Share

Sebuah Teguran

Di depan mata semua orang, Naga Api Neraka itu akhirnya menelan hidup-hidup tubuh Miekato yang sudah dipenuhi dengan luka akibat serangan yang dilancarkan secara memb*bi buta oleh Naga ini.

Tak satupun dari mereka yang bisa bergerak untuk menolong Miekato. Sebab, kejadian itu berlangsung sangat cepat.

Terlebih lagi, saat ini tubuh mereka semua berada di dalam pengaruh tekanan aura kegelapan yang dipancarkan oleh Naga Api Neraka.

Tekanan dari aura ini sangat menindas bagaikan sebuah gunung yang berada di atas tubuh mereka dan membuat seluruh otot yang ada di tubuh mereka menjadi membeku.

Mereka semua juga sangat terkejut, namun di antara mereka semua tidak tahu harus bertanya pada siapa. Jelas-jelas bahwa Naga Api Neraka itu seharusnya sudah mati karena kehilangan semua kepalanya.

Akan tetapi, siapa yang bisa memprediksi jika Naga ini akan bisa bangkit dari kematian dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Aura energi iblis berwarna hitam pekat yang memancar dari tubuh Naga Api Neraka seakan-akan membuat warna langit yang seharusnya cerah menjadi ikut menghitam bagaikan malam hari tanpa rembulan.

Saat ini, Naga Api Neraka bagaikan seekor monster yang datang dari Neraka dan siap untuk menghabisi Isamu dan seluruh anak buahnya.

Sorot mata dari setiap kepala Naga Api Neraka menjadi semakin tajam dan ganas saat melihat wajah ketakutan dari masing-masing awak kapal, Kecuali Isamu.

Hanya Isamu seorang yang masih memiliki keberanian untuk menatap Naga ini tanpa rasa takut sedikit pun.

Meskipun sulit, Isamu tetap berusaha menggerakkan tubuhnya yang berada di bawah tekanan aura energi iblis yang sangat kuat.

Naga Api Neraka menatap Isamu dan berkata dengan nada penuh kesombongan. “Aku mengakui keberanianmu manusia! Selama ribuan tahun aku hidup, tidak pernah ada manusia yang berani menatapku tanpa rasa takut sedikit pun sepertimu. Bagaimana jika kau bersujud di hadapanku dan mengakui kesetiaanmu.”

Naga Api Neraka sangat terkesan dengan keberanian yang dimiliki Isamu dan berniat untuk menjadikan Isamu menjadi pengikutnya. Jika dia berhasil membawa Isamu menjadi pengikutnya, maka dia akan mendapatkan anak buah yang sangat pemberani.

Meskipun dia harus melanggar perintah dari salah seorang Jenderal Iblis dan tau hukuman apa yang nantinya akan dia dapatkan, tapi Naga Api Neraka masih tetap melakukannya karena kesempatan untuk mendapat anak buah seperti Isamu tidak akan datang dua kali.

Akan tetapi, Isamu memberikan respon yang berbeda.

Isamu menatap Naga Api Neraka dengan sinis lalu memcibir. “Menjadi anak buahmu?! Apa kau sudah gila. Hah … !! Bagaimana mungkin aku bisa mengikuti seekor monster yang telah membunuh salah satu awak kapalku yang paling satia. Saat di antara kita berdua hanya ada dendam yang mendalam bagaikan sebuah jurang tanpa ujung.”

Dengan amarah yang membara, Isamu kembali menggenggam erat pedang miliknya dan mengarahkan ujung pedang itu ke tubuh Sang Naga. “Biar bagaimanapun caranya, aku harus membunuhmu untuk membalas dendam atas kematian Miekato. Dendam di antara kita sudah tidak dapat lagi di hapuskan kecuali dengan kematianmu. Jika kau bisa bangkit kembali, maka aku akan terus membunuhmu hingga kau tidak bisa bangkit kembali.”

“Sangat menarik,” balas Naga Api Neraka menyeringai. “Sebelum kau membunuhku, lebih baik kau menyaksikan apa yang akan aku lakukan pada anak buatmu. Jika keputusanmu masih tetap sama setelah menyaksikan kejadian ini, maka aku juga akan menghabisimu.”

