Share

Bab 11

"Aiswa mau nambah lagi makannya, sayang?" tanyaku pada Aiswa saat kulihat ia menyuapkan nasi terakhir di piringnya.

"Makasih, Ma! Aiswa sudah kenyang," jawabnya setelah selesai mengunyah makanannya.

Sebuah restoran cepat saji menjadi pilihan kami untuk makan siang sekaligus beristirahat sejenak sepanjang perjalanan ke puncak saat itu.

"Okey, berarti lepas ini kita bisa langsung melanjutkan perjalanan ke villa," kataku sembari bangkit dari kursiku.

"Aiswa tunggu disini dulu sama nenek ya, mama mau ke kasir bayar makanan kita. Antriannya lumayan panjang. Jadi harus sabar nunggunya ya !"

"Oke, Ma!" Aiswa memberi kode dengan jempol dan ibu jarinya yang membentuk sebuah bulatan. 

Aku segera berjalan menuju antrean kasir. Kuedarkan pandangan ke sekeliling restoran sambil menunggu antrian. Para pegawai mulai dari kasir hingga pelayan terlihat sangat sibuk melayani pengunjung yang membludak di restoran kali ini.

Libur panjang kali ini terasa berbeda dengan masa liburan sebelum sebelumnya yang begitu dibatasi karna pandemi Covid 19. Jadi ketika keadaan sudah mulai pulih dan aman seperti saat ini, otomatis hampir semua orang pun ingin menikmati masa liburan untuk mengunjungi objek objek wisata atau tempat hiburan yang sempat ditutup beberapa lama.

šŸ’–šŸ’–šŸ’–

"Duuuh Aiswa, Mama kamu lama banget sih! Mana Nenek kebelet pipis lagi sekarang."

"Ya udah Nek, sana Nenek ke toilet. Aiswa berani kok disini nunggu sendirian!"

"Ehm, tapi kamu jangan kemana mana ya, tetap duduk disini dan tunggu sampai Nenek atau Mama kembali !

"He - eh !" Aiswa mengangguk tanda mengerti.

Aiswa pun duduk tenang sambil kedua mata beningnya mengamati keadaan restoran. Mulai dari interior dan pernak pernik didalam ruangan, sampai para pengunjung yang keluar masuk dan menyantap hidangan pun tak luput dari tangkapan matanya.

Mereka semua tampak asik dan bahagia menikmati makan bersama keluarga masing masing. Sudut bibir bocah itupun turut menyunggingkan senyum tiap melihat diantara mereka tertawa saat bercengkrama.

Tiba tiba bola mata Aiswa menangkap sebuah benda tergeletak di atas meja di seberang tempat ia duduknya.

Sebuah HP ! Sepertinya benda itu tertinggal oleh pemiliknya. Aiswa ingat betul siapa yang baru saja menempati meja tersebut. Ya, sepasang laki laki dan perempuan dengan usia kurang lebih seperti neneknya. Dan sepertinya mereka belum terlalu lama meninggalkan tempat itu.

Aiswa mulai berjalan ke meja, lalu di ambilnya HP tersebut sambil matanya mengitari ruangan, barangkali si empunya masih berada di sekitar situ. Tapi nihil, Aiswa tak menemukan mereka. Hingga matanya tertumbuk pada sosok yang terlihat di luar pintu, lebih tepatnya di area parkir.

"Nyonya! Nyonya, HPnya ketinggalan !" Aiswa terus berlari mengejar sambil berteriak memanggil sosok yang tengah hendak membuka pintu mobil.

"Nyonya Hp nya ketinggalan ! Huh huh huh!"  Aiswa menyodorkan HP ditangannya dengan napas yang masih ngos ngosan.

Perempuan setengah baya itupun berbalik karna merasa ada seseorang yang tengah menghampiri dan berbicara padanya.

Ternyata benar, ia melihat seorang anak perempuan dengan banyak kepang kecil kecil mengitari rambutnya. Ia pun tersenyum begitu melihat bocah tersebut. Tapi itu hanya sesaat. Karna detik selanjutnya wajah nyonya itu berubah seperti orang yang sedang terkejut. Seolah menangkap sesuatu yang aneh di wajah anak itu.

"Ba - bagaimana mungkin? Wajah Ferdy masa kecil dan wajah anak ini?" Batin perempuan itu dipenuhi tanda tanya dan keterkejutan.

"Nyonya, Nyonya ini HP anda kan?" Suara Aiswa kembali terdengar hingga membuyarkan lamunan perempuan tersebut.

"Ooh, sebentar!" 

Setelah dicek dan mencocokkan sandi di HP tersebut, ternyata benar HP itu adalah miliknya. Ia pun tersenyum.

 "Anak manis, terimakasih sudah mengembalikan HP Oma. Oh iya, panggil Oma Ani aja ya, jangan Nyonya!"

"Iya, sama sama Nyonya. Eh, Oma Ani!" Jawab Aiswa disertai senyum ramahnya.

Aiswa membalikkan badan, berniat segera kembali masuk ke dalam restoran. Takut kalau Nenek dan Mamanya bingung mencari cari dirinya bila tak ada di tempatnya. Sebelum pada akhirnya, langkah kakinya dicegah oleh sebuah panggilan, "Eh tunggu!"

"Ya, Oma!" Aiswa kembali memutar badannya.

"Nama kamu siapa, sayang?"

"Aiswa, Oma."

"Oh, nama yang sangat cantik!"

"Emm, ini ada sedikit dari  Oma di terima ya!"

"Makasih, Oma. Tapi tidak usah. Karna kata Nenek bila kita mengembalikan hak orang lain tanpa mengharap imbalan, maka Allah akan memberi imbalan pahala yang lebih besar!"

"Oh, begitu!" Oma Ani sedikit tertegun mendengar penuturan bocah polos di depannya. Tanpa sadar, tangannya mengelus lembut pipi Aiswa.

"Emm, kalau begitu Oma boleh minta satu hal pada Aiswa, tidak?"

"Apa itu, Oma?"

"Oma boleh ambil foto Aiswa? Satu saja!" Oma memandang Aiswa penuh harap, yang kemudian dijawab anggukan pasti oleh Aiswa.

 

"Cekreeek!" Kamera ponsel selesai mengambil gambar Aiswa.

"Terimakasih sekali lagi, Aiswa!" Terlihat Oma Ani sangat senang usai mendapatkan ffoto Aiswa.

"Sama sama." Aiswa tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari menghambur masuk ke dalam restoran.

Sementara Oma Ani menjadi terdiam beberapa saat, netranya tak berkedip memandang foto Aiswa. Kesedihan diam diam telah merambat dalam hatinya. "Ferdy, Aiswa, kenapa wajah kalian begitu mirip?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mblee Duos
Terimakasih sudah berkenan membaca. Mohon keikhlasan gems / vote nya agar penulis lebih semangat......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status