Share

Malam Pertama Si Gadis Desa
Malam Pertama Si Gadis Desa
Penulis: Uni Tari

Bab 1

Penulis: Uni Tari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 12:15:49

Awan hitam sudah menyelimuti langit, angin berembus dengan kencang. Gadis bernama Hilma itu sedikit berlari kecil karena takut hujan akan segera turun.

Tangan kanannya mengangkat rok yang ia kenakan agar lebih leluasa melangkah, sedangkan tangan kanannya menenteng sebuah rantang yang berisi kangkung dan ikan asin goreng untuk Bapaknya yang sudah satu minggu membajak sawah milik Haji Burhan.

Gadis itu kini berlari agar lebih cepat sampai sebelum hujan turun, matanya melihat seorang lelaki yang juga tengah berlari, Hilma tidak mengenali siapa dia. Karena pada akhirnya hujan turun dan juga penglihatan yang buram karena lumayan jauh keberadaannya.

Hujan kian lebat, gadis itu memilih untuk berteduh di saung yang warga desa buat untuk beristirahat di sela-sela kerja mereka. Juga tempat penyimpanan karung dan terpal jika musim panen tiba.

“Lebih baik aku berteduh dulu di sini sambil menunggu hujan sedikit reda,” gumamnya, ia memperhatikan jilbab yang sudah basah, kemudian mengibaskannya.

Saat Hilma mengibaskan kerudungnya yang basah itu, matanya menatap seorang lelaki yang sama saat di jalan tadi sedang berteduh di saung. Hilma yakin dia orangnya, karena bajunya juga berwarna merah dengan celana sport berwarna hitam.

Hilma melirik sekilas, ia yakin bahwa lelaki itu bukan berasal dari desa ini. Bagaimana jika dia penjahat?

Ia merasa tak nyaman saat mengetahui ada lelaki itu di sana. Tapi hujan semakin lebat membuat Hilma terpaksa duduk di memojok, berjauhan dengan lelaki itu.

"Tolong...," ucapnya, sambil memeluk dengkul, berusaha menghangatkan tubuhnya.

Hilma yang sedang menatap hujan turun dengan deras, ia terkejut mendengar lelaki itu yang mengerang meminta tolong.

Dengan hujan deras dan angin kencang yang membuat suasana semakin dingin, membuat lelaki itu sampai menggigil kedinginan. Wajah dan bibirnya tampak pucat dengan tubuh yang menggigil. Hilma bingung, dalam keadaan seperti ini apa yang harus ia lakukan?

"Ka—kamu kenapa?" tanya Hilma panik.

"Adakah sesuatu yang bi—bisa menghangatkan tubuhku. Tolong... aku tidak kuat dengan udara dingin," ucap lelaki itu tersegal-segal. Ia merasakan napasnya yang semakin susah, kepala terasa seperti membeku.

Hilma sungguh bingung harus berbuat apa, mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk menutupinya tak ada. Mungkin karena musim panen sudah selesai, jadi warga memasukan kembali karung terpal mereka ke rumah masing-masing.

Lelaki itu semakin gemetar, matanya terpejam, napas tersegal-segal karena sesak yang dia rasa.

Hilma yang merasa iba, mengusir semua rasa ragu dalam dada. Dia yang tak pernah sama sekali berani bersentuhan dengan lelaki, kini ia berjalan menghampirinya, membantu lelaki itu untuk sedikit jauh dari dinding saung bambu.

Hilma menatap jilbabnya yang setengah badan, tanpa pikir panjang ia menyelimuti tangan lelaki di depannya agar tidak kedinginan. Dia berusaha untuk membuatnya hangat walau sedikit.

“Kemari, biar saya tutup tanganmu. Maaf jika lancang, setidaknya ini bisa menghangatkanmu walau sedikit.”

“A—aku….”

Hilma mencondongkan kepalanya sedikit agar bisa mendengar lelaki itu berbicara apa. Karena suara hujan dan juga lelaki itu yang berbicara pelan, membuat Hilma tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Lelaki itu kemudian mendongak menatapnya. Ia ingin berucap sesuatu tapi merasa lemas tak kuat. Kepalanya semakin dekat pada wajah Hilma karena tubuhnya yang terasa sangat lemas.

"Hey, sedang apa kalian!"

"Kalian mesum, ya!”

Hilma masih ingat tuduhan warga desa yang baru pulang dari ladang, berniat untuk berteduh meskipun sudah basah kuyup.

Walaupun Hilma sudah memohon bahkan bersujud agar mereka percaya bahwa dia tidak melakukan hal apa pun dengan lelaki itu. Tapi warga tak menanggapi. Bagi mereka siapa saja yang sudah berani berbuat zina di desanya, maka dia harus mendapatkan hukuman.