Naga Api Neraka itu langsung menggunakan masing-masing kapalnya untuk menyerang anak buah Isamu yang tersisa.

“Kapten tolong ...!!”

“Selamatkan kami, Kapten …!! Aku belum menikah dan belum punya anak.”

“Jauhkan monster ini dari kami, Kapten.”

“Bunuh Monster itu, Kapten ...”

Teriakan yang begitu menyayat hati seketika bergema di telinga Isamu. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan Isamu karena tubuhnya masih bisa terlepas dari pengaruh tekanan aura kegelapan yang dipancarkan oleh Naga Api Neraka. Apalagi jarak antara Isamu dan masing-masing anak buahnya cukup jauh.

Isamu hanya bisa menatap dengan sedih saat satu per satu anak buahnya di telan hidup-hidup oleh Naga yang sangat kejam ini. Dia merasa telah gagal menjadi seorang pemimpin karena tidak dapat melindungi anak buahnya saat berada dalam bahaya.

Andai saja waktu itu dia belajar ilmu sihir dengan tekun saat masih berada di bawah bimbingan gurunya, maka dia pasti bisa menjadi ahli sihir yang lebih hebat dari Miekato dan bisa melepaskan diri dari pengaruh tekanan aura energi kegelapan ini dengan sangat mudah.

Raut wajah Isamu seketika berubah menjadi suram ketika menyadari kebodohannya yang menganggap sihir adalah kekuatan yang tidak seberapa penting dan tidak lebih dari mainan anak-anak. Dia telah sepenuhnya tenggelam dalam jurang keputusasaan.

“Haha … Dengarkanlah suara-suara ini manusia. Apakah kau tidak mendengar nyanyian-nyanyian indah yang di teriakkan oleh anak buahmu sebelum mereka masuk ke dalam mulutku. Kenapa kau hanya berdiam diri saja di tempatmu? Apakah kau tidak ingin menolong mereka? Atau jangan-jangan keberanianmu sudah menghilang seperti abu yang tersapu angin.”

Naga Api Neraka tertawa terbahak-bahak dan terus mengajek Isamu agar mental Isamu semakin terpuruk dan terus jatuh semakin dalam ke dalam jurang keputusasaan. Sebab, mental seorang manusia yang telah hancur berkeping-keping tidak akan memiliki pertahanan apapun di dalam pikirannya dan membuat Naga Api Neraka akan menjadi semakin mudah untuk memengaruhi alam bawah sadar Isamu.

Pada saat krisis inilah. Tiba-tiba sebuah bola cahaya keluar dari perut Naga Api Neraka dan berhenti di depan Isamu lalu berubah wujud menjadi Miekato dalam wujud seperti sebuah roh.

Bola cahaya ini ternyata adalah kekuatan sihir yang dimiliki oleh Miekato selama hidupnya. Sebelum dia mendekati ajalnya, Miekato telah terlebih dahulu mengeluarkan semua kekuatan sihir yang dia miliki lalu memanifestasikan semua kekuatan sihir ke dalam bentuk bola cahaya.

Miekato berniat untuk memberikan semua kekuatan sihir ini pada Isamu sebelum nafasnya benar-benar habis. Sebab, jika kekuatan sihir ini masih berada di dalam tubuhnya saat dia mati di dalam perut Naga Api Neraka, maka semua kekuatan sihir ini akan dimiliki oleh Naga Api Neraka karena itu dia buru-buru mengeluarkan semua kekuatan sihir yang ada di dalam dirinya dan melemparkannya keluar sebelum dia meninggal.

“Apakah kau sudah menyerah, Kapten …!! Apakah kapten yang selama ini aku kenal adalah seorang pria yang memiliki mental yang begitu lembek seperti seekor siput? Kemanakah perginya keberanianmu yang sekuat badai itu?”

Sebuah teguran yang sangat keras langsung bergema di alam bawah sadar Isamu. Teguran ini bagaikan ribuan petir yang mengguncang seluruh alam bawah sadarnya.

Seketika, Isamu menjadi tersadar dari lamunannya. Raut wajahnya telah kembali seperti semula, bahkan menjadi semakin cerah dengan sorot mata setajam pedang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status