Share

Telepon Dari Andhira

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-14 12:33:06

Perasaannya menghangat saat tangan mereka berjabat. Hatinya berbisik, wanita di hadapannya ini butuh perlindungan. Sikap Andhira yang lemah seperti menjadi daya tarik tersendiri bagi Tibra. Dia langsung menyetujui saat Aruna mengusulkan untuk memberi Andhira pekerjaan. Apalagi, mereka memang sedang membutuhkan tenaga tambahan karena manajer yang lama baru saja mengundurkan diri. Seiring berjalannya waktu, pekerjaan membuat mereka sering bertemu.

Dari Andhira, Tibra merasakan dirinya menjadi lelaki seutuhnya. Wanita itu rapuh dan sangat bergantung padanya. Tibra merasa kehadirannya sangat dihargai oleh Andhira. Bertahun hidup bersama Aruna yang serba bisa melakukan apa saja, membuat Tibra seperti menemukan kehidupan baru saat bersama Andhira.

Bantuan-bantuan kecil yang dia berikan, sering membuat wanita itu berkaca-kaca karena terharu. Ucapan terima kasih yang tulus dari bibir mungil Andhira seolah menjadi candu bagi Tibra. Hal yang tidak pernah dia dapatkan dari Aruna. Wanita yang telah sepuluh tahun mendampinginya itu terlalu mandiri, membuat harga dirinya sebagai lelaki terusik. Dia sering merasa tidak dihargai.

Ah … Aruna. Wanita yang telah memberinya dua orang putera. Tidak ada yang salah dengan wanita itu. Dia istri dan ibu yang baik bagi dirinya dan anak-anak. Aruna bahkan masih menyempatkan memasak makan malam untuk mereka ditengah kesibukannya mengelola cabang utama dan satu anak cabang di kota lain.

Aruna bahkan sering menanyakan apakah dia pegal-pegal, jika dia menjawab iya, maka dengan senang hati wanita itu akan memijatnya dengan telaten. Aruna juga selalu menemani Zahir dan Zafar bercerita sampai waktu mereka beristirahat.

Kesetiaan Aruna jangan ditanya, mereka pernah melewati masa sulit makan sepiring berdua sehari. Wanita itu juga gigih berjuang bersamanya, berusaha memajukan usaha kecil mereka agar bisa hidup dengan nyaman dan tidak kekurangan. Ya, tidak ada yang salah dengan Aruna. Kecuali satu hal, wanita itu terlalu sempurna baginya. Kesempurnaan yang kadang membuat harga dirinya terluka.

Dering ponsel mengagetkan Tibra. Dengan sedikit malas lelaki itu mengambil ponsel di kantong celananya. Bibir Tibra tertarik membentuk segaris senyum saat melihat nama yang tertera di layar. Andhira, wanita yang telah membuat separuh jiwanya berlabuh.

“Mas, aku baru sampai di rumah.” Suara Andhira terdengar khas. Sedikit serak-serak sehingga membuatnya terdengar sangat seksi di telinga Tibra. Dulu, Tibra sempat mengira itu dibuat-buat. Ternyata, memang suara Andhira begitu adanya.

“Istirahatlah.” Tibra mengusap wajah. Dia sedikit kurang bersemangat malam ini. Pertengkaran dengan Aruna tadi membebani pikirannya. Dia kelepasan hingga melakukan kekerasan. Kesalahan terbesar yang dia lakukan adalah membiarkan Aruna pergi. Seharusnya, dia tetap menahan Aruna hingga semua tetap dalam kendalinya. Kalau sudah begini, dia tidak bisa mengontrol apa yang akan dilakukan Aruna di luar sana.

“Kenapa lesu begitu, Mas? Mas marah aku tidak jadi ke sana?”

Hening. Tibra memilih diam, takut salah bicara. Andhira sangat lembut perasaannya, berbanding terbalik dengan Aruna yang tegas. Wanita itu akan langsung berkaca-kaca jika dia sedikit saja meninggikan suara. Membuatnya selalu ingin berbuat lembut dan melindungi wanita itu agar tidak pernah menitikkan air mata.

“Ya maaf, Mas. Sepertinya satpam perumahan sedang tidak di pos waktu aku datang tadi. Mas juga ku telepon tidak menjawab.”

