ホーム / Romansa / Luna dalam Lara / KUPU-KUPU YANG MEMATIKAN

共有

KUPU-KUPU YANG MEMATIKAN

作者: Emil
last update 最終更新日: 2025-09-27 07:15:21

Klub malam itu bersinar lebih terang dari biasanya, tetapi Luna, yang kini mengenakan gaun hitam panjang yang elegan dan berbahaya, bersinar paling gelap. Ia telah membuang sisa-sisa Lidya yang tersisa. Wajahnya dipoles sempurna, dan tatapan matanya beku, tanpa jejak kehangatan yang pernah Damon lihat.

Ia berjalan memasuki ruangan, dan seketika semua mata tertuju padanya. Ia bukan lagi seorang gadis yang mencari pengakuan; ia adalah Luna, sang Dewi Balas Dendam.

Seperti malam-malam sebelumnya, Damon berada di sudut yang sama. Ia mengenakan kemeja sederhana, dan wajahnya tampak pucat karena rasa khawatir. Saat mata mereka bertemu, Damon bangkit, mencoba mendekat.

Namun, sebelum Damon sempat melangkah, seorang pria kaya, Tuan Arya, yang sudah lama terobsesi pada Luna, menghampirinya. Luna memberinya senyum yang memikat, senyum yang tidak pernah ia berikan kepada Damon.

"Luna, kau tampak... luar biasa malam ini," kata Tuan Arya, mencoba memegang tangannya.

"Terima kasih, Tuan Arya," jawab Luna, menarik tangannya perlahan. "Tapi bisakah kita bicara tentang proyek galeri Bapak? Saya dengar, Anda punya ide untuk memasukkan seni kontemporer."

Luna memimpin Tuan Arya menjauh, meninggalkan Damon yang membeku di tempatnya. Luna kini bermain dengan level yang berbeda. Ia menggunakan kecerdasan dan karisma, membuat Tuan Arya merasa istimewa sambil menjaga jarak.

Damon menatap mereka dari jauh. Ia melihat betapa indahnya Luna, tetapi ia juga melihat betapa dinginnya matanya. Ia tidak tahan. Ia berjalan mendekat.

"Luna, bisakah kita bicara sebentar?" sela Damon, suaranya tegang.

Luna menoleh, tatapannya datar. "Maaf, Tuan. Anda siapa? Saya sedang melayani klien."

Tuan Arya melirik Damon dengan jijik. "Hei, anak muda. Pergi dari sini. Kau mengganggu."

Damon mengabaikan Tuan Arya, fokus pada Luna. "Aku mohon. Hanya lima menit."

Luna tersenyum tipis, senyum yang sama persis dengan yang ia berikan kepada Pak Heru di malam pertamanya. "Tuan," katanya kepada Damon, "Anda tidak terlihat seperti klien. Jika Anda ingin berbicara, Anda tahu aturannya."

Kalimat itu, yang berarti Damon harus "membelinya," menghantam Damon telak. Damon mengerti. Luna sedang menghukumnya.

"Aku tidak percaya kau mengatakan itu padaku," bisik Damon, matanya berkaca-kaca.

"Saya tidak tahu apa yang membuat Anda begitu emosional, Tuan," balas Luna dengan dingin, lalu kembali fokus pada Tuan Arya. "Jadi, tentang seni kontemporer, Tuan Arya..."

Damon berdiri di sana selama beberapa saat, menatap Luna yang seolah-olah menjadi orang asing. Ia melihat bahwa Lidya telah mati sepenuhnya, digantikan oleh Luna yang keras dan berdarah dingin. Ia tidak lagi melihat cinta di mata Luna, hanya dendam yang mematikan.

Setelah Tuan Arya pergi, Luna berjalan ke bar. Ia mengambil segelas minuman keras, sesuatu yang tidak pernah Lidya sentuh. Tante Rosa mendekat.

"Permainan yang bagus, Luna," puji Tante Rosa. "Kau memukulnya tepat di tempat yang menyakitkan."

Luna meminum habis minumannya. "Dia pantas mendapatkannya, Tante. Dia adalah bagian dari masa lalu yang ingin saya lupakan."

Tante Rosa mengangguk. "Tapi, dia tidak akan menyerah."

Benar saja, saat Luna sedang bersiap untuk pulang, Damon sudah menunggunya di luar. Wajahnya serius.

