Range rover milik Jayden berjalan dengan senyap menjadi teman, karena dua manusia memilih untuk diam dan menikmati perjalanan. Tak ada yang memulai percakapan atau hanya basa basi. Sam memilih untuk bermain dengan ponsel pintarnya dari pada adu pandang dengan sang Papa.
Seperti yang dikatakan oleh Jayden pada Neta, dia meluangkan waktu untuk menjemput putra semata wayangnya. Namun sebenarnya Sam ingin dijemput oleh sesorang yang mengantarkannya tadi pagi.
“Gimana harinya? Apakah menyenangkan?”
Sam tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Dia masih asik bermain dengannya
“Biasa aja, nggak ada yang special”
Jayden menarik nafasnya, mencoba menahan emosi karena Sam tidak mau sama sekali menatap ke arahnya.
“Sam, kalau diajak orang tua ngomong tu tatap mukanya” Tegas Jayden.
Sam menyimpan ponselnya di kantong celananya lalu menatap kearah Papanya. “Em, nih udah ya. Papa kenapa sih tumben banget jemput Sam? Kenapa nggak Neta aja yang jemput? Kan jadi enak kan dia, hari ini rebahan mulu pasti kerjanya” gerutu Sam karena tidak terima Papanya yang menjemput dirinya. Padahal kan dia mau yang jemput Neta. Kan lumayan bisa pamer ke temen kalau dia punya Mama sebening Neta.
“Kamu mau celaka, karena dijemput Wanita sial itu?”
“Dia punya nama Pa, Namanya Agneta. Dan tadi pagi dia ngebut udah izin sama aku karena aku hampir terlambat. Kalau Neta nyetir mobil nggak ngebut tadi pagi aku bisa kena hukum si tua bangka Marcus itu Pa. Dan inget ya Papa yang bikin Neta telat bangunin aku tu Papa” bisa dilihat jelas kalau Sam bener-bener marah karena Papanya menyalahkan Neta, padahal sebenarnya tidak salah sama sekali.
Sam juga tahu Neta udah mendapatkan hukuman dari Papanya sehingga yang menjemput dirinya adalah Jayden bukan Neta.
“Mulai peduli ya kamu sama Wanita sial itu? Ingat ya Sam, Wanita itu yang buat kamu nggak bisa bertemu dengan Ibu kandung mu. Dia yang bunuh Bunda Salma” Sekali lagi Jayden menegaskan kembali bahwa Neta adalah tersangka utama dalam membunuh Salma bunda kandung dari Sam.
Sam terbungkam seketika seakan kalimat yang terucap dari mulut Papanya itu mampu membungkam kalimat pembelaan yang sudah dia susun untuk membela Neta. Kembali mobil berjalan dengan ditemani keheningan, karena sekarang Sam sudah kembali asik dengan ponselnya.
.
.
.
Sam turun dari mobil meninggalkan Papanya yang menatapnya dengan heran. Biasanya Sam akan bertanya kepadanya kapan dia akan pulang untuk makan malam, atau untuk bermain game bersama. Tapi hari ini tidak seperti biasanya Sam malah langsung pergi begitu saja.
“Dasar, anak itu”
Jayden menggelengkan kepala, lalu memutar balik mobilnya menuju gerbang, sekarang dia harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.
Disisi lain Sam disambut hangat oleh Neta, Neta segera menghampiri Sam dengan segelas jus mangga ditangannya. Tapi segera ditepis oleh Sam hingga segelas jus tersebut jatuh dan gelasnya pecah.
“Jangan sok peduli dasar pembunuh” bentak Sam matanya memerah dan raut mukanya terkesan marah.
Dada Net nyeri, kalimat itu begitu menyakiti hatinya. Tentu saja Sam membencinya mau tak mau Neta tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Sam. Namun sejujurnya Neta lebih terima kata-kata kasar dari mulut Sam dari pada kata pembunuh itu sangat membuat hatinya sakit.
Kata-katamu lebih sakit dari pada hukuman Papa mu Sam
Setelah mengatakan itu, Sam segera pergi dan mengunci dirinya dalam kamarnya. Sam sudah tidak perduli dengan tangan Neta yang berdarah karena sayatan tajam dari gelas yang pecah, ataupun tangisan tanpa suara Neta.
