tolong jangan jawab seperti itu terus, Umm. Abah tahu bahwa hati Umma sedang tidak baik-baik saja."

"Jika boleh jujur, Umma iri kepadanya, Abah. Dia wanita yang begitu sholehah, beruntung abah mendapatkan istri sepertinya."

Tatapan mata itu, aku tahu betul tatapan itu. Tatapan mata ketika hati tak lagi tenang. Tatapannya menyiratkan luka dan putus asa. 

"Umma, jangan iri kepadanya, karena Umma tak kalah Sholehahnya dari dia. Kamu keberuntungan Abah, Umma. Mari batalkan pernikahan ini, Umma. Sungguh Abah tak ingin menyakiti Umma, Abah sangat mencintaimu, Umma."

 

Seketika aku begitu ingin membatalkan niatanku untuk menikahi Salwa. Aku ingin menganggap semua ini hanyalah mimpi buruk yang tak akan terjadi di dunia nyata. Tuhan, ampuni Aku!

"Jangan, Abah. Jangan memberi harapan palsu kepada Salwa, sudah Umma katakan Umma tidak apa-apa. Umma ikhlas Abah menikah lagi,"

"Kita pindah ya dari sini, kalau perlu kita tinggal bersama Abi dan Umi di Jawa timur,"

Abi dan Umi merupakan orang tua dari Najma, mereka merupakan pemilik pesantren terbesar di Jawa timur, lebih tepatnya di kota Malang, bahkan banyak orang dari luar pulau menjadi santri di pesantren Abi dan Umi.

"Tidak, Abah. Jangan lari dari masalah, mari kita hadapi sama-sama. Jalan keluar satu-satunya adalah dengan Abah menikah dengannya,"

"Sayang, Abi dan Umi adalah orang tua yang sangat berhasil mendidik putrinya sehingga memiliki jiwa bak malaikat dan cantik bak bidadari."

Namun, istriku hanya menggeleng, "Jangan berlebihan, Abah!"

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (14)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
itulah pria yg kurang bersyukur & tidak mampu kenundukan pandangan,, sebel da
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
suami yg gk bisa bersyukur udah punya istri sholehah dirumah masih tega mencintai wanita lain
goodnovel comment avatar
Wideliaama
ternyata laki juga bisa halu ya? ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Luka di Balik Senyum Istriku   23. RASA YANG SAMA. END

    Kamu pantas mendapatkan itu, karena kamu manusia yang tidak tahu diri!" ujar Kinan dengan penuh emosi. "Pergi sebelum aku memanggil satpam untuk mengusirmu! Jangan sampai atasanku keluar dan memberimu sanksi atas keributan yang kau lakukan. Jangan pernah ganggu hidupku lagi. Jangan pernah ikut campur urusanku lagi. Tante hanyalah orang asing yang kebetulan dinikahi papa karena hamil duluan!" Ucapan pedas Maira membuat Kinan semakin naik pitam. "Heh, semakin kurang ajar kamu ya sama orang tua!" Geram Kinan sambil menjambak rambut Maira dari balik kerudung yang dikenakan wanita itu. "Panggil selingkuhanmu ke sini! Gara-gara dia kamu kehilangan Reno dan gara-gara dia kamu semakin tak bisa diatur!" "Aauuwwhh, sakiiiit! Lepasin, Mak lampir! Dasar Gila!" Maira berusaha melepaskan cekalan ibu tirinya pada rambutnya. Sungguh saat ini kepalanya terasa kebas dan kulit kepalanya terasa mau copot. Sontak saja mereka di hampiri orang beberapa orang termasuk para pelayan di restoran tersebu

  • Luka di Balik Senyum Istriku   22. Playing Victim

    "Kenapa anak nakal itu belum juga di temukan?!"Entah kemana perginya Laura yang sesungguhnya, sehingga orang punya kuasa sekuat ayahnya saja tak dapat menemukan keberadaannya. Bahkan detektif handal yang biasanya tak pernah gagal dalam misinya, juga tak dapat menemukan keberadaan wanita muda itu. Jangan menemukan Laura, mendapatkan jejak kepergiannya saja tidak.Tuan Derial mulai ketakutan, ia takut kalau Laura di culik oleh musuhnya. Dia adalah pebisnis yang besar, tentu tak sedikit orang yang membencinya, sisi gelap dalam dunia bisnis salah satunya adalah bersaing dengan kotor, dan itu sudah menjadi rahasia umum."Tapi, siapa yang sudah memanfaatkan Laura demi bisa menyaingi ku? Selama lima bulanan ini tak ada yang berusaha menekan atau menyenggol diriku dengan kepala menunduk, dan satu tangan yang memikat pangkal hidungnya. Ia terlalu pusing memikirkan kemana perginya Laura. Ditambah sang istri yang sering jatuh sakit akibat kepikiran kepada putri mereka satu-satunya.Tak mau piki

