Share

3 || MAMA

Range rover milik Jayden berjalan dengan senyap menjadi teman, karena dua manusia memilih untuk diam dan menikmati perjalanan. Tak ada yang memulai percakapan atau hanya basa basi. Sam memilih untuk bermain dengan ponsel pintarnya dari pada adu pandang dengan sang Papa.

Seperti yang dikatakan oleh Jayden pada Neta, dia meluangkan waktu untuk menjemput putra semata wayangnya. Namun sebenarnya Sam ingin dijemput oleh sesorang yang mengantarkannya tadi pagi.

“Gimana harinya? Apakah menyenangkan?”

Sam tidak mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Dia masih asik bermain dengannya

“Biasa aja, nggak ada yang special”

Jayden menarik nafasnya, mencoba menahan emosi karena Sam tidak mau sama sekali menatap ke arahnya.

“Sam, kalau diajak orang tua ngomong tu tatap mukanya” Tegas Jayden.

Sam menyimpan ponselnya di kantong celananya lalu menatap kearah Papanya. “Em, nih udah ya. Papa kenapa sih tumben banget jemput Sam? Kenapa nggak Neta aja yang jemput? Kan jadi enak kan dia, hari ini rebahan mulu pasti kerjanya” gerutu Sam karena tidak terima Papanya yang menjemput dirinya. Padahal kan dia mau yang jemput Neta. Kan lumayan bisa pamer ke temen kalau dia punya Mama sebening Neta.

“Kamu mau celaka, karena dijemput Wanita sial itu?”

“Dia punya nama Pa, Namanya Agneta. Dan tadi pagi dia ngebut udah izin sama aku karena aku hampir terlambat. Kalau Neta nyetir mobil nggak ngebut tadi pagi aku bisa kena hukum si tua bangka Marcus itu Pa. Dan inget ya Papa yang bikin Neta telat bangunin aku tu Papa” bisa dilihat jelas kalau Sam bener-bener marah karena Papanya menyalahkan Neta, padahal sebenarnya tidak salah sama sekali.

Sam juga tahu Neta udah mendapatkan hukuman dari Papanya sehingga yang menjemput dirinya adalah Jayden bukan Neta.

“Mulai peduli ya kamu sama Wanita sial itu? Ingat ya Sam, Wanita itu yang buat kamu nggak bisa bertemu dengan Ibu kandung mu. Dia yang bunuh Bunda Salma” Sekali lagi Jayden menegaskan kembali bahwa Neta adalah tersangka utama dalam  membunuh Salma bunda kandung dari Sam.

Sam terbungkam seketika seakan kalimat yang terucap dari mulut Papanya itu mampu membungkam kalimat pembelaan yang sudah dia susun untuk membela Neta. Kembali mobil berjalan dengan ditemani keheningan, karena sekarang Sam sudah kembali asik dengan ponselnya.

.

.

.

Sam turun dari mobil meninggalkan Papanya yang menatapnya dengan heran. Biasanya Sam akan bertanya kepadanya kapan dia akan pulang untuk makan malam, atau untuk bermain game bersama. Tapi hari ini tidak seperti biasanya Sam malah langsung pergi begitu saja.

“Dasar, anak itu”

Jayden menggelengkan kepala, lalu memutar balik mobilnya menuju gerbang, sekarang dia harus kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini.

Disisi lain Sam disambut hangat oleh Neta, Neta segera menghampiri Sam dengan segelas jus mangga ditangannya. Tapi segera ditepis oleh Sam hingga segelas jus tersebut jatuh dan gelasnya pecah.

“Jangan sok peduli dasar pembunuh” bentak Sam matanya memerah dan raut mukanya terkesan marah.

Dada Net nyeri, kalimat itu begitu menyakiti hatinya. Tentu saja Sam membencinya mau tak mau Neta tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Sam. Namun sejujurnya Neta lebih terima kata-kata kasar dari mulut Sam dari pada kata pembunuh itu sangat membuat hatinya sakit.