Salah satu warga itu menarik Hilma untuk keluar dari saung, begitu juga dengan laki-laki bernama Zafar yang ditarik paksa. Mau tak mau dalam keadaan lemas ia berusaha berjalan. 

Sepanjang jalan Hilma menangis ketakutan. Melihat mereka diarak membuat orang-orang yang sedang berteduh di rumahnya masing-masing berbondong-bondong keluar melihat warga yang membawa paksa Hilma dan Zafar. 

Zafar sekilas menatap gadis itu yang nampak histeris karena para warga membawa mereka ke balai desa. 

Lelaki itu bukan tak mau membela diri, tapi sekujur tubuhnya terasa beku. Napas yang masih tersegal-segal karena sesak, membuatnya tidak bisa berkata-kata. 

Zafar menatap gadis itu, ia meminta maaf dalam hati, takut jika dia mati hari itu juga karena merasakan dadanya yang sakit dan semakin sulit untuk berpanas. 

Lelaki itu kian lemas tak mampu berjalan. Tapi tarikan warga yang memaksanya berjalan sesekali terseret-seret kakinya. 

Ada penyesalan di hati lelaki itu datang ke desa. Zafar yang datang ke desa ini untuk bertemu sang paman—Haji Burhan, yang termasuk orang terpandang di sana, kini ia malah mendapatkan hal seperti ini. Mana yang kata Pamannya orang desa itu baik dan rendah hati, mereka hanyalah orang egois yang tidak mempedulikan orang lain. 

Sesampainya di balai desa, mereka didudukan. Para warga sudah berkerumun ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tak ada yang iba pada Zafar yang tubuhnya semakin lemas. 

Dia perlahan ambruk ke lantai, membuat Hilma yang sedang menangis itu sontak terkejut dan menepuk-nepuk wajahnya. 

“Hei! Bangun!”

Hal yang di mana warga semakin yakin, bahwa mereka ada hubungan khusus. 

Pak Hasan ayah Hilma, baru saja datang dengan basah kuyup. Pak Hasan meminta warga untuk bergeser agar ia bisa masuk. Badan seorang ayah itu terasa lemas, jantungnya berdegup kencang menahan amarah.

“Hilma!” Pak Hasan menghampiri sang anak lalu menipiskan tangannya itu yang sedang memegangi pipi Zafar. “Bapak gak nyangka kamu berani berbuat seperti ini!”

Hilma menggeleng, ia menggapai tangan sang Bapak sambil menangis. “Enggak, Pak. Ini bukan seperti yang mereka tuduhan. Demi Alloh, Hilma hanya—” 

Hilma yang baru saja ingin mengatakan sesuatu, Pak Rt datang meminta agar warga jangan berkerumun dan harap tenang. Ia melihat Hilma yang menangis, di samping Zafar terlukai lemah.

"Tolong bantu dulu dia, kasian badannya lemas begitu. Ganti bajunya, ya!" pinta Pak RT pada hansip. Kemudian dia meminta Hilma untuk berdiri. 

Gadis itu berdiri dengan lutut gemetar, kepalanya menunduk dalam. Ia menatap kaki sang Bapak, kemudian menangis semakin hebat. 

" Apa benar kamu teh melakukan hal itu? Tolong jujur, Neng. Jangan buat para warga semakin marah," tutur Pak RT

"Aku bersumpah demi Allah, Pak RT. Hilma cuma bantuin dia... itu aja, gak ada niatan untuk melakukan hal hina itu."

"Halah bohong dia Pak. Udah kawinin aja!"

"Iya, kawinin aja. Jangan mau enaknya doang!"

"Yang udah ngotorin desa ini, dia harus diusir dari sini. Setuju warga semua?!"

"Setuju! Kalau gak mau tanggung jawab, usir mereka."

"Iya, usir!"

Semua orang memojokan Hilma. Gadis hanya bisa menangis menatap wajah sang Bapak yang tidak berekspresi tapi memendam kemarahan padanya. 

Bukan tak mau Pak Hasan berusaha membela anaknya, tapi ia rasa percuma, mau sampai bersujud pun, warga tidak akan mendengarkannya. Karena ini sudah menjadi pegangan bagi kampung itu. 

Siapa pun yang diketahui berzina, disaksikan langsung oleh warga. Maka tak ada kata maaf bagi yang melakukannya, pilihannya hanya dua. Nikah atau pergi dari kampung itu. 