Tibra memejamkan mata. Bagaimana dia bisa mengangkat telepon? Tadi dia sibuk menenangkan Zahir dan Zafar yang menangis dan mengamuk karena ditinggal pergi oleh ibu mereka. Dia bahkan sempat tidak bisa berpikir apa yang harus dilakukan. Saat kedua anaknya mulai tenang, barulah pikiran Tibra terbuka kalau dia harus segera menemukan Aruna.

“Besok sepulang dari resto aku ke sana langsung saja, Mas. Biar sekalian nebeng, kalo baju ganti kan ada punya Mbak Aruna.” Suara mendayu-dayu Andhira kembali terdengar.

“Eh?” Tibra tiba-tiba menegakkan badan, matanya terbuka lebar mendengar ucapan Andhira barusan. Dia memang belum memberitahukan pada Andhira kalau Aruna pulang lebih cepat dari jadwal biasa.

“Kenapa, Mas? Kok kaget begitu? Mbak Aruna pulang masih lusa, kan?’

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Bah ini inspirasinya maia wulan sama dhani nh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   [TAMAT] Penyesalan Mendalam

    "Ampun! Ampun! Maaf, Mas." Andhira memeluk lutut dan menyembunyikan kepalanya di sana. Rambut wanita itu kusut masai. Di lantai, ceceran rambutnya terserak banyak karena sering dijambak."Tolong! Tolooong … tolooooong … bantu aku, bantu aku." Andhira kembali berteriak kencang sambil menangis histeris. Tubuhnya bergetar hebat. "Jangan bunuh aku, kumohon. Biarkan aku dan anakku hidup dengan tenang. Kumohon." Andhira menghiba dengan wajah basah.Sepuluh menit kemudian, dia tertidur di lantai dalam posisi bersujud. Seperti biasa, setelah mengamuk dan berteriak histeris, Amdhira akan tertidur begitu saja karena kelelahan. Napasnya terdengar teratur. Tidak lagi menderu seperti tadi.Disini, Tibra mengepalkan tangan kencang. Hatinya perih melihat keadaan Andhira. Sejak kejadian pagi itu sebulan yang lalu, Andhira menjadi lebih pendiam. Wanita itu tidak banyak bicara. Dia bahkan semakin menjaga jarak dengan Tibra dan tidak berani membalas tatapannya setiap kali berbicara.Tepat seminggu setela

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kebenaran Tentang Masa Lalu

    Tibra meremas selembar foto di tangannya. Lelaki itu menatap nyalang pada foto-foto lain yang berserakan. Disana terlihat foto dua orang yang sangat dia kenal. Andhira dan Devan sedang akad nikah. Keduanya juga tampak tersenyum lebar di pelaminan. Di foto lain, terlihat Devan dan Andhira sedang berfoto di ranjang rumah sakit sambil memeluk bayi mungil dengan papan nama bertuliskan nama Anna. Bukan hanya foto, tapi fotokopi kartu keluarga dan Juga fotokopi buku nikah melengkapi isi amplop coklat yang sampai ke mejanya pagi ini. "Lelucon apa ini?" Tibra tertawa kencang. Kepalanya hampir pecah mengetahui istri dan orang yang telah menghancurkan usahanya ternyata pernah menikah. Lelaki itu benar-benar meraa dipermainkan oleh kehidupan. Tibra langsung membereskan semua foto dan memasukkannya kembali ke dalam amplop besar. Setelah itu dia langsung meninggalkan outlet. Berkali-kali dia memukul kemudi dan membunyikan klakson selama perjalanan. Andai bisa, ingin rasanya dia melajukan kendara

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Dari Balik Jeruji Besi

    “Devan!”Lelaki yang sedang tiduran di kasur tipis sambil menumpukan kaki kanan di atas lutut kirinya itu mengangkat kepala sedikit saat mendengar petugas menyebut namanya.“Ada tamu,” ucap petugas sambil membuka kunci. Bunyi gemerincing rantai dan kunci beradu dengan sel memenuhi pendengaran, membuat beberapa tahanan menoleh dari balik sel mereka.Devan tersenyum tipis pada wajah-wajah penasaran itu. Jangankan mereka, diapun tidak sabar ingin tahu siapa tamu yang datang ini. Hampir dua tahun dia menjalani hukuman, tidak ada yang datang berkunjung. Itulah sebabnya saat mendengar Devan ada tamu, yang lain langsung antusias.“Siapa ya tamunya?”“Bukannya dia psikopat? Ada juga yang mau mengunjungi ternyata.”“Masa sih?”“Iya, makanya itu dia sendirian di dalam sel!”“Oh jadi itu alasannya dia seperti diistimewakan dengan hanya sendiri saja?”“Iya, katanya dulu awal-awal menjadi tahanan, habis rekan satu selnya. Entah dibagaimanakan, hampir saja teman-teman satu selnya mati perlahan. Unt

