Neta baru bangun saat matahari sudah mulai naik, jarum sudah menunjukan pukul delapan pagi dan Neta belum melakukan apa-apa. Neta melirik space kosong disebelahnya, ternyata Jayden sudah bangun dan menyisakan tempat kosong disisinya.
Begitu sadar Neta langsung loncat dari kasurnya, panik dia. Ini hari senin dan dia kesiangan. Yang pertama dia hampiri adalah kamar Sam. Dan kamar Sam kosong, ‘mungkin Sam sudah berangkat sekolah, bersama Papanya’ monolognya. Akhirnya Neta memutuskan untuk ke kamarnya dan membersihkan dirinya sendiri.
Tanpa Neta tahu pasangan ayah dan anak sedang asik bermain basket di lapangan yang terletak tepat di belakang rumah keluarga Anthonie.
Mereka saling merebut bola dan menggiringnya ke ring lawan. “Oh iya, Papa nanti sore bakal pergi Singapura selama seminggu untuk perjalanan bisnis” Jayden mengajak berbicara sambari men-drible bolanya.
“Ya udah pergi aja, biasanya pergi sebulan juga
Suara riuh memenuhi lapangan indoor basket sekolah, tempat dimana Sam menimba ilmu. Hari ini sekolah Sam melawan sekolah rival untuk menentukan siapa kampiun dari tournament basket tingkat nasional.Sam melirik sekitar bangku penonton dan dia tidak menemukan sosok Neta disana. Neta berjanji dengan dirinya tadi pagi untuk menonton final matchnya kali ini. Sam sudah menyerah karena penghujung waktu permaian ini akan selesai. Namun skor sekolahnya masih dibawah skor sekolah lawan. Yaitu 84 untuk skor sekolah Sam dan 86 untuk skor sekolah lawan.“SAMMY, SEMANGAT” teriakan yang Sam yang kenal tanpa menoleh pun Sam tahu siapa dia. Sam mencari sumber suaranya dan Sam menemukan Neta yang baru saja dengan nafas memburu.Neta ditengah nafasnya yang terengah-engah masih bisa berteriak untuk menyemangatinya. Sam mendapat lemparan bola dari Travis. Teamnya sudah menyerah dan berjalan menuju bangku pemain untuk beristirahat.Namun Sam masih memiliki semanga
“Loe gila bang, bener-bener gila” Arthur hanya bisa menggelengkan kepala begitu selesai mendengar curhatan Jayden.Kyle juga tidak habis pikir dengan Jayden “Saran gue loe pilih salah satu Bang, loe nggak mungkin bisa bagi hati loe untuk dua Wanita”“Gue setuju sama Kyle bang”“Betul bang, loe nggak bisa egois. Lepas Neta terus bahagia dengan Tasha. Atau lepas tasha buat bahagia bareng Neta. Saran gue lepa Tasha sih bang, soalnya Neta udah lama ngurusin loe sama Sammy. Udah tahu kebiasaan loe juga jadi nggak perlu adaptasi” Saran Kevin yang cukup masuk akal.Jayden memijat pangkal hidungnya “Nggak bisa, gue nggak bisa lepas Neta sama Tasha begitu aja. Gue butuh keduanya”“Loe butuh mereka buat apa sih bang? Gue aja punya istri satu si Nina nggak abis-abis bang. Maruk amat loe pengen punya dua”“Loe nggak tahu Kyle gue butuh mereka berdua”Kevin menepuk
Ekspetasi Neta beneran terjadi, hari ini dia menjadi baby sitter untuk kedua bayi besarnya yang sedang berbaring karena sakit. “Neta, peluk. Nggak bisa tidur kalau nggak dipeluk” Bayi besar nomor dua Neta sedang meminta perhatian Neta. “Sini baring disebelah Sammy” sambungnya. Neta menghentikan aksi memijat Jayden untuk sementara waktu, karena anaknya susah untuk terlelap. “Saya ngeloni Sammy dulu” “Tapi saya juga sakit lo Neta” Jayden merengek kepada Neta. Neta merotasi kedua bola matanya. “Lima menit saja, saya pastikan Sam terlelap” “Bener lima menit” “Iya Papa Sam” Okay Jayden sedikit mereda tingkat rewelnya, sekarang Neta sudah berbaring di samping Sam, tangannya menepuk pelan paha Sam sementara mulutnya melantukan nada lembut untuk mengantarkan Sam terlelap. “Neta, udah izinin Sam kan hari ini nggak masuk karena sakit?” “Sudah Sam, Mama tadi sudah telefon Travis untuk izinin Sam” “Makasih Neta”
