Share

Bab 3

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2024-01-19 12:17:42

Zafar juga berjalan mendekat padanya, kemudian berkata, "Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untukku mempertahan kamu, Sinta. Silakan pergi, dan carilah pria yang murahan, sama seperti dirimu."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Zafar, pria itu hanya tersenyum miring sambil memegangi pipinya.

"Aku akan membuatmu hancur, Zafar. Ingat itu!" tekan Sinta, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi.

Tiga tahun bersama bukan waktu yang singkat, Zafar sangat tau sifatnya seperti apa. Jika memang ada orang yang mengusik, dia tak segan akan membuat orang itu hancur lebur, lalu dia akan tertawa melihat balas dendamnya berhasil.

Tapi Zafar tidak takut, akan ia terima apa pun nanti yang akan dilakukan Sinta padanya.

Semua warga menatap Zafar yang kembali masuk. Ia meminta untuk segera dinikahkan saja, jangan menunggu apa-apa lagi, karena masalahnya sudah pergi.

Pria itu menatao Hilma yang masih memegangi pipi, karena tadi Sinta juga memukul bagian pipi saat mendorong ia sampai jatuh.

"Atas nama Sinta saya minta maaf."

Hilma hanya melirik sekilas pria itu, kemudian memalingkan wajah.

Zafar sudah siap mengulurkan tangan, Pak Hasan nampak ragu untuk memulai ijab qobul, ia menatap Hilma yang hanya bisa menangis dalam diam.

Karena dorongan dari warga untuk segera dinikahkan, Pak Hasan pada akhirnya menjabat tangan pria itu, kemudian ijab qobul pun dimulai. Pernikahan dilakukan secara siri, karena membutuhkan waktu jika harus menikah secara resmi. Akan tetapi, mereka tidak hanya akan nikah siri saja, pernikahan resmi tetap akan digelar di desa, setelah semua persyaratan selesai.

***

Setelah dinyatakan resmi menikah siri, Zafar dan Hilma langsung diminta untuk ke Jakarta, menemui orang tua Zafar di sana. Karena jam masih menunjukan pukul delapan malam, sedangkan perjalanan Bandung-Jakarta hanya menghabiskan waktu kurang lebih empat jam, Zafar memutuskan untuk kembali ke kota malam itu juga.

Hilma dan Zafar memutuskan untuk ke rumah Pak Hasan dulu, agar gadis itu bisa merapikan pakaian yang ingin ia bawa. Dada Hilma masih terasa sesak, mengapa begitu cepat takdir merubahnya.

Hanya dalam sekejap, kini ia sudah menjadi istri orang lain. Yang bahkan orang itu sama sekali tidak Hilma kenal.

Setelah menunggu lima belas menit, gadis itu keluar membawa tas yang berisi baju. Zafar yang sedang menunggu kemudian membantu Hilma membawa tasnya. Ia meletakan tas itu di kursi tengah.

Zafar menghadap pada Pak Hasan, ia mengulurkan tangan tapi tak Pak Hasan hiraukan. Seorang ayah itu hanya diam, memandangi ke sembarang arah. Sama sekali tidak melirik pria itu. Begitu juga pada Hilma, ia melakukan hal yang sama.

"Assalamu'alaikum," ujar Hilma, kemudian berjalan menuju mobil. Sebelum naik, ia menatap kembali sang Bapak. Hilma membatin, sesakit itu kah hatinya? Sampai-sampai tidak mau melihat wajah anaknya lagi.

Setelah pamit pada semua orang di sana, mobil mulai berjalan, Zafar menyetir sendiri. Sesekali ia melirik Hilma yang hanya diam, kemudian menyeka air mata di pipi.

Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Hening.

Sampai di rest area, Zafar teringat jika gadis itu dan begitupun dia belum mengisi perutnya sama sekali. Pria itu memutuskan untuk berhenti sekalian mengisi bahan bakar.

Menyadari mobil berhenti, Hilma melihat sekeliling, Zafar turun tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Hilma, membuat pikiran gadis itu takut, jika Zafar akan meninggalkannya di sana.

Padahal, Zafar sedang memesan satu cup kopi dan juga nasi goreng. Ia kemudian kembali ke mobil setelah membayarnya.

Hilma yang sedari tadi khawatir dibuang karena Zafar tak kunjung datang lagi, kini gadis itu merasa sedikit tenang saat pintu mobil terbuka, dan Zafar kembali masuk.

"A—aku kira, kamu ngebuang aku di sini," katanya pelan.

"Untuk apa saya ngebuang kamu di sini. Kalau memang mau ngebuang, sudah saya turunkan kamu saat masih di jalanan hutan tadi," jawab Zafar.

Kemudian ia menyodorkan sebungkus nasi goreng dan air mineral pada gadis itu. "Makan. Saya baru ingat kalau sejak tadi kamu belum makan."

Hilma yang memang juga merasakan lapar sejak tadi, dia tak mementingkan gengsi. Ia mengambil makanan itu, dan berucap terima kasih pada Zafar.

Pria itu hanya bergumam.

Melihat Hikma menikmati makanan, Zafar sedikit menghela napas. Dalam satu kali pertemuan, yang pada akhirnya mereka dinikahkan. Zafar masih merasa bahwa ini adalah mimpi, sungguh tak pernah terbayang sebelumnya, ia akan menikah di usia 25 tahun dengan gadis desa. Yang lugu dan polos itu.

