"Apa ini yang kau bilang menemui rekan kerjamu Tuan Alvin Edward Kim?" ujar Nayla dengan nada dinginnya.
Layaknya dijatuhi sebuah bom nuklir, Alvin benar- benar terkejut melihat istri sahnya itu kini tengah berdiri disampingnya dan menatap dirinya dengan guratan mata penuh kekecewaan. "Sa.. Sayang," suara Alvin terasa tercekat kali ini. Hatinya mendadak hancur ketika mata bulat miliknya melihat sebulir air mata jatuh dari mata cantik milik istrinya itu. Nayla mencengkram lengan Alvin dengan begitu kuat. Sungguh hatinya serasa remuk kali ini. Dibohongi oleh sang suami yang pada kenyataannya sedang berkencan dengan mantan kekasihnya di perjalanan bulan madu mereka. Sungguh miris sekali nasibnya kini. Nayla menghempaskan lengan Alvin dengan kasar, memutar balik tubuhnya untuk pergi. Meninggalkan manusia- manusia tak punya perasaan yang telah menghancurkan hatinya. Melihat istrinya melangkahKenapa anda bisa pulang sendiri Nyonya? Dimana Tuan Alvin," ujar Bibi Yu yang melihat Nayla turun dari mobil dan diantar oleh Sekretaris Han."Dia masih ada keperluan disana Bi, jadi aku pulang lebih dulu," ujar Nayla dengan masih mencoba tersenyum tipis meskipun hatinya teriris.Bibi Yun hanya mengangguk- anggukkan kepalanya paham, lalu segera membantu Nayla untuk membawa kopernya masuk. Meskipun ia merasa ada yang janggal karena Nyonya Mudanya tampak pucat bahkan tumben sekali memakai kacamata hitam.Setelah sampai dikamar, Nayla melepas kacamata hitam miliknya, ia menatap kearah cermin. Kedua matanya tampak bengkak, karna memang sepanjang perjalanan masih seringkali ia meneteskan air mata.Meletakkan kacamatanya lalu mulai merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Mencoba memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat karna tubuhnya terasa lelah, namun beberapa menit kemudian hal yang dilakukannya sia- sia. Bukannya b
Nayla saat ini tengah menyiapkan sarapan untuk suaminya itu. Memang beberapa hari yang lalu mereka masih terlihat canggung. Namun Nayla berusaha untuk kembali mempercayai suaminya.Dirinya hanya mencoba mempertahankan apa yang ia miliki saat ini, termasuk hati Alvin. Bukannya ia bodoh, tapi ia hanya mencoba bertahan dan memperbaiki rumah tangganya akibat sebuah goncangan. Bukahkah itu jauh lebih terlihat keren daripada terus menerus menangis dan menyerah pada keadaan?Nayla mulai membuka pintu kamarnya"Cepatlah turun, aku sudah menyiapkan sara-.." ucapannya terhenti ketika iris matanya melihat sang suami sedang berkaca di depan cermin dengan menggunakan setelan jas yang sangat familiar di matanya."Oh, kenapa kau bisa memakainya ?" ucap Nayla saat ia melihat Alvin tengah memakai setelan jas yang ia beli saat di Thailand waktu itu.Alvin yang istrinya sedang melihat dirinya di depan pintu pun segera m
"Apa yang kau lakukan Yenata!!!!" pekik Alvin dengan marah saat ia telah berhasil me merampas pisau yang akan digunakan Yenata untuk menggores pergelangan tangannya.Mendengar teriakan Alvin, Yenata pun tak kuasa menopang berat tubuhnya dan kini terduduk di lantai dengan terisak."Biarkan aku mati Alvin!! Toh apa gunanya aku hidup jika kau mengabaikanku!" ujar wanita itu terdengar pilu bahkan ia mengabaikan rasa sakit yang ada di pergelangan tangannya.Melihat Yenata yang begitu rapuh dan menangis pilu seperti itu membuat hati Alvin kembali melunak. Ia juga merasakan sakit ketika wanita yang dulu sempat mengisi hari- harinya kini sedang terisak hebat didepannya."Kumohon tenanglah Yenata!" ujar Alvin sambil membawa Yenata kedalam dekapannya. Mengusap punggung wanita itu dengan pelan mencoba menenangkan."Aku mencintaimu Alvin! Aku benar- benar mencintaimu," cicit Yenata berkali- kali mengutarakan perasaannya. 