***

"Ujang Zafar, tolong nikahin anak bapak, sebagai bentuk tanggung jawabmu. Jika memang kamu adalah orang yang baik, pasti akan mempertanggungjawabkan semuanya. Dan bapak berharap, kamu memang orang yang baik, meskipun telah melakukan hal yang tak baik." Pak Hasan menatap lelaki itu yang baru tersadar dari pingsannya. 

Zafar yang baru tersadar dari pingsannya, ia menatap sekeliling, sedikit terkejut saat menyadari bahwa dia sedang berada di balai desa. 

Begitupun dengan gadis itu. Pak Rat dan hansip, berdiri di sampingnya. Sedangkan Pak Hasan duduk di samping sang anak, ia menatap penuh harap pada lelaki itu. 

“Bukankah kamu ponakan Haji Burhan yang datang dua hari lalu, kan?” tanya Pak RT padanya.

“Iya. Saya datang ke desa untuk meminta izin akan membuat sebuah konveksi, karena di Jakarta saya membuka itu. Paman menyarankan saya untuk membukanya di desa, agar warga mendapatkan lowongan pekerjaan baru.”

Kemudian lelaki itu menatap Hilman yang masih terisak sambil menunduk. 

“Karena udara yang sangat segar di sini, saya berniat ingin berjalan-jalan sambil menikmati suasana. Namun hujan datang dan saya memilih untuk meneduh di saung itu. Tak lama dia datang juga berteduh di sana.” 

Mata lelaki itu tak lepas menatap Hilma saat menjelaskannya pada orang-orang di sana. 

“Lalu karena khilaf, kalian melakukan itu?” potong Hansip, yang membuat Zafar menatapnya lekat. 

Hilma yang mendengar itu menggeleng dengan air mata yang mengalir tanpa henti. 

“Sudah-sudah. Jadi ini bagaimana? Warga desa tak terima dengan ini semua. Karena mereka menyaksikan langsung kalian yang sedang….” 

Pak RT tak mampu melanjutkan kata-katanya, ia merasa tak enak pada Pak Hasan, dia pasti sangat terpukul dengan semua ini. 

"Saya akan menikahi dia," jawab Zafar lemah.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 54 TAMAT

    Tapi sayang, orangnya sudah tidak ada di rumah. Pria itu memukul stang motor karena terlambat.Ia memutuskan untuk mengejarnya. Sebelumya dia menelpon sang teman lebih dulu, agar menjaga di rumah Haji Burhan, karena dua pria yang Santi suruh pasti akan segera datang. Motor melaju sedikit cepat, pria itu tersenyum miring melihat mobil merah di depannya. Ia menambah kecepatan, menyalip mobil yang sedang dikendarai Santi sampai mobil itu berhenti mendadak. "Zafar?" Haji Burhan turun dengan wajah yang kesal. "Mau apa kamu?"Santi turun dengan mata yang melotot kesal. Dia mendekat pada Haji Burhan, merayu agar lelaki tua itu bergegas pergi dengannya. "Tunggu dulu, lah. Buru-buru amat," ujar Zafar. "Mau apa kamu sebenarnya, Zafar?" tanya Haji Burhan sekali lagi. Dua motor lainnya baru tiba. Teman Zafar bergegas menangkap wanita itu dari belakang. Membuat Santi meronta-ronta sembari berteriak, Haji Burhan yang melihat itu menatap Zafar dengan marah."Zafar... kamu benar-benar menusuk p

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 53

    Santi menerima uang hasil judinya sambil berteriak gembira. Modal satu juga, bertambah berkali-kali lipat karena berhasil mengalahkan rekan-rekan judinya itu. Sedangkan mereka saling pandang, dengan sengaja membuat Santi bahagia lebih dulu, agar dia ketagihan dan terus mengeluarkan uang untuk berjudi. Wanita itu tak sadar telah diperdaya oleh mereka. "Ya udah, aku pulang, ya. Besok kita main lagi, dua juta!" ujar Santi. "Siapa takut." "Setuju!" "Oke deh. Bye, aku pulang." Dia masuk ke dalam mobil dengan perasaan bangga. Hasil judi ini sebagian akan ia berikan pada sang ibu. Belum sempat ia menyalakan mobil, suara ponsel berdering. Dia mengangkat telfon itu dengan raut wajah malas. "Kenapa?" tanyanya tak suka. "Transfer Bapak duit, tiga juta aja. Bapak di kejar-kejar rentenir, kamu tau kan akibatnya kalo gak mau ngasih duit?" ancam seseorang dari telfon. "Ish, lagi-lagi ancaman itu. Ya udah iya. Aku kirim sekarang!" Santi memutuskan telfon sepihak. Sembari

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status