***

Sekitar jam dua dini hari, mereka sampai ke rumah orang tua Zafar. Pria itu turun dari mobil untuk membuka pintu garasi, namun dikunci. Ia kembali ke mobil, menelpon sang ibu memintanya untuk membuka kuncinya.

Tak lama, Bu Hani, ibunya Zafar keluar, ia membuka gerbangnya, Zafar kembali ke mobil membawa mobil itu masuk.

"Ayo!" katanya pada Hilma, yang sejak tadi gemetar karena takut jika orang tua Zafar itu tak terima.

Hilma memejamkan mata, ia berdoa dalam hati semoga semua baik-baik saja. Gadis itu turun, kemudian memberanikan diri mengulurkan tangan pada Bu Hani. Ibunya Zafar itu menerimanya.

"A—assalamu'alaikum, Ibu."

"Waalaikumsalam. Zafar, bawa dia masuk," ujar Bu Hani, yang masih terkejut setelah mendengar kabar dari sang kakak. Bahwa anaknya itu dinikahkan.

Zafar membawa Hilma masuk, kemudian memintanya untuk duduk. Bu Hani pun sudah duduk menghadap mereka berdua.

"Sudah pada makan?"

"Sudah," jawab Zafar pelan.

Bu Hani ke dapur dulu, ia membuatkan teh hangat untuk mereka. Hilma yang tadi terasa sulit untuk bernapas, ia seakan lega saat Bu Hani pergi dari hadapannya.

Gadis itu melirik sekilas ke arah Zafar, yang juga hanya diam membisu. Tangannya saling bertautan, dengan raut wajah yang nampak gusar. Mendengar langkah kaki Bu Hani yang kembali, membuat Hilma kembali menunduk dalam, ia mengatur napas mencoba untuk menenangkan diri.

"Minumlah, perjalanan kalian jauh. Pasti capek," ujar Bu Hani, sembari meletakan dua cangkir teh manis dan satu toples kue.

Hilma masih saja menunduk, ia tak berani mengambil teh manis itu. Sedangkan Zafar menatap sekilas sang ibu, kenapa dia tidak marah dan mengomel, padahal perbuatannya ini sangat fatal.

'Mungkin belum,' batin Zafar.

"Ibu...."

"Zafar, nanti kamu bawa dia ke kamar kamu, ya. Kalau kalian capek, istirahat saja. Biar ibu bawa minumannya ke atas."

Belum sempat Zafar berbicara, Bu Hani sudah lebih dulu memotongnya.

"Tak perlu, Ibu. Saya bisa membawanya. Maaf, karena sudah merepotkan," ujar Hilma. Ia berusaha tersenyum, walaupun jantungnya sudah berdegup tak karuan.

Bu Hilma sedikit tersenyum melihat kesopanan gadis itu. "Siapa namamu?"

Hilma meneguk ludahnya sendiri mendengar pertanyaan itu. Bibirnya kelu untuk menjawab karena ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ulvyana Mpi
Thor Bab ini ada yang terlewatkah ? kok gak nyambung dengan bab sebelumnya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 54 TAMAT

    Tapi sayang, orangnya sudah tidak ada di rumah. Pria itu memukul stang motor karena terlambat.Ia memutuskan untuk mengejarnya. Sebelumya dia menelpon sang teman lebih dulu, agar menjaga di rumah Haji Burhan, karena dua pria yang Santi suruh pasti akan segera datang. Motor melaju sedikit cepat, pria itu tersenyum miring melihat mobil merah di depannya. Ia menambah kecepatan, menyalip mobil yang sedang dikendarai Santi sampai mobil itu berhenti mendadak. "Zafar?" Haji Burhan turun dengan wajah yang kesal. "Mau apa kamu?"Santi turun dengan mata yang melotot kesal. Dia mendekat pada Haji Burhan, merayu agar lelaki tua itu bergegas pergi dengannya. "Tunggu dulu, lah. Buru-buru amat," ujar Zafar. "Mau apa kamu sebenarnya, Zafar?" tanya Haji Burhan sekali lagi. Dua motor lainnya baru tiba. Teman Zafar bergegas menangkap wanita itu dari belakang. Membuat Santi meronta-ronta sembari berteriak, Haji Burhan yang melihat itu menatap Zafar dengan marah."Zafar... kamu benar-benar menusuk p

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 53

    Santi menerima uang hasil judinya sambil berteriak gembira. Modal satu juga, bertambah berkali-kali lipat karena berhasil mengalahkan rekan-rekan judinya itu. Sedangkan mereka saling pandang, dengan sengaja membuat Santi bahagia lebih dulu, agar dia ketagihan dan terus mengeluarkan uang untuk berjudi. Wanita itu tak sadar telah diperdaya oleh mereka. "Ya udah, aku pulang, ya. Besok kita main lagi, dua juta!" ujar Santi. "Siapa takut." "Setuju!" "Oke deh. Bye, aku pulang." Dia masuk ke dalam mobil dengan perasaan bangga. Hasil judi ini sebagian akan ia berikan pada sang ibu. Belum sempat ia menyalakan mobil, suara ponsel berdering. Dia mengangkat telfon itu dengan raut wajah malas. "Kenapa?" tanyanya tak suka. "Transfer Bapak duit, tiga juta aja. Bapak di kejar-kejar rentenir, kamu tau kan akibatnya kalo gak mau ngasih duit?" ancam seseorang dari telfon. "Ish, lagi-lagi ancaman itu. Ya udah iya. Aku kirim sekarang!" Santi memutuskan telfon sepihak. Sembari

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • Malam Pertama Si Gadis Desa    Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status