Kata-katamu lebih sakit dari pada hukuman Papa mu Sam

Setelah mengatakan itu, Sam segera pergi dan mengunci dirinya dalam kamarnya. Sam sudah tidak perduli dengan tangan Neta yang berdarah karena sayatan tajam dari gelas yang pecah, ataupun tangisan tanpa suara Neta.

Neta terduduk kaku dilantai. Menatap nanar punggung lebar anaknya yang sudah menggilang dibalik kamarnya.

“Maafkan mama nak, Mama memang pembunuh”

Lirih Neta dan tangisnya semakin membasahi pipinya.

***

Sejak pulang dari sekolah Sam terus mengurung dirinya di dalam kamar. Neta sudah berdiri di depan pintu kamar sang putra ragu untuk mengetuk pintunya. Namun di sisi lain dia juga takut anaknya sakit karena dari siang tidak ada sesuap nasi yang mampir di perutnya.

Setelah beberapa kali menghela nafasnya Neta memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Sam.

“Sam, sayang mama mohon buka pintu nya nak. Kamu belum makan dari siang, nanti kamu sakit Sam” Panggil Neta namun tidak ada sautan dari dalam kamar Sam.

“Sam, sayang buka pintunya nak”

“Sam”

“Samuel?”

Pada ketukan ketiga Sam membuka pintu kamarnya. Sudut bibir Neta membentuk lengkungan karena anaknya akhirnya membuka pintunya.

Neta memasukin kamar Sam “Mama bawain kamu makan malam sama susu coklat” Neta menata makanan dan cemilan yang dia bawa dari bawah ke meja belajar Sam yang sekarang alih fungsi untuk sementara waktu.

“Gue nggak laper” jawab Sam dingin sambil bersandar ditembok dan kedua tangannya disilangkan didepan dada.

“Kamu belum makan dari siang, Mama mohon kamu makan sedikit saja” Neta memohon kepada Sam dengan muka melasnya “Mama nggak mau kamu sakit sayang” jelas Wanita berumur 34 tahun itu khawatir dengan anaknya.

“Gue nggak laper Neta. Gue bilang kagak ya kagak. Sekarang lo keluar dari kamar gue buruan, sambil bawa makanan lo itu”

“Kamu boleh marah sama Mama, tapi jangan sampai kamu siksa diri kamu Sam, dengan cara

nggak makan. Kalau kamu nggak makan, bagaimana bisa kamu balas dendam sama saya? Untuk masalah tadi pagi, saya minta maaf dari hati saya, juga untuk kematian bunda kamu saya juga minta maaf. Sekarang makan ya walau hanya sesuap”

Tolong jangan baikin gue Neta

Teriak Sam dalam hatinya. “Iya gue makan, tapi lo keluar dari kamar gue buruan”

Rasa khawatir Neta menguap seketika, Neta tidak bisa menahan senyumnya. “bagus, kalau begitu saya keluar” Neta keluar sambil menepuk pundak Sam.

Anjir, malah senyum ahhhh bangsat

umpat Sam dalam hati. Sejujurnya rasa benci Sam semakin hari semakin berkurang karena perhatian dari Neta. Namun Sam saja yang masih menyangkal perasaan itu.

”Makan sesuap aja, biar Neta makin ngerasa bersalah” monolog Sam sambil memakan sesuap nasi dengan ayam bakar dan sayur brokoli.

Namun sesuap demi sesuap Sam masukan semua makan yang ada di meja belajarnya ke dalam perutnya. Sebenarnya Sam laper cuman gengsi aja tu anak. Tak hanya makan malamnya yang sudah habis, susu dan buah juga sudah berpindah dari piring ke perutnya.

“Lah kok abis sih? Pasti setan yang ikutan makan” kembali Sam bermonolog dengan dirinya sendiri.

***

Selesai mengantar makan malam untuk Sam, Neta duduk di ruang tamu, mala mini dia memutuskan untuk tidur disini sambil menunggu Jayden pulang dari kantornya. Neta meraba dada kirinya

“Kak Salma? Apa kau tidak khawatir dengan suami mu?” monolog Neta sambil merasakan detak jantungnya.

“Papa Sam, kenapa kamu belum pulang?” rasa khawatir pada Sam sudah mereda, namun berganti dengan rasa khawatir pada Papa Sam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status