"Aku tahu kau marah padaku. Aku tahu kau terluka karena Rizal," kata Damon, langsung ke intinya. "Tapi aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini. Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dirimu sendiri."

Luna membalas tatapannya, kini dengan senyum yang menusuk. "Kau tidak punya hak untuk menghakimiku. Kau dan kakakmu sudah merusak hidupku. Sekarang, giliran aku yang memegang kendali."

Ia melangkah melewati Damon, tetapi Damon meraih pergelangan tangannya. "Aku akan membantumu. Katakan saja apa yang dia lakukan. Aku akan memastikan Rizal membayar mahal."

Luna membeku. Ia menoleh. Inilah saatnya. Kesempatan emas untuk membalaskan dendamnya pada Rizal dan sekaligus menguji hati Damon.

"Kau ingin tahu apa yang Rizal lakukan padaku?" tanya Luna, suaranya bergetar antara amarah dan harapan. "Bantu aku. Tunjukkan padaku seberapa jauh kau rela pergi untukku. Dan aku akan tunjukkan padamu siapa Rizal sebenarnya."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Luna dalam Lara   REAKSI SANG NAGA

    Keesokan harinya, seluruh Jakarta diguncang oleh berita utama di media massa. Jurnalis Rina, dengan integritasnya yang tak terbantahkan, memublikasikan laporan investigasi yang sangat rinci mengenai dugaan penggelapan dana bantuan bencana alam oleh Yayasan Harapan Bangsa milik Jenderal Wiratama. Meskipun Luna hanya memberikan sedikit informasi, Rina berhasil mengembangkan kasus itu dengan bukti-bukti tambahan.Luna dan Damon membaca berita itu di safe house, layar laptop mereka memancarkan cahaya yang dingin."Kau berhasil, Lidya," bisik Damon, matanya memancarkan rasa kagum dan cemas. "Seluruh kota membicarakan ini. Citra Jenderal hancur."Luna, yang kembali dikuasai Luna yang strategis, tidak terlihat puas. "Ini hanya pengalih perhatian, Damon. Ini tidak menghancurkannya, hanya membuatnya sibuk. Dia harus membersihkan citranya, memecat beberapa orang, dan menyangkal semuanya di depan publik. Tapi dia tahu, serangan ini datang dariku.""Lalu, ap

  • Luna dalam Lara   UMPAN SANG POLITIKUS

    Luna dan Damon melewati hari-hari berikutnya dalam keheningan yang mencekam di safe house. Damon, meskipun awalnya takut dengan rencana berisiko Luna, kini membantu mengawasi setiap detail yang mungkin terlewat. Namun, ia tetap gelisah."Kau yakin Tuan Dharma tidak akan menyerahkan paket itu langsung pada Jenderal?" tanya Damon, saat ia memandang flash drive cadangan di tangannya."Tuan Dharma adalah politikus," jawab Luna, yang kini menghabiskan waktunya menganalisis laporan media Tuan Dharma. "Politikus tidak takut pada polisi, mereka takut pada opini publik dan skandal. Jika ia menyerahkan paket itu pada Jenderal, Jenderal akan menyelesaikan masalah Rizal, dan Tuan Dharma akan tetap terikat dalam jaringan kejahatan itu. Jika ia bekerja sama dengan kita, ia hanya kehilangan satu rekanan kotor Rizal tapi menyelamatkan reputasinya dan seluruh karir politiknya."Luna telah mengirimkan paket tersebut melalui kurir anonim yang sangat terpercaya, m

  • Luna dalam Lara   SARANG BARU SANG STRATEGIS

    Apartemen yang diberikan Tante Rosa adalah tempat yang sempurna untuk bersembunyi. Lokasinya berada di lantai atas sebuah gedung tua yang tidak mencolok, jauh dari keramaian pusat kota, dengan sistem keamanan yang ketat dan pintu ganda yang tersembunyi. Tempat itu sederhana namun fungsional, sebuah safe house yang hanya diketahui oleh sedikit orang.Luna segera menghubungi Tante Rosa melalui sambungan telepon rahasia yang telah dipasang."Terima kasih, Tante," kata Lidya. "Apartemen ini aman.""Tentu saja aman, Luna," balas Tante Rosa, suaranya terdengar dingin dan efisien. "Aku tidak pernah main-main soal keamanan. Tapi kau harus tahu, ini tidak akan lama. Jenderal itu seperti air, dia akan menemukan celah.""Aku tahu," jawab Luna, yang kini kembali mengambil kendali. "Dia sudah mulai menyerang Damon. Dia membuat Damon dipecat."Damon duduk di samping Lidya, wajahnya terlihat putus asa. "Kita tidak bisa melakukan ini sendirian, Lidya. Dia