Sepasang suami istri kini sedang duduk berdampingan di sebuah rumah mewah sembari menikmati sarapan mereka.Pasangan itu tampak harmonis, karna sesekali sang pria memberikan perhatian- perhatian manis hingga membuat semburat merah dari pipi wanita cantik yang duduk disebelahnya itu."Vin, antarkan aku ke rumah ayah ya. Aku rindu," ujar Nayla disertai dengan puppy eyesnya yang begitu menggemaskan dan sengaja dikedip- kedip kan, membuat sang suami pun tak kuasa untuk sekedar menjawab tidak."Siap istriku tersayang, aku pasti akan mengantarmu kemanapun kau pergi," balas Alvin dengan senyum tipisnya.Nayla yang mendengarnya pun tentu saja tersenyum senang, tanpa sadar mengaitkan lengannya pada sang suami dan mengecup pipi milik prianya.CupNaylamengecup sekilas pipi Alvin dan kembali berucap "Baiklah aku akan bersiap- siap dulu dan membawakan ayah beberapa bekal," ujar wanita cantik it
"Kau itu meeting apa pergi berkencan, perlu waktu selama itu Presdir Alvin!!" ucap Nayla dengan begitu kesal pada suaminya.DEGSerasa tertangkap basah perbuatan brengseknya, mendadak hati Alvin mulai diliputi kegelisahan. Meskipun Nayla hanya sekedar asal bicara namun itu sudah bagaikan ranjau untuknya.Alvin melangkah berjalan mendekat pada istrinya yang kini sedang memberengut kesal sambil melipat tangan di depan dada.Alvin mengikis jarak diantara mereka. Dan merangkul istrinya itu membawanya dalam dekapannya."Maafkan aku sayang, memang ada beberapa hal yang benar- benar perlu kita bahas," ujar pria itu setenang mungkin meskipun jantungnya berdetak tak karuan rasanya.Nayla memutar bola matanya malas, mendorong tubuh suaminya itu menjauh."Aku meneleponmu berkali- kali Vin!" kesal Nayla dan mulai berjalan meninggalkan suaminya yang kini menatapnya denga
Nayla melangkahkan kakinya memasuki gedung pencakar langit yang sempat menjadi rumah kedua untuknya.Bukannya sekarang tidak lagi, namun jika perusahaan ini adalah milik suaminya bukankah ia juga pemilik perusahaan ini. Ah, haruskah ia sombong saat ini?Mengingat bagaimana dulu karyawan wanita selalu menatap sinis kearahnya karena selalu menempel pada sang bos idaman mereka semua.Dan lihatlah kini sejak dirinya turun dadi dalam mobil lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung beberapa pegawai yang tahu statusnya saat ini berbondong-bondong menundukkan kepala mereka termasuk wanita- wanita berbisa yang dulu sempat mengatainya.Saat ingin melangkahkan kakinya menuju lift perusahaan, seseorang dari arah samping kirinya memangil nama Nayla."Nay ! Kau kesini ?" Ucap Mino cukup kencang dan membuat Nayla sedikit terkejut. Namun keterkejutan itu tak berlangsung lama dan berganti dengan sebuah senyuman manis t
Sudah 4 jam yang lalu Alvin tak bisa berpikir tenang sama sekali. Hatinya resah sejak kepergian sang istri dengan sorot mata penuh kekecewaan setelah melihat bagaimana tingkah brengseknya di luar rumah.Tak hanya istrinya namun Mino juga melayangkan beberapa pukulan keras pada wajah dan perutnya. Alvin tahu jika semua orang pasti sedang membencinya saat ini.Namun apa yang ia lakukan kini? Bukannya mengejar sang istri dan meminta permohonan maaf justru kini dirinya tengah berbagi ranjang dengan wanita yang membuat rumah tangganya berada diambang kehancuran.Lagi- lagi Yenata mampu membuat dirinya menuruti permintaan wanita itu. Alvin ingin sekali mengejar Nayla, tapi Yenata berhasil menghentikan langkahnya ketika wanita itu dengan tegas berteriak'Jika kau memilih istrimu, kau akan melihat mayatku saat ini juga'.Satu deret kalimat yang mampu membuat Alvin berbalik badan dan memilih untuk menuruti apa yang Yenata minta. Ter
Setelah kepergian Alvin 30 menit yang lalu, kini Yoga dan Mino sedang melakukan video call bersama Mina dan juga Nayla.Yoga membawa sahabatnya itu untuk tinggal sementara bersama kekasihnya. Selain untuk menenangkan Nayla, Yoga juga bisa mengontrol keadaan sahabat kesayangannya itu melalui kekasihnya. Sekaligus, Alvin pasti tidak akan dapat menemukan dimana tempat tinggal dari kekasihnya."Apa dia datang ?" tanya Nayla dari balik layar ponsel milik Yoga.Yoga menangguk mengiyakan ucapan Nayla. "Ya, sesuai dengan dugaanmu Nay. Alvin datang ke apartementku.""Lalu apakah sekarang dia sudah pergi?" tanya Nayla. Yoga dan Mino bisa melihat dengan jelas bagaimana raut kekhawatiran dari wajah sahabat kesayangan mereka itu."Ya, barusaja dia pergi Nay," balas Yoga dengan tersenyum tipis. Sejujurnya pria itu juga merasa sangat bersalah telah membiarkan Nayla masuk kedalam permainan Alvin.