Neta terduduk kaku dilantai. Menatap nanar punggung lebar anaknya yang sudah menggilang dibalik kamarnya.
“Maafkan mama nak, Mama memang pembunuh”
Lirih Neta dan tangisnya semakin membasahi pipinya.
***
Sejak pulang dari sekolah Sam terus mengurung dirinya di dalam kamar. Neta sudah berdiri di depan pintu kamar sang putra ragu untuk mengetuk pintunya. Namun di sisi lain dia juga takut anaknya sakit karena dari siang tidak ada sesuap nasi yang mampir di perutnya.
Setelah beberapa kali menghela nafasnya Neta memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Sam.
“Sam, sayang mama mohon buka pintu nya nak. Kamu belum makan dari siang, nanti kamu sakit Sam” Panggil Neta namun tidak ada sautan dari dalam kamar Sam.
“Sam, sayang buka pintunya nak”
“Sam”
“Samuel?”
Pada ketukan ketiga Sam membuka pintu kamarnya. Sudut bibir Neta membentuk lengkungan karena anaknya akhirnya membuka pintunya.
Neta memasukin kamar Sam “Mama bawain kamu makan malam sama susu coklat” Neta menata makanan dan cemilan yang dia bawa dari bawah ke meja belajar Sam yang sekarang alih fungsi untuk sementara waktu.
“Gue nggak laper” jawab Sam dingin sambil bersandar ditembok dan kedua tangannya disilangkan didepan dada.
“Kamu belum makan dari siang, Mama mohon kamu makan sedikit saja” Neta memohon kepada Sam dengan muka melasnya “Mama nggak mau kamu sakit sayang” jelas Wanita berumur 34 tahun itu khawatir dengan anaknya.
“Gue nggak laper Neta. Gue bilang kagak ya kagak. Sekarang lo keluar dari kamar gue buruan, sambil bawa makanan lo itu”
“Kamu boleh marah sama Mama, tapi jangan sampai kamu siksa diri kamu Sam, dengan cara
nggak makan. Kalau kamu nggak makan, bagaimana bisa kamu balas dendam sama saya? Untuk masalah tadi pagi, saya minta maaf dari hati saya, juga untuk kematian bunda kamu saya juga minta maaf. Sekarang makan ya walau hanya sesuap”Tolong jangan baikin gue Neta
Teriak Sam dalam hatinya. “Iya gue makan, tapi lo keluar dari kamar gue buruan”
Rasa khawatir Neta menguap seketika, Neta tidak bisa menahan senyumnya. “bagus, kalau begitu saya keluar” Neta keluar sambil menepuk pundak Sam.
Anjir, malah senyum ahhhh bangsat
umpat Sam dalam hati. Sejujurnya rasa benci Sam semakin hari semakin berkurang karena perhatian dari Neta. Namun Sam saja yang masih menyangkal perasaan itu.”Makan sesuap aja, biar Neta makin ngerasa bersalah” monolog Sam sambil memakan sesuap nasi dengan ayam bakar dan sayur brokoli.
Namun sesuap demi sesuap Sam masukan semua makan yang ada di meja belajarnya ke dalam perutnya. Sebenarnya Sam laper cuman gengsi aja tu anak. Tak hanya makan malamnya yang sudah habis, susu dan buah juga sudah berpindah dari piring ke perutnya.
“Lah kok abis sih? Pasti setan yang ikutan makan” kembali Sam bermonolog dengan dirinya sendiri.
***
Selesai mengantar makan malam untuk Sam, Neta duduk di ruang tamu, mala mini dia memutuskan untuk tidur disini sambil menunggu Jayden pulang dari kantornya. Neta meraba dada kirinya
“Kak Salma? Apa kau tidak khawatir dengan suami mu?” monolog Neta sambil merasakan detak jantungnya.
“Papa Sam, kenapa kamu belum pulang?” rasa khawatir pada Sam sudah mereda, namun berganti dengan rasa khawatir pada Papa Sam.