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Berbanding Terbalik

    “Baiklah, terima kasih pada pembicara kita yang sangat luar biasa. Sesi selanjutnya adalah penyerahan bantuan kepada teman-teman yang usahanya sedang kurang baik. Kepada teman-teman yang namanya disebutkan, harap naik ke atas panggung."Tibra meletakkan gelas minumannya. Sambil merapikan dasi, dia bergegas melangkah ke arah panggung. Beberapa teman yang usahanya juga kurang baik menepuk punggungnya. Mereka berjalan bersama.Hanya Tibra yang tidak didampingi istri. Andhira memilih menemani putri mereka daripada ikut ke sini. Acara itu disiarkan secara live di salah satu televisi swasta. Sehingga, dia bisa ikut mengikuti jalannya acara."Untuk menyerahkan secara simbolis bantuan ini, kami minta dengan hormat kepada Ibu Aruna sebagai sosok yang menginspirasi hari ini untuk memberikan amplop sebagai tanda sahnya teman-teman menerima bantuan. Semoga dengan diberikannya bantuan ini oleh Ibu Aruna, teman-teman sekalian bisa termotivasi untuk berinovasi sehingga usahanya bisa bangkit kembali.

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Bagai Kerumunan Lalat

    “Ah … maaf!” Tibra yang pikirannya sedang melayang kemana-mana tanpa sengaja menabrak seseorang saat akan mengambil gelas minuman.“Tidak apa-apa, tidak apa-apa.”Tibra menautkan alis saat mendengar suara yang sepertinya dia kenal. Dengan cepat, lelaki itu mengangkat kepala dan menoleh ke sumber suara.“Tibra.” Wira menarik napas panjang saat menyadari yang menabraknya barusan adalah mantan menantunya. Ada yang tercubit di dalam sana saat berjumpa lagi setelah sekian lama. Terakhir mereka bertemu di ruang persidangan perceraian saat dia mendampingi Aruna.Tibra menegakkan badan, dagunya sedikit terangkat dengan sebelah tangan masuk ke dalam kantong celana. Sejak dulu, dia dan mantan mertuanya itu tidak pernah dekat. Penolakan Wira padanya saat ingin menjadikan Aruna istri dulu masih membekas jelas dalam ingatan Tibra.“Apa kabar, Nak?” Adya tersenyum sambil mengelus tangan Tibra yang memegang gelas minuman. Hubungannya dengan Tibra memang lebih baik dibandingkan suaminya. Sepuluh tahu

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Tempat yang Sama

    “Sesi Sharing di pertemuan tahun ini kita mulai dari yang wajahnya sedang sangat wara-wiri di seluruh media, baik media cetak, radio maupun televisi. Seorang wanita yang sangat menginspirasi baik dari segi bisnis maupun perjalanan cintanya.”Ruangan itu ramai oleh suara tawa. Beberapa bahkan menutup mulut agar tidak tertawa terlalu kencang.“Beliau membangun usaha dari nol, hingga sekarang sudah sangat maju di usia yang masih terbilang muda. Beliau ini juga baru saja menikah beberapa bulan yang lalu dengan kategori pernikahan termewah tahun ini. Mari kita doakan bersama-sama agar segera dikaruniai keturunan. Aamiin.”“AAMIIN ….” Kompak, hampir semua peserta mengaminkan ucapan pembawa acara. Beberapa bahkan bersuit-suit membuat yang lain tertawa geli.“Untuk menghemat waktu, saya akan segera memanggil seseorang ini. Seseorang yang sangat menginspirasi terutama bagi para wanita. Seseorang yang merupakan gambaran Kartini masa kini. Gigih, mandiri, pekerja keras dan tidak gampang menyera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status