  • Luka di Balik Senyum Istriku   21. Berakhirnya Kehidupan Salwa

    "Bil, maafkan aku, gara-gara aku kamu jadi korbannya Reno." Kini Bilal dan Maira tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di teras minimarket di seberang restoran. Maira memaksa untuk membantu Bilal mengompres wajah lelaki itu yang memar dan mengobatinya. Saat terjadi adu jotos tadi, teman-teman yang semula hanya menonton kini turun tangan untuk memisahkan Bilal dan Reno, begitupun satpam dan kang ojol yang di pesan Bilal. "Gak papa, Mai. Lagian aku memang geram sama lelaki yang beraninya hanya sama perempuan, apalagi sampai main fisik segala. Beruntunglah kamu sudah bebas dari lelaki seperti itu." Jawab Bilal sambil mengompres wajahnya sendiri, karena ia tak mau jika Maira yang melakukannya. Tentu Bilal masih sangat ingat akan batasan-batasan dalam agamanya. Bilal membantu Maira bukan karena apa, tapi ia tak suka saja melihat kekerasan yang dilakukan oleh lelaki kepada perempuan, apalagi kejadian itu tepat berada di depan matanya. Bilal tak bisa untuk pura-pura tak melihat, apa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   20. Baku hantam

    Kamu gak ada rencana buat pulang, Nak?" Tanya Nafisah saat menghubungi Bilal."InsyaaAllah awal Ramadhan ini Hamdan pulang, Mi, tapi belum tahu pastinya tanggal berapa." jawab Bilal.Satu bulan lagi sudah memasuki bulan Ramadhan, dan tanpa disadarinya sudah empat bulan Bilal bekerja di restoran."Syukurlah kalau begitu. Abi dan Umi sangat merindukan kamu, Nak." ujar Nafisah dari seberang sana dengan raut wajah yang begitu kentara menatap penuh rindu kepada sang putra."Bilal juga sangat merindukan Abi dan Umi. Kalian sehat-sehat kan di situ?""Alhamdulillah, kami semua sehat, Nak.""Alhamdulillah kalau umi dan Abi sehat semua."Setelah mengobrol lama dengan sang ibu, Bilal mengakhiri panggilannya dikarenakan ia sudah tiba di tempat kerjanya. Bilal turun dari angkot setelah membayar ongkos. Dihalaman depan, Bilal berpapasan dengan beberapa rekannya yang juga baru tiba di restoran. Bilal menyapa dengan ramah, dan mereka juga membalas sapaan Bilal tak kalah ramahnya. Namun, ada satu oran

  • Luka di Balik Senyum Istriku   19. Tempat Kerja Baru

    "Halo, Baby, mau aku temani?" Tanya Salwa dengan suara yang dibuat sesensual mungkin di dekat telinga pada salah satu pengunjung yang kini tengah menenggak anggur merah.Salwa kini tengah berdiri di belakang pria itu sambil mengalungkan tangannya pada leher pria itu. Tubuhnya bergerak bergoyang kesana-kemari mengikuti alunan musik DJ yang berputar."Owwhh, yees babyy." jawab lelaki tersebut sambil menarik tangan Salwa dan mendudukkan Salwa di atas pangkuannya.Semenjak kematian sang putri, lebih tepatnya kematian Riko, Salwa tak memiliki ladang uang lagi. Bukannya menyesal atas apa yang menimpa Alifah, tapi Salwa justru semakin menjadi-jadi. Bahkan kini wanita itu bekerja sebagai kupu-kupu malam di sebuah klub terkenal di ibukota. Tanpa ada sedikitpun rasa risih atau malu mengenakan pakaian yang begitu mini dan mencetak seluruh lekuk tubuhnya itu. Bahkan dengan bangganya ia memamerkan tubuhnya pada setiap pengunjung yang datang. Sekalipun usianya tak lagi muda, tapi bentuk tubuh Salwa

  • Luka di Balik Senyum Istriku   18. Mengenang masa Lalu

    "Ini adalah surat pemecatanmu, silahkan ambil gaji terakhirmu dan juga bonusnya. Maaf saya tak dapat membantumu untuk bertahan dalam pekerjaan ini."Sesuai dengan permintaan tuan Derial, jikalau dalam tiga hari Laura belum juga ditemukan, maka Bilal harus dikeluarkan dari kantor ini. Dan saat ini, dengan berat hati Tuan Xavier memberikan surat pemecatan untuk Bilal. Pernah kemarin tuan Xavier berusaha membela Bilal dan berusaha mempertahankan Bilal di perusahaan, tapi tanpa kata, satu proyek besar mengalami kegagalan dan kekacauan. Dan tentu itu menimbulkan kerugian yang fantastis.Dengan berat hati, Tuan Xavier mengeluarkan surat pemecatan untuk Bilal."Tidak apa-apa, Pak. Jangan mengorbankan banyak orang hanya demi satu orang, saya sungguh tidak apa-apa. Saya bisa mencari pekerjaan di tempat lain." jawab Bilal yang berusaha berlapang dada dengan apa yang diterimanya hari ini.Tuan Xavier semakin menatap iba kepada Bilal, "Tapi, namamu sudah di blacklist di seluruh perusahaan manapun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status