Neta akui selama lima belas tahun hidup bersama Jayden layaknya sepasang suami istri, Neta menaruh perasaan pada Jayden Anthonie. Bohong jika seorang Wanita yang telah tinggal bersama seorang pria selama bertahun-tahun dalam atap tanpa cinta, terlebih Neta yang sudah menyerahkan semuanya termasuk kesuciannya. Neta sangat mencitai Jayden.Siapa yang tidak akan jatuh dalam pesona pria dingin itu? Neta salah satunya yang terperangkap dalam pesona Papa Sam. Pesona duren sawit Duda keren sarang duit. Begitu beberapa orang memanggilnya.Neta berumur sembilan belas tahun usia yang masih tergolong muda untuk menjadi ibu. Memang bukan ibu kandung, melainkan ibu sambung dari Samuel. Selama lima belas tahun terakhir Neta merawat Sam dengan sepunuh hati layaknya ibu yang melahirkan Sam. Neta bahkan melakukan kewajiban layaknya seorang istri untuk Jayden dengan status dirinya dan Jayden belum menikah. Iya belum menikah. Neta tak bisa menolak ataupun mengi
“Kamu kemana sih Papa Sam? Sudah seminggu nggak pulang ke rumah? Ini juga sudah tengah malam, tapi kamu nggak pulang ke rumah”Neta merasa khawatir karena Papa Sam, alias Jayden Anthonie tidak pulang selama seminggu terakhir. Beberapa jam yang lalu dia menghubungi Avi sekretaris Jayden, dia mengatakan bahwa Jayden tidak masuk ke kantor selama seminggu terakhir ini dan semua pekerjaan dia serahkan kepada David orang kepercayaan Jayden.Ingin rasanya Neta menelefon Jayden untuk menanyakan kabar dirinya, namun keberaniannya tidak cukup untuk melakukan itu. Jangankan menelefon, sekedar chat aja dia nggak berani.Perasaan cemas, dan khawatir menjadi satu. Jadilah Neta overthingking malam ini, Neta ingin menghilangkan overthingkingnya namun tidak bisa. Neta takut Jayden menemukan pengganti Salma itulah bahan overthingking Neta, yang coba Neta tepis jauh-jauh.Tapi Neta tidak pernah berfikir ada sosok peremuan yang akan menggantikan tugasnya merawat
Subuh pukul empat pagi, Jayden pulang setelah seminggu menghabiskan waktu bersama Natasha. Neta yang telah terlelap dalam tidurnya tidak menyadari bahwa sang tuan telah kembali ke rumah. Pagi ini diruang makan rumah keluarga Anthonie hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring. Terlihat Neta yang sibuk melayani sepasang ayah dan anak yang sedang menikmati sarapan mereka. Jayden segera menuntaskan sarapannya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Sedangkan Sam sangat menikmati sarapannya dengan tenang. Selama melayani sarapan Jayden, ada sesuatu yang menganjal pikiran Neta. Papa Sam pulang jam berapa semalam? Terus dimana saja dia tidur seminggu ini?. Ingin rasanya Neta bertanya namun kenyataanya Neta tidak memiliki keberanian untuk itu semua. Jayden berdiri begitu sarapannya selesai. Netranya menatap Neta yang tengah menuangkan susu coklat untuk Sam. “Ehem…” dehem Jayden untuk mendapatkan
Neta mengetuk pintu ruangan dengan nomor 4 tersebut selama tiga kali, setelah mendapatkan izin untuk masuk dari dalam sana. Neta baru masuk kedalam ruangan.Yang pertama kali Neta lihat di ruangan tersebut adalah anak remaja laki-laki seusia Sam. Dapat Neta lihat beberapa luka yang sudah diobati juga tangan kirinya yang sedang diperban. Sepertinya Sam keteralaluan kali ini.“Anda siapa?” Tanya Travis, dia kebingungan bidadari mana yang bertamu di ruang rawatnya.Neta tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya “perkenalkan saya Agneta Kaluna, Mama dari Samuel Anthonie”Tentu saja Travis kaget mengetahui fakta bahwa Sam mempunyai Mama secantik dan semuda Neta. “Saya Travis, tante kesini untuk apa ya?”“Tante kesini, untuk meminta maaf atas nama Samuel” Neta mengelus punggung tangan Travis yang terbebas dari gips. “Orang tua kamu dimana nak? Saya juga ingin minta maaf terhadap orang tua kamu
Sam, buru-buru keluar dari mobil begitu menyadari bahwa dirinya telah sampai dirumah. Sedari tadi Sam yang udah laper dan mengantuk hanya diam, mengabaikan pertanyaan Neta. Sam sedikit melirik Neta dengan ekor matanya. Sam mengetahui bahwa Neta tengah merasa bersalah karena sikapnya yang seketika dingin. Sam sengaja, dia balas dendam kepada Neta. Hal ini dilakukan Sam karena selama dirumah sakit, Neta hanya mengajak bicara Travis sedangkan dirinya terabaikan oleh Neta. “rasain gak enak kan gue cuekin” batin Sam Sam menaiki tangga menuju kamarnya, Neta dari tadi mengikuti kemana Sam pergi. Tiba-tiba Sam berhenti dan berbalik menatap kearah Neta. Neta yang tidak melihat jalan di belakangnya menabrak dada Sam. Sam melepas jaketnya, melemparnya kearah Neta. “tolong cuciin! Besuk mau gue pake lagi” Neta memunggut jaket dengan bercak darah punya Travis lalu menatap Sam “Iya Nak, Mama cuciin” namun jawaban dari Neta tak dihiraukan oleh Sam.