Pukul empat pagi Neta sudah berada di depan wastafel kamar mandi miliknya untuk mengeluarkan isi perut yang sedari bergejolak.Namun yang keluar hanyalah air “Kemarin kamu ngerjain Papa kamu, sekarang kamu ngerjain Mama ya nak? Pagi-pagi udah bangunin Mama” Neta berjalan menuju kasurnya sembari mengelus perutnya lembut.“Kamu mau kasih tahu ya, kalau kamu udah tumbuh di dalam Rahim Mama?” Neta masih setia berdialog dengan kandungannya. “Bantu Mama buat sembunyiin keberadaan kamu dari Papa ya nak”“Maaf ya sayang. Mama belum bisa periksa kamu ke dokter. Tapi Mama janji kita bakal segera bertemu okay”Neta berjalan menuju almarinya, membuka salah satu laci yang terkunci dengan perlahan. Lalu mengangkat kotak dan membukanya perlahan.Di dalam kotak tersebut ada tiga foto hitam putih “Hai, anak-anak Mama. Maaf jarang menyapa kalian” ketiga foto itu adalah hasil USG dari kehamilan Neta yang seb
Neta sedang menunggu kuenya matang, sembari membuat bumbu bakaran untuk makan malam nanti. Mendengar langkah kaki yang menuju padanya Neta langsung menoleh dan menemukan Sam.“Eh jangan dikucek matanya” Neta memperingati Sam untuk tidak mengucek matanya “nanti merah Sam”Sam mendekat kearah Neta dan memeluknya “Masih ngantuk”Neta mencuci tangannya, lalu mengeringkannya “Bayi gedenya Mama” Dengan lembut Neta mengusap kepala Sam.“Mau kue? Kayaknya udah mateng tu kue Mama”“Nanti aja deh” Sam masih memeluk Neta.“Duduk dulu Sam, kamu berat” Neta mendudukan Sam ke bangku, rada sakit badannya menanggung beban seberat lima puluh lima kilo dipundaknya.Jayden datang dengan kaos putih dan celana pendek hitam “Astaga anak bujang masih ngantuk. Jadi main ke pantai nggak nih? Katanya mau lihat sunset” Jayden duduk disebelah Sam.“Ngantu
‘Haaah’Hembusan nafas panjang Jayden siang itu terdengar berulang kali, dia capek dengan dokumen yang harus dia review. “Ini dokumen kapan habisnya?” keluh Jayden.Sibuk dengan dokumen kembali menyita waktu Jayden di kantor. Mata Jayden Kembali terarah ke layar computer yang menampilkan data-data perusahaan. Sesekali ada beberapa karyawan yang membutuhkan tanda tangan dibereberapa dokumen penting lainnya.Sedangkan diluar kantornya ada Jun yang sedang berbicara dengan Wanita cantik berwajah mirip dengan bosnya. Marry Anthonie mendatangi perusahaan anaknya.“Apa yang Mami lakukan diperusahaanku?” tanya Jayden ramah sembari mempersilahkan Maminya untuk duduk.“Hanya berkunjung, sekaligus meminta penjelasan” Dengan angun Marry duduk di sofa panjang sedangkan Jayden duduk di hadapnya.“Penjelasan?”“Kamu, waktu kunjungan bisnis ke Singapura bersama Tasya?” tanya Marr
Di dalam taxi hanya ada keheningan, Sam dan Neta tidak berniat untuk membuka suara. Bahkan Neta sudah terlelap dalam kesedihannya.Sam melihat Neta yang menangis mengusap air mata Wanita yang telah membersarkan dirinya.“Loe pasti sedih ya Neta”Jalanan sepi malam ini “Pak, bisa ngebut? Saya ingin segera sampai di rumah” Sam meminta supir untuk menambah kecepatan mobil yang mereka kendarai.“Baik Mas” Supir segera menekan pedal gas nya makin dalam. Tiba-tiba ada mobil dari arah kanan melaju dengan cepat namun tak terkendali. Kecelakaanpun tak terhindarkan saat ini, dan naasnya Sam yang duduk di bangku penumpang sebelah kanan tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya.Sedangkan Neta sudah tidak sadarkan diri namun keadaannya tidak separah Samuel. Tak lama ambulance datang untuk mengevakuasi korban.Sam langsung dilarikan ke UGD begitu pula dengan Neta dan supir taxi yang menjadi korba
“Siang Mama ku sayang”“Siang, anak ku sayang” Neta tersenyum lebar menatap Leonard, seorang remaja laki-laki yang baru saja memasuki ruang kerjanya “Bagaimana hari ini? sudah pamitan kan sama teman-teman Leo?”Dengan senyum lebarnya Leo menjawab “Sudah dong” namun seketika mukanya berubah menjadi sedih “Tapi sedih banget Ma, harus pisah sama teman-teman Leo. Lele tadi sempat mau nangis tapi Leo tahan. Takut diledekin mereka” Adu Leo, sebenarnya Leo sudah berumur dua belas tahun tapi tingkahnya masih seperti bayi dimata Neta.“Iya, kalau kamu nangis mukanya jelek. Jadi wajar sih Le, kalau diledekin teman kamu” Goda Neta. Dan sontak saja Neta mendapat tatapan tajam dari Leo.“Mama, jangan ikut godain Lele dong. Mama sih pake acara pindah segala. Terus siapa juga yang ngide pamitan sama teman-teman?”“Mama” jawab Neta dengan kedua tanggannya berada di dagu