  • Luna dalam Lara   HARGA SEBUAH BLUFF

    Luna kembali ke mobil Tante Rosa dengan langkah cepat dan tegas. Di dalam mobil yang melaju membelah keramaian kota, ia segera menghubungi Tante Rosa, suaranya dipenuhi urgensi yang tak terbantahkan."Tante, aku butuh bantuanmu sekarang juga," perintah Luna, nadanya tanpa basa basi. "Dia curiga. Aku berhasil membuatnya ragu tentang dokumen itu, tapi itu hanya akan bertahan beberapa jam. Jenderal itu pasti akan mengincar Damon.""Aku sudah menduga," balas Tante Rosa dari ujung telepon, suaranya tenang. "Kau baru saja menusuk naga di mata. Berikan alamat apartemenmu. Aku akan kirim orang terbaikku untuk mengawasi Damon. Jangan bergerak ke mana mana sampai aku mengirimkan pesan."Luna memberikan alamatnya. Ia tahu, meskipun ia kini adalah Luna yang berani, ia tidak bisa melawan jaringan Jenderal Wiratama sendirian. Kelemahan terbesarnya Damon kini menjadi target utama. Selama perjalanan, ia melepas gaun elegan dan menggantinya dengan kaus hitam dan jaket biasa yang

  • Luna dalam Lara   PERMAINAN SANG NAGA

    Lidya tiba di lokasi pertemuan: sebuah restoran fine dining yang sangat eksklusif, terletak di lantai paling atas gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di pusat kota. Pemandangan kota Jakarta di bawahnya berkelip layaknya lautan bintang yang dingin dan tak peduli, seolah menjadi latar yang sempurna untuk pertempuran strategi ini. Lidya, yang kini adalah perpaduan antara Lidya yang hangat dan Luna yang tajam, mengenakan gaun hitam panjang dan elegan. Di lehernya, kalung perak sederhana Damon bersinar samar, menjadi jangkar di tengah kegelisahannya.Ia diantar oleh seorang waiter yang berjas rapi menuju sebuah ruang makan privat. Di dalam, Jenderal Wiratama sudah menunggunya sendirian. Pria itu benar-benar sosok yang mengesankan sekitar enam puluhan, namun memancarkan kekuasaan yang terasa menekan. Ia mengenakan jas mahal berwarna abu-abu gelap. Sikapnya yang tenang dan sorot matanya yang tajam menunjukkan bahwa ia adalah seorang predator yang terbiasa mend

  • Luna dalam Lara   KEMBALINYA SANG STRATEGIS

    Pesan dari Jenderal Wiratama yang datang dalam bentuk kartu nama mewah itu terasa seperti bom waktu yang tiba-tiba diletakkan di tengah apartemen Lidya dan Damon. Mereka duduk di ruang tamu yang sunyi, di bawah cahaya lampu temaram, dengan ketegangan yang lebih menusuk daripada angin malam.Damon berdiri, mondar-mandir di ruangan sempit itu, tangannya mengusap wajahnya berkali-kali. "Kita harus pergi, Lidya," desaknya, suaranya dipenuhi kepanikan. "Kita bisa naik kereta, pergi ke luar pulau. Kita bisa jual perhiasan Tante Rosa. Kita bisa menghilang."Lidya tetap duduk tegak di sofa. Ia memegang kartu nama itu, matanya membaca tulisan nama 'Jenderal Wiratama' berulang kali. "Melarikan diri ke mana, Damon? Kau pikir aku akan lari lagi?""Aku mohon, jangan keras kepala!" Damon berlutut di depannya, menggenggam kedua tangan Lidya. "Ini bukan Rizal! Dia punya tentara, dia punya kekuasaan. Dia bisa menemukan kita di mana pun, dan kali ini, dia tidak akan hanya memukul

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status