Neta memastikan Sam sudah benar-benar menuju alam mimpi, dengan perlahan Neta melepaskan pelukan Sam pada dirinya dan menggantinya dengan guling. “Good night my angel, have nice dream” kecup Neta pada kening Sam. Kebiasaan yang sudah lama tidak dia lakukan beberapa tahun terakhir ini.Baru saja keluar dari kamar Sam, Neta sudah dicegat oleh Jayden. “langsung masuk kamar saya” perintah sang tuan. Sudah dapat Neta pastikan aka nada ‘hukuman’ part dua yang sudah menantinya. Sedangkan Jayden turun ke lantai satu. Mungkin mengambil peralatan untuk menyiksanya, pikir NetaNeta mematuhi perintah dari Jayden, memasukin kamar Jayden yang berhawa dingin. Kamar bernuansa hitam terasa sangat kelam, gelap dan menyeramkan. Karena tidak ada sofa untuk dirinya duduk, Neta memutuskan untuk duduk dilantai.Tak berselang lama, Jayden datang membawa kantong putih entah isinya apa, “Astaga, ngapain duduk disitu?” tanya Jayden heran, ad
Sudah pukul tujuh sore, Sam masih belum pulang dari sekolah. Neta sudah menghubungi Travis dan bertanya mengenai keberadaan Sam namun Travis menjawab tidak mengetahui Sam berada.Tidak hanya menelefon Travis, Neta juga menelefon Papanya Sam alias Jayden namun sampai sekarang masih belum diangkat. Hati ibu mana yang tidak tenang ketika anak tersayang tidak kunjung pulang padahal hari sudah mulai malam.Neta hanya bisa mondar-mandir di depan teras rumah agar ketika Sam datang dia bisa langsung mengetahuinya.Penantian Neta membuahkan hasil, setengah delapan malam range rover milik Jayden memasuki halaman rumah mereka. Neta segera menghampiri mobil tersebut begitu sampai tepat di depan rumah.Sam membuka pintu penumpang dan wajah lelah miliknya langsung menyambut Neta. “Kamu nggak papa Sam?” tanya Neta khawatir dan Sam terus berjalan tanpa menanggpi pertanyaan dari Sam.Bukan Neta Namanya kalau menyerah begitu saja, Neta berjalan
Setelah bertemu dengan mendiang sang istri dalam halusinasinya, Jayden sikapnya berubah menjadi lebih ‘lembut’ baik terhadap Neta, Sam dan karyawan dikantornya.Seperti saat ini, Jayden lembur pada hari sabtu, berhubung Sam masih dalam masa hukumannya, Dia dipaksa oleh Jayden untuk ikut dengannya mengerjakan urusan kantor.Jayden yang sudah rapi, harus membangunkan Sam, sedangkan Sam dihari weekend kegiatannya adalah simulasi menjadi jenazah alias tidur seharian dan tidak boleh ada yang menganggu dirinya.“Sam, bangun ikut Papa ke kantor. Kita lembur hari ini”Sam masih tetap terlelap tanpa terganggu sama sekali, Jayden menggelengkan kepalanya karena anaknya benar-benar simulasi menjadi jenazah.“Sam, bangun atau Papa potong uang jajan kamu selama dua bulan” Sam membuka matanya, namun kembali menutupnya dan menarik selimutnya sebatas leher.“Astaga ini anak, kebo bener” Jayden jadi frustasi sen